Tahun ini giliran kami lebaran di Karawang. Meski bergantian, tetap ada perasaan sedih yang menyeruak tidak bisa kumpul bersama Mama dan adik, serta tidak bisa ziarah ke makam Ayah, tapi semoga doa-doaku selalu menemani mereka.
Meski sama-sama berlatar keluarga Sunda, ada perbedaan tradisi lebaran keluarga yang kami rayakan. Contoh sederhana dari masakan saja sudah berbeda.
Mama biasa masak menu lebaran serba santan, seperti opor ayam, sayur balado kentang, sayur cabai hijau, dan kerupuk nyemek yang menambah selera makan. Banyak menu yang dimasak hingga bingung mau makan yang mana dulu. Tak lupa, ketupat selalu jadi menu wajib pengganti nasi.
Berbeda dengan mertua yang hanya memasak rendang dan ayam kecap saja. Tidak ada ketupat, tapi banyak kue bahkan mertua rajin membuat uli ketan. Biasanya aku yang bagian membantu masak dan nganteran (mengantar) makanan ke saudara-saudara.
Nganteran merupakan tradisi mengantar makanan yang dibagikan untuk sanak saudara dan tetangga sekitar. Aku juga merasakan tradisi ini ketika kecil, namun di Subang rasanya sudah mulai hilang.
Itulah kenapa aku sedih dan rindu kalau lebaran nggak bisa mudik, salah satunya ya karena makanan Mama yang selalu bikin rindu, tak ada tandingannya. Tapi, sama halnya dengan suami yang tidak bisa makan masakan Mama yang serba santan, jadi setiap kali mudik aku selalu request ayam goreng untuk suamiku, hehe.
Pasalnya ia selalu sakit perut kalau makan makanan santan. Wajar saja kita berbeda kebiasaan merayakan tradisi lebaran dalam hal makanan. Kebiasaan memang berpengaruh sekali ya dalam membentuk apa yang kita suka.
Selain makanan, ada lagi perbedaan saat hari Lebaran tiba. Selesai shalat Idul Fitri, kegiatan yang dilakukan adalah salam-salaman bersama saudara, lalu berziarah ke makam. Kalau di Karawang, selepas ziarah ada tradisi "Tawur Uang". Apa itu tawur uang? Apakah di tempat kamu juga ada? Yuk, simak cerita lengkap tradisi lebaran keluargaku.
Asal usul Tradisi Tawur Uang
Tawur uang, bukan tawuran yang dilakukan dengan tindakan kekerasan dengan membawa senjata tajam yang meresahkan warga ya. Tawur uang yang satu ini justru membuat warga senang dan bahagia.Tawur uang dalam bahasa Sunda yang berarti menebar atau melempar uang. Uang disebar ke segala arah, ke kanan, kiri dan belakang agar semuanya bisa kebagian. Uang yang disebar diperebutkan banyak orang, siapa cepat dia dapat.
Bukan hanya soal kecepatan, tapi butuh strategi juga agar dapat uang yang banyak. Tak heran banyak yang saling senggol untuk mempertahankan posisi agar uang tidak direbut pihak lawan. Jangan bayangkan disenggol dengan tindakan anarkis ya, tentu saja senggol yang satu ini bikin kita ketawa terbahak-bahak.
Semakin banyak uang yang ditawur, besar kemungkinan peluang mendapatkan uang semakin banyak. Tapi, kalau yang nggak profesional, tetap saja dapatnya sedikit. Contohnya seperti aku, hehe.
“Tidak tahu pasti kapan sejarah tawur uang ada, tapi tradisi ini banyak dilakukan di berbagai daerah.”Di beberapa daerah selain Sunda, juga ada tradisi yang sama, ada yang namanya sama tawur uang, ada yang berbeda. Ada yang dicampur dengan beras putih, ada pula yang diberi warna kuning. Disatukan dalam satu wadah.
Yang aku tahu, tawur uang itu dilakukan saat acara pernikahan saja. Saat aku menikah juga melakukan tradisi tawur uang. Pengantin duduk dan diberi payung dari belakang. Biasanya sinden yang memimpin dan menyanyikan lagu dari Sunda, yang berisi nasehat-nasehat atau petuah rumah tangga.
Lalu sinden yang menyanyikan lagu dengan gerakan yang sistematis menebar uang yang ada di baskom. Tidak haya uang, isinya berupa beras dan permen. Beras diartikan sebagai simbol yang semoga pernikahan kami selalu diberikan rezeki yang melimpah. Kalau permen, mungkin bagian dari modifikasi.
