cerita mbun

Merdeka Finansial! Strategi Cerdas Mengelola Uang di Era Modern

13 komentar
Merdeka finansial

Hidup dengan tanpa rasa khawatir masalah keuangan adalah dambaan semua orang. Aku juga ingin seperti itu, bisa beli barang yang diinginkan tanpa harus memikirkan lagi uangnya cukup atau tidak untuk bulan berikutnya.

Makanya aku tertarik untuk selalu mengikuti akun yang membahas tentang strategi cerdas mengatur uang di media sosial dan beberapa platform. Apakah pengelolaan keuanganku selama ini sudah betul atau belum.

Membahas financial freedom ini selalu menarik, meskipun keuangannya masih morat-marit. Justru itu jadi motivasi untuk terus mendalami keuangan agar mencapai merdeka finansial yang kita inginkan.

Ketertarikan aku ini didukung oleh talkshow online yang diadakan oleh mahasiswa S2 Universitas Pelita Harapan (UPH) sesuai dengan mata kuliah finansial manajemen. Dihadiri oleh  banyak peserta dengan profesi beragam, ada yang bekerja di kantor, blogger, freelancer dan lain-lain. 

Talkshow ini membahas Strategies on How to Achieve Financial Freedom for Newbies and Freelancer yang di moderator oleh Evangelis, A.T.P pada Sabtu, 9 November 2024 pukul 19.00 WIB, membawa angin segar bagi blogger seperti aku yang masih kesulitan dalam mengatur perencanaan keuangan. Aku berpikir, apakah bisa bekerja sebagai freelancer mencapai financial freedom?

Apa itu Financial Freedom?

Narasumber pertama Christie Tania, ST.Pn, CFP, AWP, seorang certified financial planner memberikan sebuah pertanyaan apa itu financial freedom?

Menurutnya financial freedom adalah seorang bapak rumah tangga. Bukan berarti bapak yang mengerjakan tugas rumah saja. Asetnya yang bekerja, orangnya ada di rumah.

Wah, aku juga mau ya jadi ibu rumah tangga yang seperti ini, hehe. Menjalani hari tanpa harus pusing uang bulanan cukup nggak sampai akhir bulan. Begitu terus sampai mumet rasanya.

Apalagi seorang blogger seperti aku yang penghasilannya tidak menentu, kadang banyak, kadang tidak ada sama sekali, membuat aku juga kebingungan bagaimana strategi mengaturnya agar saat tidak ada job, aku masih tetap bisa menikmati hasilnya.

Diskusi strategi financial freedom
Sebetulnya masalah financial freedom yang diinginkan oleh semua generasi. Hanya saja yang menjadi pusat perhatian itu generasi Z yang banyak diberitakan sulit untuk membeli rumah karena gaya hidupnya yang konsumtif, bahkan cenderung menjadi Compulsive Shopping Disorder.

Bukan hanya itu, GenZ juga banyak terjebak dalam investasi bodong dan pinjol. Begitu mudahnya akses untuk meminjam uang sekarang, jika tidak punya uang langsung mengambil pinjol tanpa memperhitungkannya terlebih dahulu. Akhirnya terjebak dan tidak bisa melunasinya.

Benar nggak ya seperti itu? Lalu bagaimana sih kita bisa mengatur agar jangan sampai terlilit hutang? Alih-alih merdeka finansial, kita malah menciptakan generasi sandwich berikutnya. 

Harus selalu diingat bahwa kita tidak selalu muda, usia akan terus bertambah sehingga kita kehilangan usia produktif. Kalau sudah mencapai usia tidak produktif baru deh terpikir apa saja yang sudah dilakukan saat muda. Duh, jangan sampai menyesal di hari tua ya. Makanya harus segera direncanakan saat usia produktif ini.

