cerita mbun

6 Hal yang Harus Dibicarakan Sebelum Menikah. Apa Saja Ya?

Dalam pandangan seorang psikolog klinis


Memutuskan akan menikah tentunya banyak yang harus dipersiapkan. Selain dari persiapan untuk resepsi pernikahan, tentunya ada hal-hal prinsip yang akan dibicarakan untuk kelangsungan pernikahan. Hal yang harus dibicarakan sebelum menikah agar menuju halal dengan persiapan fisik dan psikis yang matang.

Inez Kristanti, seorang psikolog klinis yang membicarakan tentang hal yang harus dibicarakan sebelum menikah di postingan feed Instagram pribadinya. Melalui unggahan tersebut, banyak hal yang bisa kita pelajari termasuk bagi yang akan menikah. Bagi yang sudah menikah ini juga masih relate kok.

Berikut hal yang harus dibicarakan sebelum menikah ala Inez Kristanti:

1. Kondisi Keuangan yang Sebenarnya

Bicarakan dengan pasangan soal income. Dapat pendapatan dari mana saja, apakah dari gaji setiap bulan atau bisnis. Bicarakan juga pendapatan tersebut alokasinya kemana saja? Kamu harus bicarakan ini apakah kamu setuju atau tidak untuk alokasinya tersebut. Kalau tidak, diskusikan berdua baiknya bagaimana.

Selanjutnya, value tentang uang tersebut. Cara mengelola keuangan kamu dan pasangan itu seperti apa? Apakah sama atau berbeda? Kalau kamu merasa boros atau hemat, sampaikan juga ke pasangan. Jangan sampai setelah nikah baru tahu kalau yang satu boros yang satu ngirit banget, kan susah jadinya, hehe. Kalau aku sih sama suami untungnya, sama-sama suka beli jajanan enak di Karawang. Tapi, justru kesulitannya jadi gak bisa hemat karena jajan terus, hehe.

Nah, paling penting nih untuk membicarakan soal hutang. Ini wajib sih ditanyakan, jangan sampai udah nikah ada pihak bank yang nagih ke rumah sedangkan kita gak tahu apa-apa. 

Bahkan mertuaku sampai turun tangan loh, terkait urusan hutang ini. Beliau meyakinkanku kalau keluarga pihak suami punya hutang, itu bukan urusanku karena gak ada sangkut pautnya sama aku. Nah, kalau gini kan jelas ya? Kalau misalkan pasangan punya hutang, saling terbuka punya hutang berapa dan bagaimana mau menyelesaikannya.  

Terus bicarakan juga kalau kamu masih punya tanggungan selain diri sendiri. Misalnya kalau kamu masih jadi sandwich generation yang membiayai keuangan keluarga atau punya tanggungan adik-adik yang masih sekolah, perlu dibicarakan agar pasangan mengetahuinya.

Akupun begitu meski bukan yang membiayai orang tua, tapi aku ceritakan kondisiku yang masih punya adik sekolah. Suamiku perlu tahu jika sewaktu-waktu aku ingin mengalokasikan uang dari hasil kerjaku untuk membantu keperluan sekolah adikku. Begitupun jika kita ingin membantu kerabat yang lain. 

Selanjutnya, kalau mau pakai perjanjian pranikah juga bisa saja. Sepemahamanku ketika belajar hukum di kampus dulu kalau perjanjian pra nikah ini biasanya untuk mengamankan aset. Kalau pasangan sama-sama punya perusahaan yang asetnya banyak alias tajir melintir ya boleh dibuat perjanjian pra nikah. Tapi, kalau rakyat jelata kaya aku gini mah gak usahlah ya, asetnya jua gak ada, hahaha.

Urusan keuangan ini harus terbuka dari awal. Kalau zaman dulu mah mungkin masih tabu ya takut dianggap matre atau hal yang lain. Kalau sekarang udah lebih terbuka jadi kamu bebas bahas apa aja dari segi keuangan. 
Soalnya menjalani pernikahan juga perlu yang namannya alat. Nah, uang ini sebagai alatnya dong, hehe.

2. Punya Anak atau Tidak

Nah, ini juga nih harus dibahas sama calon suami atau istri ya. Kalau kamu pengen punya anak, tentukan mau punya anak berapa. Jaraknya berapa tahun dan sudah siap secara emosional dan keuangan belum? Jangan sampai nanti beluma ada kesempata punya anak, tahunya pasangan ternyata pengen punya anak. Repot juga ya, bisa jadi masalah.

Terus pola asuhnya gimana, mau mengikuti cara pola asuh orang tua dahulu atau ada yang mau di rubah? Dulu aku gak bahas pola asuhnya sih, karena menurutku terlalu jauh. Nyesel juga gak dibahas padahal penting banget. 