Culture shock dengan budaya di keluarga suami. Setiap fase yang kita lewati selalu mengadakan acara syukuran atau sedekah. Salah satunya dengan tawur uang ini.
Culture shock dengan budaya di keluarga suami. Setiap fase yang kita lewati selalu mengadakan acara syukuran atau sedekah. Salah satunya dengan tawur uang ini.
Mulai dari setelah lahiran anak akan di ayun dengan kain dan kalau anak sudah bisa jalan, jika kita ada rezeki, maka kebanyakan keluarga akan melakukan tawur uang.
Begitu yang Aqlan alami ketika bisa jalan sambil dikalungkan dengan kerupuk, lalu menebar uang, tanda kebahagiaan kami anak bisa jalan. Jelas saja bukan aku yang menyiapkan, karena aku tidak tahu apa-apa. Semua sudah disiapkan oleh mertuaku, hehe.
Aku tidak tahu kenapa harus kerupuk ya? Dan apa kaitannya dengan bisa jalan? Sudah lah Aqlan suka kerupuk, malah ia ribut ingin makan kerupuk, wkwkwk.
Momen lebaran ini yang paling dinanti tawur uang. Karena banyak peserta tawur uang, biasanya ada keluarga yang menjadi donatur tawur uang.
Dulu aku hanya menyaksikan saja. Dalam hati membatin, ngapain sih berebut uang segala? Dapatnya juga nggak seberapa. Tapi, ternyata bukan hanya uang semata, melainkan keseruan dan keakraban. Momen yang hanya bisa dibilang satu tahun sekali untuk merayakannya. Dengan adanya tawur ini kami jadi semakin akrab dengan kerabat.
Entah tradisi ini siapa yang memulai, namun jadi favorit banyak orang dengan hasil yang di dapat. Tetap senang meski kaki dan tangan seringkali terinjak yang lain dengan mengambil kepingan rupiah. Tetap bergembira meski hasil yang di dapat sedikit. Setelah tawur, kita akan saling memberitahu jumlah uang yang di dapat. Terkadang lebih sering menertawakan proses memungutnya dibanding mementingkan jumlah nominal uangnya.
Tawur Uang: Tradisi yang Paling Dinanti Ank-anak dan Dewasa
Dulu aku pikir, tawur uang itu hanya untuk menyenangkan anak-anak saja. Hanya berlaku bagi ank-anak. Ternyata, di sini justru yang paling antusias adalah para ibu-ibu. Kalau bapak-bapak sepertinya terlalu gengsi untuk jadi peserta. Nggak ada yang tertarik. Entah karena lelah, atau percuma dengan rupiah yang tak seberapa.Seperti biasa, ibu-ibu paling kencang teriakannya, tapi entah apa yang diambil, haha. Mungkin ini juga yang membuat ibu-ibu paling antusias jika ada tawur uang, yang penting happy.
Tidak ada jumlah nominal uang yang harus ditawur. Bebas berapa saja, lebih banyak jumlah nominalnya jelas makin seru dan berpeluang dapat banyak. Recehan seratus ribu pun sudah bisa membuat banyak anak-anak senang dengan adanya tawur uang.
Tawur uang dalam tradisi lebaran keluarga suami mengalami dinamika. Mungkin sudah memasuki era modern. Tawur uang bukan hanya uang receh, melainkan uang kertas dua ribuan juga turut memeriahkan dan menambah kemeriahan tawur.
Tidak ada jumlah nominal uang yang harus ditawur. Bebas berapa saja, lebih banyak jumlah nominalnya jelas makin seru dan berpeluang dapat banyak. Recehan seratus ribu pun sudah bisa membuat banyak anak-anak senang dengan adanya tawur uang.
Tawur uang dalam tradisi lebaran keluarga suami mengalami dinamika. Mungkin sudah memasuki era modern. Tawur uang bukan hanya uang receh, melainkan uang kertas dua ribuan juga turut memeriahkan dan menambah kemeriahan tawur.
Uang dua ribuan digulung dan dimasukkan ke dalam sedotan. Lalu, sedotan bersama uang recehan ditawur bersamaan ke segala arah. Gulungan kertas ini lebih memudahkan untuk diambil dibandingkan dengan uang koin yang sulit diambil kalau sudah menyentuh tanah.