Kelebihan Menjadi Freelancer

Transformasi digital, membawa pengaruh besar bagi freelancer. Pekerjaan freelancer sangat menguntungkan bagi seorang ibu rumah tangga yang ingin fokus menjaga keluarga namun tetap berpenghasilan sepertiku atau bagi orang yang tidak ingin terikat pada perusahaan. 

Antusias peserta talkshow financial freedom
Freelancer ini pekerjaan pilihan yang mempunyai beberapa keuntungan. Fennicia Auliantika, S.E, M.M, CFP yang seorang financial planner membagikan beberapa keuntungan bekerja sebagai freelancer

1. Fleksibilitas Kerja

Freelancer bisa bekerja dengan batas waktu yang tidak ditentukan dan tempat yang tidak terbatas. Kita bisa bekerja dengan durasi yang kita tentukan sendiri, yang penting pekerjaan dikumpulkan sesuai jam yang disepakati. 

Bekerja dengan sistem WFA (Work From Anywhere) mau di rumah atau di cafe ya bebas saja. Cocok untuk yang tidak suka dengan rutinitas setiap pagi hingga pulang kerja yang selalu duduk di depan layar. Apalagi jalanan yang super macet membuat kita cepat lelah. 

2. Minat dan Bakat

Freelancer bekerja sesuai bakat dan minat yang ia miliki. Kebanyakan yang memilih freelancer berdasarkan dari hobi dengan terus mengembangkan diri.

Aku yang senang menulis dari kecil, menyukai pekerjaan blogger yang bisa bekerja dari mana saja. Aku bisa berkarya dan berdaya dari rumah. Cukup bermodalkan data internet dan laptop. Aku tidak perlu membayar biaya transportasi dan biaya asuh anak. 

Kecuali yang mengharuskan bertemu klien, itu pun jarang sekali. Lebih banyak bekerja sama melalui email baik dengan klien dalam negeri maupun luar negeri.

3. Potensi High Income

Freelancer juga bisa mengerjakan beberapa pekerjaan. Tidak terpusat pada satu pekerjaan. Selama tidak sibuk, maka berpotensi untuk mengerjakan pekerjaan lain yang sesuai dengan salary yang diinginkan.

Kita juga bisa memilih pekerjaan apa yang ingin kita kerjakan. Jika tidak cocok dengan fee yang ditawarkan atau idealisme, kita boleh untuk menolaknya atau jika pekerjaan kita sudah terlalu banyak. Hal-hal seperti ini bisa diatur bagi profesi freelancer

4. Penghasilan Tambahan

Freelancer bisa jadi pekerjaan utama atau sampingan. Baik utama atau sampingan, keduanya tetap harus melakukan perencanaan keuangan dengan baik. 

Bagi pekerja kantoran, mengambil pekerjaan dengan sistem freelance bisa jadi solusi untuk menambah income

Kekurangan Jadi Freelancer

Ada kelebihan, tentu ada kekurangan. Kekurangan freelancer ini yang bisa mempengaruhi kondisi keuangannya. Tidak seperti karyawan yang mempunya gaji tetap, freelancer harus bisa mengatur keuangan karna gajinya tidak datang setiap bulan. 

