cerita mbun

10 Perilaku yang Mewajarkan Kata “Namanya Juga Anak-anak”

16 komentar
10 perilaku yang menormalisasikan anak


Kesel banget kalau ada orang tua yang bilang “namanya juga anak-anak” untuk mewajarkan perilaku anak yang jelas-jelas salah. Perbuatan yang tidak baik itu perlu diperbaiki bukan di wajarkan.

Itulah mengapa mendidik anak itu cukup tricky, karena pada saat kondisi seperti itulah proses mendidik itu kita lakukan. Kalau kita terus membiarkan keadaan ini, nantinya akan berdampak pada perilaku dan karakternya.

Mendidik anak sedari dini itu ya dengan berhenti mengatakan “namannya jua anak-anak”. Justru mumpung masih anak-anak bisa kita bentuk karakternya. Berikut perilaku anak yang menimmbulkan kata-kata “namanya juga anak-anak” keluar dari mulut orang tua.

1. Mengambil Mainan yang Bukan Haknya

Mengajarkan arti kepemilikan

Pernah ada temannya Aqlan yang mengambil mainan Aqlan tanpa bilang dulu. Demi anaknya diam tidak rewel, orang tua tersebut cuek aja tanpa memperhatikan perasaan Aqlan.

Katanya, “namanya juga anak-anak suka pengen terus mainan orang”. What? Kesel banget ya dengernya. Mengambil milik orang lain itu perbuatan yang salah bukan untuk dimaklumi dengan membiarkannya bermain dengan barang milik orang lain.

Kalau diberi pengertian dibilangnya ibunya yang pelit, ibunya yang tidak mau mengajarkan anaknya berbagi. Aqlan juga punya hak milik atas barangnya. Jadi kita juga perlu minta izin untuk menggunakannya. Kalau pun anak tidak mau berbagi, it's okay bukan karen anak pelit, tapi hanya karena dia belum paham konsep berbagi atau memang sedang tidak mau berbagi.

Coba deh, kalau motor kamu aku pakai tiba-tiba? Apakah kamu marah? Apakah kamu akan memaklumi dengan bilang “namanya juga anak-anak”? Ajarkan kepada anak dan jelaskan pelan-pelan kalau barang tersebut bukan miliknya. Agar anak tahu kepemilikan dan etika meminjam barang.

2. Membiarkan Anak Ingin Makanan Punya Orang Lain


Aqlan waktu awal-awal udah boleh makan itu selalu antusias kalau liat orang lain makan. Antusias bukan berarti mau makanannya ya. Dia hanya penasaran seperti apa mungkin rasa dan bentuknya.

Aku selalu mendidik Aqlan untuk tidak makan makanan milik orang lain. Selain itu bisa mengacaukan jadwal makannya agar tidak GTM, juga nanti akan terbiasa ingin milik orang lain. Nah kalau jadi senang makanan punya orang lain, gak mau makan makanan rumah sendiri gimana? Repot ya..

Dan tanpa bersalahnya, tanpa bertanya dulu apakah Aqlan boleh diberi makanan tersebut atau tidak, langsung diberikan saja ke mulutnya. Katanya, “namanya juga anak-anak mau aja makanan punya orang lain”.

Padahal Aqlan bukan ingin memakan makanan orang lain, dia hanya penasaran saja karena baru mengenal rasa. Buktinya aku tanamkan pola asuh tersebut, sekarang Aqlan tidak lagi terlihat antusias dengan makanan punya orang lain.

Tapi, ada aja orang yang iseng masuk-masukin terus makanan ke mulutnya Aqlan padahal udah dikasih tau, huft.

3. Anak Menjahili Temannya Sampai Menangis 


Anak bertengkar dan saling menjahili dimaklumi karen katanya masih anak-anak. Tahu gak bun, membiarkan perbuatan seperti itu justru bisa melukai perasaan anak.

Anak juga butuh ruang privasi. Anak juga tidak ingin diganggu apalagi dijahili. Dengan membiarkan anak mengganggu anak yang lainnya, anak akan anggap itu adalah bukan sebuah kesalahan.

Agar anak dapat menghargai orang lain

Memberikan ruang kepada anak mengajarkan anak untuk menghargai orang lan. Anak jadi tahu batasan untuk bersosialisasi apa saja yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan ketika bermain. Bahwa perbuatan mengganggu atau menjahili sampai menangis itu adalah perbuatan salah.

Terkadang kita pun melihat ini sebagai sebuah kelucuan. Sekarang viral kejadian tersebut yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan oleh orang tuanya sendiri. Tahu kan bun, konten yang tersebar di Instagram dengan menakut-nakuti anak dengan suara hantu, lalu kita tinggalkan anak begitu saja? Hmmm sungguh keterlaluan memainkan emosi anak seperti itu.