Waktu saudara suami menikah, bukan hanya uang kertas yang dimasukkan ke dalam sedotan, melainkan nomor undian. Bila beruntung, tukarkan hadiah tersebut pada panitia. Hadiahnya macam-macam, tapi kebanyakan perabotan rumah tangga. Aku tidak ikut, lebih memilih ngantri di prasmanan, karena perut yang sudah keroncongan, sementara adik ipar beruntung dapat timbangan.
Waktu saudara suami menikah, bukan hanya uang kertas yang dimasukkan ke dalam sedotan, melainkan nomor undian. Bila beruntung, tukarkan hadiah tersebut pada panitia. Hadiahnya macam-macam, tapi kebanyakan perabotan rumah tangga. Aku tidak ikut, lebih memilih ngantri di prasmanan, karena perut yang sudah keroncongan, sementara adik ipar beruntung dapat timbangan.
Wah semakin beragam ya? Bagaimana di tempat kamu apakah mengalami modernitas juga?
Kalau liat yang tawur ini lucu banget. Harus banget diabadikan agar bisa melihat kembali momen-momen lucu saat tawur. Rusuhnya sih sudah kayak tawuran, tidak ada tindakan kekerasan, tapi kalau keinjak dikit mah ya ikhlas-in aja, wkwkwk.
Biasanya hari pertama lebaran ada saudara yang melakukan tawur uang yang dilakukan di makam. Kali ini hari kedua ada dilakukan tawur uang namun dilakukan di halaman rumah donatur tersebut.
Kalau liat yang tawur ini lucu banget. Harus banget diabadikan agar bisa melihat kembali momen-momen lucu saat tawur. Rusuhnya sih sudah kayak tawuran, tidak ada tindakan kekerasan, tapi kalau keinjak dikit mah ya ikhlas-in aja, wkwkwk.
Biasanya hari pertama lebaran ada saudara yang melakukan tawur uang yang dilakukan di makam. Kali ini hari kedua ada dilakukan tawur uang namun dilakukan di halaman rumah donatur tersebut.
Ada dua saudara yang akan tawur uang. Paginya senilai seratus ribu rupiah dan sorenya senilai satu juta rupiah. Aku yang tidak pernah ikut tawur, hari itu sangat antusias untuk ikut yang satu juta. Peluang dapat uang lumayan nih pikirku, haha. Tapi, ternyata peserta yang akan memungut uang tawur juga tak kalah banyak.
Sebelum tawur dimulai, para ibu-ibu sudah melakukan strategi dulu. Saudaraku yang berbadan gemuk dengan menggunakan daster, sudah siap akan melebarkan dasternya. Katanya mau ditangkap dengan daster aja.
Cara tersebut dianggap kurang fair, pasalnya semua receh langsung jatuh pada daster tersebut. Nanti kita tidak kebagian dong. Namun kita semua menerima saja, karena melihatnya saja sudah lucu. Belum tentu juga kan bisa dapat banyak dengan mengunakan daster.
Tapi, apapun caranya sah-sah saja, karena tidak ada penilaian, kalau sudah rezeki nggak akan kemana. Yang penting keseruannya, semua menikmati dan sekejap bisa melupakan beban pikiran.
Kali ini aku mengajak Aqlan untuk ikut tawur, agar dia mengenal adat tradisi budayanya. Aqlan sangat antusias pura-pura jatuh, tapi hanya dapat 500 rupiah. Sedangkan aku tidak berani ke depan, khawatir Aqlan malah terinjak. Lain kali aku nggak usah ajak dia lagi deh, cukup lihat dari jauh saja. Karena antusias peserta ini cukup mengkhawatirkan, wkwkwk.
Setelah semua selesai, terlihat saudara dan anaknya di pojokan terlihat sedang memunguti uang recehan. Sontak hal tersebut jadi guyonan kami semua. “Ayo-ayo terus ambil. Ledek kami semua sambil tertawa terbahak-bahak melihat aksinya yang sangat lucu.
Sesudahnya, beliau bercerita kalau cara memungut uangnya degan menggeser uang ke samping untuk diamankan. Ia memidahkan uang dengan kakinya. "Yang penting uang terkumpul dulu", begitu katanya. Ya walaupun ia sampai lecet-lecet saking antusiasnya. Hmmm strategi yang bagus, apalagi bisa sambil kolaborasi dengan anak, haha.
Uang yang ia kumpulkan dengan anaknya berjumlah 50 ribu. Mungkin dikurangi jika dibelikan obat merah untuk mengobati luka yang terkena lecet, wkwkwk. Kami saling memberitahu hasil yang didapat dari tawur. Aku yang paling sedikit, dapatnya 8.000. Alhamdulillah cukup untuk satu porsi seblak.