  • Penghasilan tidak tetap, dengan gaji pas-pasan, terkadang menyiapkan dana darurat saja terasa jadi angan-angan. Meski penghasilan tidak tetap, saat gajian sebaiknya dialokasikan pada pos-pos kebutuhan.
  • Tidak ada asuransi, freelancer tidak memiliki asuransi seperti pekerja kantor pada umumnya. Kalau sakit, bayar perawatan sendiri. 
  • Tidak ada tunjangan, dari gaji freelancer hanya upah yang dibayarkan atas hasil kerja, selebihnya tidak ada tunjangan seperti THR, bonus akhir tahun, tunjangan cuti, dan lain-lain.
  • Tidak ada fasilitas kerja, fasilitas kita yang sediakan. Kalau mau kerja di cafe, ya kita sendiri yang membeli minum dan makannya, tidak di cover oleh perusahaan. Menurutku daripada data internet yang sekarang menjadi kebutuhan, kenapa tidak untuk digunakan menambah income, daripada habis untuk scroll yang tidak jelas. Apalagi jika di rumah menggunakan wifi, bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan skill dan income.
  • Bekerja sendiri, tidak ada pengganti jika kita sedang sakit atau ada keperluan lain. Jadi harus bisa mengatur waktu segera mengerjakan, sebelum sakit menyerang sehingga kita tidak bisa menyelesaikan pekerjaan apalagi pekerjaan yang butuh waktu pengerjaan cepat.
  • Risiko tidak berpenghasilan sama sekali dalam waktu yang tak menentu, ini betul banget dan sering terjadi. Pada momen tertentu banyak tawaran job hingga kewalahan dalam bekerja, tapi satu waktu dalam sebulan tidak ada job sama sekali. Kalau sudah begini, pusing juga bagaimana mengaturnya jika tidak ada pemasukan sama sekali.

Kondisi Dikatakan Gagal Mengatur Keuangan

"Keuangan sehat jika cashflow positif, dana darurat cukup, hutang terkendali, proteksi, memiliki investasi yang sesuai dengan tujuannya." 

Kelihatannya mudah mengatur keuangan ya? Cukup bisa menahan keinginan dan kebutuhan kita. Mengatur gaji dan memberinya pada pos tertentu. Pada praktiknya tidak semudah itu, karena kita sering dihadapkan pada kondisi tertentu yang tidak terduga. 

Dampak kita gagal mengelola keuangan juga akan mempengaruhi keuangan kita. Hidup dari hutang ke hutang dan kerja juga jadi tidak fokus.
Membeli rumah impian jadi sulit digapai. 
  • Pengeluaran berlebihan, pengeluaran lebih besar daripada pendapatan membuat kita kewalahan untuk memenuhi kebutuhan yang kurang tersebut. Akhirnya harus berhutang lagi untuk memenuhi kebutuhan. Solusinya bisa dengan mencari income lain dari sumber gaji utama.
  • Ketidakpastian menghadapi kondisi darurat, karena tidak bisa mengatur keuangan akhirnya saat dihadapkan pada kondisi darurat, mengambil dari anggaran yang lain. Sebaiknya jika ada keadaan darurat, tidak mengambil anggaran lain. Ini yang masih menjadi PR, karena belum punya dana untuk keadaan darurat.
  • Terperangkap hutang, hidup dengan gali lubang dan tutup lubang karena tidak punya dana darurat.
  • Kekurangan dana pensiun, tidak direncanakan dengan baik untuk hari tua sehingga pada saatnya tiba keuangan menjadi minus. 
  • Menciptakan generasi sandwich selanjutnya, sebaiknya rantai ini putus di kita, tapi karena tidak bisa mengelola juga akhirnya jadi menciptakan generasi sandwich berikutnya. 
  • Stres dan kecemasan finansial, kerja jadi gelisah dan tidak fokus, karena harus memikirkan biaya sehari-hari, hutang dan masa depan.

Bagaimana Cara Bijak Mengelola Keuangan?

Dari kekurangan freelancer tersebut, kita perlu sekali untuk mengelola keuangan. Agar mempunyai keuangan yang nyaman dan aman, kita harus tahu dulu tujuan kita mengatur keuangan ini untuk apa. Tentunya selain untuk merdeka finansial, aku juga ingin hidup aman tanpa harus memikirkan uang melulu selama hidup. 
Strategi mengelola keuangan genz
Kalau lihat Raditya Dika yang sudah sukses mencapai financial freedom, kok seperti hidupnya nyaman banget. Walaupun dia juga tetap mengatur keuangan bulanan dan mengajarkan anaknya untuk memiliki daya juang.

