cerita mbun

Sepucuk Surat Cinta untuk Diri Sendiri: Terima Kasih Sudah Bersinar dengan Caramu

4 komentar
Terima kasih sudah hebat hingga hari ini


Dear Fida,

Kenapa sih akhir-akhir ini kok kamu sering sedih dan melow? Kenapa sering terbayang memori ketika kecil? Menyenangkan ya waktu kecil dulu? Sekarang sudah jadi ibu, tahu kan betapa besar cinta Mama untuk kamu?

Semakin dewasa malah semakin merasa butuh Mama. Padahal dulu, dinasehati saja kamu tidak pernah sependapat dan selalu menentang. Sekarang malah ingin selalu ada Mama di sisimu.

Momen berharga dan menyenangkan sekali jadi Ibu, namun di sisinya berat juga untuk jadi istri shalihah dambaan surga. Terkadang ego itu selalu muncul, menyalahkan orang lain dan merasa paling benar sendiri.

Kini, teman sejati hanya suami dan anak. Semakin mengecil lingkar pertemanan dunia nyata. Dengan Aqlan aku berbagi suka dan cita. Anak sekecil itu, makhluk yang paling tulus cintanya di dunia ini.

Gapapa Cape, Istirahat Dulu Nanti Mulai lagi

Waktu gadis suka males kalau dibangunin sahur. “Bentar lagi Mahh…” Jawabku sambil malas dan lanjut tidur lagi. Begitu terus setiap hari. Tapi, Mama tidak pernah marah apalagi kesal, sabar bangunin aku yang malas bangun.

Selesai shalat subuh, tidur lagi sampai siang. Siangnya nonton, tanpa memikirkan besok sahur dengan apa? Ide menu buka puasa apalagi yang harus dicoba? Apakah uangnya cukup untuk berbuka dan sahur? Tanpa memikirkan itu semua tapi makanan lezat dan bergizi sudah siap aku santap.

Tanpa memikirkan bayar listrik, sudah baca menggunakan fasilitas listrik dengan nyaman. Tidak ada yang dipikirkan seperti sekarang. Padahal Mama juga pasti Pinrang panting untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup. Aku saja yang kurang peka. 

Itulah kelemahanku yang kurang peka dengan keadaan sekitar. Hanya bisa menyalahkan keadaan tanpa mau tahu apa yang terjadi. Tidak peduli yang penting aku bisa hidup dengan nyaman, ckckck.

Rindu bulan Ramadan dengan mama yang setelah kenyang berbuka puasa, kita sama-sama lanjut shalat tarawih. Saat tarawih biasanya kami suka ngobrol tipis-tipis, hehe.

Pulangnya juga kami ngobrol sambil jalan. Sampai rumah simpan mukena terus jalan lagi beli bakso yang hanya ada di bulan Ramadan. Bakso macang namanya karena ada kacangnya.

Menerima Adalah Sebuah Bentuk Kesyukuran

Sekarang sudah jadi istri dan ibu beda lagi. Aku bangun lebih awal untuk menyiapkan makanan sahur. Paginya menyiapkan makan untuk Aqlan. Sorenya menyiapkan makanan untuk berbuka. Rasanya setiap hari sibuk sama masak di hari Ramadan.

Hari pertama puasa sudah pasang alarm jam 3 untuk memasak, malamnya siapkan bahan-bahan dulu jadi ketika bangun tinggal langsung masak. Setiap hari begitu dibangunkan oleh alarm dan lantunan ayat suci Al-Qur'an di mesjid wilayah tempat tinggal kami.

Meski sedang halangan karena haid, aku masih harus bangun untuk menyiapkan makanan sahur. Aku rasa di sini semua Ibu sama, menyiapkan makan sahur dan berbuka untuk keluarga. Aku merasa tidak sendiri. Alhamdulillah kita sama-sama berjuang ya, Bu.

Kini, aku jauh dengan Mama. Tidak satu rumah dengan mama. Banyak hal yang mengingatkanku pada Mama. Sesederhana aku bertanya resep ayam goreng kecap favoritku.

Rindu sekali sama Mama karena hari-hari biasa jarang pulang ke rumah Mama. Insya Allah lebaran tahun ini akan berlebaran di rumah Mama. Doakan ya semoga lancar saja.

Romantisasi Hidupmu, Bukan Jadi Dramatisasi

Semenjak ada lagu MALIQ & D’Essentials — Kita Bikin Romantis yang lagi hype lagunya diputar dimana-mana membuatku berpikir kalau tak ada hasilnya jika terus larut dengan pikiran.

Lagu ini buatku deep banget maknanya bukan hanya sekedar untuk pasangan tapi meromantisasi hidup juga. Lagu yang buat semangat untuk meromantisasi hidupku biar lebih ceria lagi seperti dulu. Bukan kah menikah dan memiliki anak adalah impianmu dulu, Fid? Kok sekarang banyak mengeluhnya?

Ada fasenya kamu merasa sedih, gapapa nangis saja. Nanti bangkit lagi dengan buat cerita yang baru. Gapapa kamu gagal, kamu kan tinggal usaha lagi. Hidup tidak melulu tentang dunia. Jangan dunia melulu yang dipikirkan. Sudah berapa banyak waktu yang kamu habiskan untuk ibadah?
Menerima adalah bentuk bersyukur

Makasih ya Fida. Aku tahu kamu tidak seperti teman-teman kamu yang sudah sattle dalam bidang pekerjaan. Tapi, aku bangga sama kamu sudah menemukan kebahagian dalam bekerja dengan menjadi Blogger yang Insya Allah menebar manfaat melalui tulisan-tulisanmu.

Aku tahu kamu lelah, tapi coba deh lihat keluargamu ketika sedang tidur, mereka juga sama-sama lelah tapi mereka yang selalu ada untuk kamu dan ingin kamu memberikan senyuman terbaikmu selama ini.

Terima kasih ya sudah kuat dan terus mau belajar hingga kini meski rencana-rencanamu tidak sesuai harapan. Bangga banget sama kamu yang bisa bersinar dengan caramu sendiri. 

Related Posts

4 komentar

  1. Semangat, Mbak Fida. Aku nggak tahu gimana rasanya jauh dari ibu, karena aku sendiri merasakan tak bertemu satu minggu saja rasanya gelisah dan membuatku langsung ingin pulang. Jadi ibu kukira juga mudah, ternyata Masya Allah, ya. 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya rindu tak tertahankan lagi mbaaakkk. Tiap hari hah heh hoh ya mbak, wkwkwk.

      Hapus
  2. Tetap sehat dan tetap semangat ya, Kak Fida. Nulis surat cinta untuk diri sendiri ini bagus lho sebagai terapi diri. Terus suratnya disimpan. Nanti beberapa tahun lagi pas baca bisa kayak wow gitu lho, ternyata jalan kita udah jauh. hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Kak Monica. Sehat-sehat juga ya. Haha iya yaa, nanti semoga pas baca lagi udah bisa menertawakan tulisan ini, hihi.

      Hapus

Posting Komentar