4. Mengacak-acak Barang di Rumah Orang Lain

Sering ya bun, kita melihat anak yang sedang bertamu tapi gak bisa diam? Lalu kita mewajarkan perilaku tersebut dengan statusnya sebagai anak?

Kalau yang diacak barang miliknya sih gak masalah ya, tapi kalau sedang bertamu? Jelas itu bisa membuat yang punya rumah merasa tidak nyaman. Apalagi jika ada barang yang pecah atau rusak terus kita bilang “namanya juga anak-anak, gak bisa diam apa aja dipegang”.

Bukan makhluk brutal perusak barang orang lain

Duh, anak itu makhluk lembut yang belum memiliki warna. Warnanya itu tergantung pola asuh kita. Bukan makhluk brutal yang suka mengacak-acak barang milik orang lain.

Anak yang mengacak barang di rumah orang lain itu karena mereka belum tahu kalau perbuatan itu salah atau benar. Dijelaskan saja kalau tidak boleh merusak barang milik orang lain. Bagaimana jika barangnya dirusak orang lain? Pasti juga tidak mau kan.

5. Berkata Kasar Kepada yang Lebih Tua


Pernah dengar anak bicara kasar dengan temannya atau kepada orang tua? Jangan bilang karena namanya juga anak-anak lagi, ya. Kita harus beritahu kalau itu perbuatan yang salah.

Jika kita tidak membiasakannya menerima kesalahan, kelak anak akan terbiasa melakukan kesalahan tersebut dan menjadi pribadi yang rapuh. Tidak bisa dengan sendirinya “nanti juga kalau udah besar berubah”. Yakin akan berubah? Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan akan sulit dirubah loh, bun.

Usianya Aqlan gampang banget menyerap apa yang kita ucapkan dan kita contohkan. Biasanya tak jarang juga anak mendengar perkataan kasar justru dari orang tuanya atau linkungan sekitar. Untuk itu, kita berikan contoh untuk tidak bicara kasar di depan anak apalagi sampai berantem dengan pasangan di depan anak. Jangan ya, bun.

6. Anak Emosi Jika Keinginannya Tidak Dipenuhi


Biasanya ini terjadi kalau anak sedang tantrum ya. Meluapkan emosinya dengan mengamuk atau menjerit.

Aqlan juga sekarang lagi di fase menunjukkan kalau ia sedang marah dengan cara melemparkan barang. Jelas itu perbuatan yang tidak baik. Kita bisa memvalidasi emosinya tapi tidak dengan perbuatannya.

Disini juga banyak anak yang suka mengamuk tiba-tiba, tidak tahu maunya apa. Dan seperti biasa “namanya juga anak-anak udah biasa mengamuk seperti ini”. Bukan dibiasakan ya bun, tapi dilatih agar emosinya bisa kita wadahi dengan baik.

7. Anak Mengarang Cerita atau Berbohong Kepada Temannya


Kadang suka gak sengaja dengar percakapan anak kecil kalau lagi kumpul. Ada yang bilang kalau katanya punya banyak uang, liburan ke luar negeri terus, nginep di bulan, ehh wkwkwk.

Ini jangan dibiarkan ya bun, jelas itu anak sedang berbohong. Bukan berarti “namanya juga anak-anak imajinasinya masih kemana-mana”. Justru itu bun, imajinasinya harus kita arahkan bukan untuk berbohong.

Jika anak merasa ini perbuatan yang biasa, maka akan keterusan sampai dia besar kalau mengarang cerita adalah hal yang baik. Gak mau kan anak kita jadi pembohong sampa besar? Lebih baik kita bersusah payah mendidik selagi kecil daripada kita harus melihat karakter yang tidak kita inginkan dikemudian hari.

8. Anak Tidak Memakai Sendal Saat Bermain


Aku membiasakan Aqlan pakai sendal sejak ia sudah mulai belajar berjalan. Untuk mendisiplinkan Aqlan bahwa memakai sendal itu penting. Jadinya sampai sekarang di usianya yang 19 bulan dia sudah bisa memakai sendal sendiri.

Udah bisa pakai sendal sendiri, keluar rumah sambil dadah-dadah. Ini adalah definisi Aqlan ketika kabur, hahaha.

Terkadang hal sepele seperti ini justru malah kita abaikan. "Namanya juga anak-anak biarin aja main gak pakai sendal". 

Kita tidak pernah tahu ya di jalan itu ada apa. Anak akan terluka jika kakinya menginjak beling atau batu. Lain cerita kalau lagi main di pasir pantai ya. 