1. Buat dan Jalankan Anggaran

Buat rencana keuangan. Hal yang sudah aku lakukan mencatat pemasukan dan pengeluaran. Mencatat pengeluaran, jadi tahu dalam sebulan uang dipakai untuk kebutuhan apa saja.

Membuat anggaran untuk biaya operasional, rumah tangga, anak, darurat, dan lain-lain. Kebutuhan untuk rumah tangga tidak bisa diganggu, karena itu adalah anggaran untuk biaya makan sehari-hari. Begitu juga jika kita butuh anggaran, harus konsisten tidak menggunakan anggaran yang lain.

2. Dana Darurat Harus Mencukupi 

Sisihkan dana darurat dari pendapatan yang kita punya.
  • Biaya hidup, 40-70 %
  • Cicilan, maksimal 30%
  • Menabung, minimal 10%
  • Donasi/Ziswaf, 2,5-10%
  • Premi asuransi, minimal 10%
  • Hiburan, maksimal 10%
Bagi freelancer juga bisa melakukan anggaran seperti ini. Misalkan dalam satu penghasilan, kita bisa bagi ke dalam beberapa anggaran seperti ini dan tinggal di hitung presentasinya sudah mencapai maksimal atau belum. 

3. Pisahkan Rekening Sesuai Tujuan

Agar tidak tercampur, kita bisa memisahkan rekening sesuai tujuan. Jika tidak ingin mempunyai banyak rekening, sudah banyak aplikasi keuangan yang bisa mengatur pemisahan anggaran seperti ini. Tinggal pilih saja sesuai dengan kebutuhan. 

4. Cari Peluang untuk Penghasilan Tambahan

Cari peluang yang bisa menambah pendapatan. Jadi tidak hanya dari satu sumber. Siapa tahu dengan mencari peluang yang lain, bisa mencukupi anggaran pos-pos di atas. Sehingga kita punya dana darurat yang bisa dipakai kapan saja. 

Bisa dengan pekerjaan lain atau investasi yang tujuannya untuk jangka panjang. Misalkan dana pensiun dan pendidikan anak.

5. Disiplin dan Konsisten 

Ini nih yang sulit. Jangan sampai euforia-nya semangat di awal saja, ke sananya malah tidak konsisten dan disiplin, sehingga rencana mengatur keuangannya jadi berantakan.

Aku sudah konsisten mencatat pengeluaran selama 6 tahun rumah tangga. Meski belum mencapai financial freedom, rasanya ada perasaan lega dan tenang ketika tahu kemana saja uang pergi dan digunakan. Hidup juga jadi lebih terarah dan bisa menahan sifat konsumtif. Cobain deh!

Kesimpulan

Hidup sesuai keinginan tanpa khawatir masalah keuangan adalah impian bagi semua orang. Namun kenyataannya kita harus menghadapi hal-hal yang bisa mengubah keuangan kita. 

Banyak pengeluaran seringkali lebih besar daripada pendapatan, sehingga membuat kesulitan bagaimana cara mengaturnya. Belum lagi bagi freelancer yang penghasilannya tidak menentu setiap bulan.

Ternyata bisa loh bagi freelancer untuk mencapai financial freedom. Asalkan disiplin dan konsisten. Yuk, semangat terus mencari cuan agar mencapai tujuan keuangan yang kita inginkan! 



Related Posts

13 komentar

  1. Aku yang sedang mengusahakan untuk bisa mencapai financial freedom mulai belajar bagaimana mengatur keuangan dengan benar. Berusaha menghindari utang, terutama bila sekedar untuk memenuhi hal-hal yang bersifat konsumtif. Mending menabung dulu. Kalau emang sudah longgar, baru dah beli apa yang kita inginkan.