Kesimpulan
Tawur uang memiliki makna kebersamaan dan keceriaan. Kita bisa berbagi kebahagian bersama keluarga. Mungkin terksean membuang-buang uang, tapi tidak sebaliknya. Tawur uang memiiki makna “membagi rezeki dan kebahagiaan.”Bukan hanya soal uang semata, tapi berbagi dan menciptakan suasana yang menyenangkan di hari raya Idul Fitri.
Bagaimana tradisi lebaran keluarga kamu? Apakah ada tradisi tawur uang juga? Yuk, sharing momen lebaran bersama keluarga!
Tradisi yang menarik. Tawur uang. Bukan nominal uangnya sih yang kuperhatikan. Tapi, ikut tawur uang pasti seru. Diiringi suara jeritan khas ala ibu-ibu yang berebut mengambil uang yang ditawur. Hehehe....
BalasHapusDari anak-anak sampai yang dewasa ikut heboh berebut! Suasana jadi super meriah, penuh tawa, dan teriakan gembira. Momen kebersamaan yang bikin kangen dan selalu paling dinantikan setiap tahunnya. Serunya itu lho, bener-bener nggak tergantikan! Semoga tradisi ini terus lestari ya.
BalasHapusTradisi Nganteran ini di tempatku juga udah lama gak berlanjut lagi. Palingan hanya dengan depan rumah aja. Kalo waktu kecil iya, sampe ke tetangga belakang rumah. Ngangenin sih tradisi ini
BalasHapusKebayang yaaa serunya rebutan uang lebaran bocil²..kalau di keluarga saya permainan serok uang, jadi mata kita ditutup terus dikasih piring sama serok. Naah dalam kondisi mata tertutup kita nyerok uang lembaran yang ada di depan kita, diserok buat dimasukkan ke dalam piring. Ternyata susaah yaa wkwkw..sy gak dapat uang uang banyak🤣
BalasHapusYa Allaah.. suerrruu puooll.. menghidupkan tradisi Tawur uang setiap ada momen hari istimewa ini gak terlupakan banget. Intinya ingin berbagi yaa.. namun caranya unik dan membebaskan setiap orang untuk mengatur strategi jitu agar panen uang lebih banyak.
BalasHapusDi Jawa Timur juga ada, ka Alfi..
Pas nikah tuh ada dodol dawet. Tradisi jualan ini pake uang mainan yang dibagikan ke pengunjung dan nanti beli dawet pake uang tersebut. Tus ditutup sama bagi-bagi hadiah kayak panci, dkk...
Miriipp yaah.. esensinya.
Eh, ada ya tradisi tawur uang saat Lebaran? Asli nih baru tahu.
BalasHapusNggak pernah lihat yang seperti itu di kota-kota tempatku pernah tinggal. Atau mungkin ada tapi aku aja yang nggak tau.
Wah asli mbaa aku baru tau tradisi ini. kalo di daerahku tawur tuh artinya bertengkar, tapi rame2 jadi kayak tawuran gitu hehehe ternyata di sini ada juga ya tawur uang
BalasHapusPas di awal sempat mikir, kalau rebutan apa gak bikin uangnya berpotensi rusak? Eh ternyata kayaknya kalau uang kertas dimasukkan dulu ya ke sedotan, cerdas sih menurutnya. Dan lebih menariknya lagi ternyata bisa juga isi sedotannya berupa undian berhadiah. Jadi lebih bervariatif gitu.
BalasHapusMenarik juga tradisinya ya. Bukan hanya anak" yang antusias, orang dewasa juga pada semangat
BalasHapusternyata, ini tu masuk tradisi ya mbak. Masha allah. Tapi, aku penasaran, kayak gitu i uang yang di tawurkan ada batas nominalnya kah,kwkwkk. Seru ya pastinya. Dan, bukan hanya mbak Fida deh yang tiap lebaran kalau gak mudik bakal kangen sama masakan ibu, sy jga demikian mbak.
BalasHapusTradisi tawur uang ini, meski beda tapi benar-benar ngingetin aku pas masih kecil, dengan berburu koin dari sanak saudara pas lebaran. Nilainya nggak seberapa, tapi biasanya keluarga besar akan kumpul di rumah eyang dan membagikan dompet koin mungil berisi koin 100 perak yang kalau nggak salah jumlahnya 100 koin per anak.Dompet itu kemudian di pekarangan rumah eyang untuk ditemukan sama anak-anak. :D
BalasHapusBaru tahu tawur uang, unik banget tradisinya di Karawang. Momen tawur uang pasti ditunggu-tunggu anak-anak dan ibu-ibu.