9. Menyerobot Antrian Ketika Sedang di Kasir


Aqlan pernah ketika sedang belanja tiba-tiba langsung nyerobot ke meja kasir. Aku langsung menggendong Aqlan dan bilang kalau kita harus mengantri.

Pasti sebel kalau anak yang lain seperti itu. Makanya aku ajarkan Aqlan untuk mengantri. Bahwa kita harus sabar jika ingin mendapatkan sesuatu.

"Namanya juga anak-anak pengennya duluan, nanti kalau gak diikutin nangis". Sabar ya kalau ada orang tua yang berkomentar seperti itu. Perbuatan tersebut salah, nantinya anak tidak akan belajar berempati kepada orang lain.

Empati juga harus dilatih sejak dini. Agar dia peduli kepada orang lain bukan hanya mementingkan dirinya sendiri. 

10. Anak Membully Temannya

Ini bahaya banget ya. Membully saja sudah termasuk perbuatan yang salah. Masih mau sembunyi dibalik kata "namanya juga anak-anak"?

Tanpa sadar orang tua juga suka bully sama anak. Bilang anaknya gendut, pendek, nakal, dll. Aqlan juga sering dibilang gendut, kalau abis dicukur juga disebutnya botak dan segala yang terlihat fisik jadi bahan komentar. 

Padahal anak sehat aja sudah cukup membuat orang tuanya bahagia. Tidak perlu lagi komentar yang tidak ada faedahnya. 

Kesimpulan 

Anak juga manusia

"Namanya juga anak-anak" seolah kita meremehkan statusnya sebagai anak. Seolah anak adalah makhluk yang bebas berbuat sesuka hati tanpa kendali.

Perlakukan anak sebagaimana kita ingin diperlakukan. Berhenti mengatakan "namanya juga anak-anak" agar anak bisa tahu mana yang benar dan salah. Agar anak bisa berempati terhadap lingkungan sekitar dan orang lain. Dan agar agar kita bisa menghargai anak sebagai "manusia".

Memang tidak mudah langsung simsalabim membiasakan pola tersebut. Butuh proses dan harus pelan-pelan tidak bisa sekaligus. Minimal kita mau berubah dengan pola pikir dengan menghilangkan kata "namanya juga anak-anak". 

Yuk kita mulai rubah dari sekarang. Biasanya perilaku apa yang bunda sering dengar atau lihat terkait "namanya juga anak-anak"? Share yuk. 




Related Posts

16 komentar

  1. Iya nih emang harus diajari sejak dini, kan itu perilaku yang salah yak

    BalasHapus
  2. Anak-anak bisa ya dilatih dari kecil agar salah hingga besar nanti. Peran lingkungan juga terkadang membenarkan perilaku anak dengan alasan namanya juga anak2...relate banget di kehidupan nyata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa betul mbak, lingkungan faktor yg sangat penting.

      Hapus
  3. Nah ini bener semua mbak. Aku juga suka kesel sama nprilaku anak yg seolah² dibiarkan oleh orang tuanya. Ngga dikasi mainan dibilang orangtuanya pelit. Yg bikin kesel lagi ada anak yg suka main ke rumah tp orang tuanya tidak peduli malah tutup pintu. Padahal anaknya dirumah suka bikin kesel. Ahhh sangat menyebalkan ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sabar² mbak 😂 nah ituu aku juga sebel kalau udah dibilang pelit ke anak. Anak mah belum tau konsep berbagi ya mbak, bukan pelit 😂 lagian haknya jugaaa

      Hapus
  4. "Namanya juga anak2..." kok ak dengernya spt komentar yg underestimate bgt terhadap kemampuan anak unt bisa paham kalau kita mengajarkan sesuatu yang benar ya, seolah anak2 blm bisa diajari hal yg baik gt ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ituu dia mbaaak. Padahal kita kasih tau aja sejak dini, Insya Allah pelan² anak akan mengerti.

      Hapus
  5. perlunya edukasi sejak dini memang penting ya mba, aplagi tidak semua orang tua paham akan hal ini... dan seringnya memang begitu, "namanya juga anak-anak" selalu di bawa-bawa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, pelan² dikasih tau Insya Allah juga pelan² akan paham.

      Hapus
  6. pemakluman kaya gini yang bikin anak-anak nggak punya konsep diri yang baik ya mba. PR banget buat orangtua melatih danmembiasakan anak untuk punya karakter yg baik .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, pemakluman yang salah. PR untuk orang tua untuk membentuk karakter anak.

      Hapus
  7. Wah ini nih..klo aku sudah aq ceramahi klo anakku..apalagi ikut didikan orang turki jadi berat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Budaya Turki mirip juga gak mbak? Lebih berat dari ini?

      Hapus

Posting Komentar