    BalasHapus
  2. Yang mulai saya lakukan agar anggaran rumah tangga stabil tuh sekarang sudah mulai bikim rekening terpisah dengan tujuan masing-masing seperti yang Mbak Fida jelaskan di poin 3 dalam cara bijak mengelola keuangan dan itu lumayan berhasil. Jadinya tidak terlalu mengganggu kantong keuangan lainnya yang dipersiapkan sesuai peruntukannya masing-masing. Next mudah-mudahan bisa mengaplikasikan tips-tips lainnya kaya mencukupi dana darurat yang kadang lumayan bikin keder ini

    BalasHapus
  3. saya sudah lama jadi freelance. Dan memang karena penghasilan saya tak menentu, maka kunci utama saya adalah mengutamakan kebutuhan bukan keinginan. kalau ada rezeki, baru sesekali keinginan, itu juga kadangb menabung dulu. pokoknya jangan sampai tergoda meminjam.

    BalasHapus
  4. Poin tentang pentingnya investasi jangka panjang sangat menarik. Saya sudah mencoba berbagai instrumen investasi dan emang kudi pilih yang cocok untuk kita sih. Ini penting banget dimulai segera. jangan nunggu nunggu lagi sih

    BalasHapus
  5. Jadi freelancer memang harus jitu kelola keuangannya, apalagi yang punya cita-cita ingin financial freedom. Jadi sebisa mungkin menabung yang apik atau punya investasi

    BalasHapus
  6. Yuk tetap semangat kak. Sebagai freelancer jg, kita hrs pintar2 mengatur keuangan sih. Terutama trs mencari pendapatan sampingan da hrs serba irit (udh masuk ke pos2 tertentu) dlm pengeluarannya.

    Asal nggak lebih besar pasak drpd tiang, insyaAllah cashflow kita akan aman. Dan smg pendapatan dr pekerjaan freelance-nya mkn berlimpah ya kak.

    BalasHapus
  7. Pekerjaan freelancer emang menantang banget untuk mencapai financial freedom. Semangat mbak 😍

    BalasHapus
  8. Jaman sekarang nih saat semua serba digital, termasuk pemenuhan kebutuhan, manajemen keuangan itu harus dikuasi ya. Kalau enggak bisa keteteran. Jangan sampai besar pasak daripada tiang, kebutuhan banyyapi pemenuhan gak sampai. Siapapun pasti ingin merdeka finansial nya. Termasuk saya dong. Hehehe

    BalasHapus
  9. jadi freelancer kudu pinter ngatur keuangan. soalnya kadang penghasilan juga gak menentu tergantung ada tidaknya job. tapi dengan manajemen keuangan yang baik, bukan tidak mungkin kita bisa terhindar dari masalah finansial.

    BalasHapus
  10. Kalau di awal sudah diniatkan untuk membuat anggaran sesuai pos masing2, rasanya bakalan lebih teratur ya. Apalagi ditambah dengan tekad kuat untuk disiplin. Pengeluaran pun jadi enggak melebar kemana2, hanya diperuntukkan sesuai kebutuhan saja.

    BalasHapus
  11. Hebat banget bisa konsisten mencatat selama 6 tahun. Aku juga oernah mencatat semua pengeluaran dan pendapatan tapi ya gituu.. Susah banget buat konsisten..

    BalasHapus
  12. Sepengalamanku jadi freelancer, nggak bisa ngajuin KPR buat beli rumah. Tetap aja harus ada nama instansi atau kantor yang dicantumkan. Apalagi setelah pihak bank tahu si freelancer ini juga single parent. Makin tertutup kesempatan buat ngajuin KPR.

    Lucunya, pas si freelancer ini ngurus perubahan jenis investasi dari saham ke reksadana (karena lebih aman buat jantung), tatapan CS seolah takjub. Eh ternyata freelancer juga punya duit buat invest (meski tak seberapa)

    BalasHapus
  13. nah disiplin dan konsisten ini lah tantangannya xD kadang semangat di awal dalam mendata, eh lama2 semangatnya luntur. ketika berhenti, sulit untuk memulai kembali.

    BalasHapus

Posting Komentar