BalasHapusHahaaaa kebayang keriuhan ketika saling dorong untuk mendapatkan tawuran uang yaaa... Seru banget nih, bikin suasama jadi meriah. Di kampung saya sini tidak ada tradisi tawur uang, mbak.
BalasHapusUnik nih tradisi tawur uang, kalau di sini ga ada sih mbak, bagi-bagi uang aja, biasanya ada anak-anak yang keliling dari satu rumah ke rumah lainnya, jika sudah diberi uang maka anak-anak akan pamit dan berpindah ke ruamh yang lain
BalasHapusSelama aku di Garut belum pernah mendengar ada tradisi tawur uang di hari lebaran. Tradisi ini adanya di acara pernikahan atau khitanan. Namun, di sini namanya "nyawer". Meskipun terkesan rusuh dan heboh, acara ini memang seru.
BalasHapusLama2 semua orang pada pake daster dah biar bisa nadah uangnya hahahaha :D Tawur uang ini harus dilestarikan ya. Seru amat! Aku pernah dulu melihat kegiatan ini di kawinan sodara. Sampai teriak2 yang dapat uangnya wkwkwkwkwkw.
BalasHapusTabur uang jadi kaya mantenan yaa....kalau anak-anak pasti seneng-seneng aja tuh tawur uang berarti uang THR nya nambah banyaaak wkwkwk
BalasHapusKalau di tempatku ngga ada tawur uang sih. Pulang solat emang biasanya nyekar dulu, baru makan2 sambil sungkeman. Kalo di kami tradisinya bagi angpo biasa gitu. Waahh nyenengin banget rasanya liat tawur uang hahah.
BalasHapusSerunya tradisi Tawur Uang di keluarga saat Lebaran! Momen kebersamaan dan keceriaannya ini yang susah buat didapat klo ngga lebaran yah. Berebut rezeki sambil ngakak bareng itu momen yang paling ditunggu. Makin semangat menikmati kehangatan bersama keluarga. Semoga tahun depan bisa ikut rebutan uang lagi!
BalasHapusAku baru tau tradisi tawur unik juga ya dan pasti seru nih dan bikin kangen anak rantau ya kegiatan kayak gini
BalasHapusOh aku pernah lihat di tv nie tawur uang Gini. Dan emang seheboh itu rupanya dalam kerumunan peserta yang ikutan tawur uang. Aku kayaknya semangat nonton aja deh haha..ga berani ikutan, takut sesak napas wkwk. Mbak Fida harusnya pake payung biar semua jatuh ke payung, bisa tuh dapet dari 8 ribu jadi 80 ribu hihi..ini real hujan duit ya.
BalasHapusMenarik, karena tidak ada di tempat saya budaya seperti ini. Lebih menarik lagi karena dilakukan pada waktu tertentu saja.
BalasHapusEmang budaya tawur uang bermakna kebersamaan dan kecerian yang bisa mneyatukan anak-anak hingga orang dewasa. Menurutku ngga membuang-buang uang juga sih karena tradisi tiap daerah juga berbeda, malah bisa menjadi magnet rezeki buat keluarga.
BalasHapusWah seru banget tradisi tawur uang ini mbak... Semua pasti suka ya dapat uang begini menambah keakraban juga kan
BalasHapusTernyata ada ya tradisi beginian. Asik kayaknya ikut berebut
BalasHapusSeru ya, tapi aku baru tahu sekarang tradisi ini. Kalau di Jawa pas memgiring jenazah ke makam, itu ada uang logam yang ditawurkan bersama bunga.
BalasHapusWah ternyata tradisi tawur uang ini memang ada di mana-mana ya, Mbak. Kalau di tempatku biasanya pas buat syukuran entah itu setelah lahiran atau pas habis beli benda baru entah itu motor, kulkas, dll. Tradisi yang unik tapi menarik banget buat anak-anak dan ibu-ibunya XD
BalasHapuswah, seru banget :D jadi kangen momen ini karena salah satu cara berkumpul yang paling ampuh
BalasHapusTradisi tawur uang ini unik banget sih, bener-bener ngasih warna baru dalam suasana Lebaran! Dari yang awalnya cuma mikir “ngapain rebutan receh”, malah jadi momen penuh tawa dan kedekatan bareng keluarga. Serunya nggak cuma anak-anak, ibu-ibu juga all out banget!
BalasHapus