Tapi setelah ada anak untungnya sama-sama terbuka soal pengasuhan. Saling mengingatkan kalau ada caraku yang salah. Kami sepakat pola asuh kami mengambil yang baik dari pengasuhan orang tua kami dulu dan belajar lagi untuk mengikuti parenting di zaman sekarang, karena mendidik anak kan harus sesuai zamannya. 

Nilai-nilai dan ajaran agama seperti apa yang akan ditanamkan kepada anak. Untuk agama, kami sepakat mengajarkan agama sedari dini. Misalkan, ketika adzan magrib kamis sama-sama mengajaknya shalat. Dengan begitu, dia akan meniru yang kami lakukan dan tertanam agama dalam dirinya.

Lalu, kalau misalkan gak bisa punya anak secara biologis itu akan jadi masalah atau tidak? Bersedia untuk adopsi atau tidak? Cara menghadapinya bagaimana. Lingkungan juga berpengaruh biasanya. 

Kami punya anak setelah 16 bulan pernikahan, kami sih santai aja tapi orang terdekat banyak yang mempertanyakan “Kapan punya anak? kenapa belum punya anak?” cukup mengganggu ya, karena kami sendiri juga gak tau jawabannya. Nah, perlu juga dibahas nih jika mengalami kondisi seperti ini yang bisa menimbulkan masalah psikis juga.

3. Ekspektasi dan Prefensi Hubungan Seksual

Ekspektasi dan Prefensi Hubungan Seksual

Meskipun belum sexually active, tapi penting banget loh dibahas. Jujur saja kepada pasangan seberapa sering dan apa ada hal yang diinginkan dari hubungan seksual. Kalau dia gak bisa care sama keinginan atau kenyamanan kita, duh skip aja deh kalau gitu atau bicarakan lagi harusnya bagaimana.

Dulu kami sama sekali ga bahas, karena kami sama sekali gak kepikiran. Dia juga gak bahas duluan. Ternyata setelah menikah emang merasa penting banget buat dibahas. Buat kamu yang mau menikah gapapa kok bahas ini. 

4. Keterlibatan Mertua dan Orang Tua

Banyak juga perkara pernikahan berawal dari mertua atau orang tua yang turut campur rumah tangga. Aku juga sering jumpai teman-teman yang sering cekcok sama mertuanya.

Alih-alih sayang anak, justru malah jadi boomerang untuk anak dan menantunya. Kalau orang tua maupun mertua kasih saran, ya gapapa kok kita tampung aja. Keputusan ada di suami dan istri. Harus bisa satu tim sama suami. Jadi keputusan ada di suami dna istri.

Untungnya orang tua kami gak pernah ikut campur masalah kami. Kalaupun ada hal yang aku gak suka dari suami, biasanya aku akan cerita ke mertua untuk minta pendapatnya. Dan itu work banget sih untuk kami menemukan jalan keluar dari masalah. Bukannya direcoki, malah seringnya kami yang minta pendapat duluan ke mertua dan orang tua, hehe. 

5. Batasan Perselingkuhan

Setiap orang memandang selingkuh beda-beda. Ada yang menganggap chat sama cewe aja jadi masalah besar ada yang biasa aja. Diskusikan kalau nanti dalam perjalanan pernikahan ada godaan-godaan untuk selingkuh gimana menghadapinya.

Wah, dulu sih ini yang paling sering kami bahas. Aku yang protectif dan pencemburu masalah kecil aja jadi bisa masalah besar. Kalau sekarang mah udah biasa aja sih, malu juga sama anak wkwkwk.

6.  Terbuka atau Tidak untuk Konsultasi Pernikahan

Ada yang terbuka untuk konsultasi masalah pernikahan ke psikolog atau pakar pernikahan. Ada juga yang enggan konsultasi ke orang lain karena dianggap buka aib atau hanya sekedar ngomong doang.

Duh enaknya sih sama orang yang terbuka untuk konsultasi ya. Ketika dihadapkan dengan masalah, sama-sama terbuka untuk menyelesaikannya. Apapun masalahnya, komunikasi harus dilakukan agar hilangnya rasa cinta dalam pernikahan tidak terjadi.


Penutup


Demikian hal yang harus dibicarakan sebelum menikah berdasarkan pandangan psikolog klinik Inez Kristanti. Semoga bisa menjadi perenungan untuk kamu yang akan menikah.

Permasalahan rumah tangga setiap orang beda-beda ya. Dalam perjalanannya memang penuh lika-liku. Masalah bisa datang kapan aja diluar ekspektasi kita. Setidaknya kita bisa meminimalisir masalah tersebut dan susah punya pondasi untuk menyelesaikannya. Apa aja nih yang udah kamu bahas sama calon suami atau istri? Ciyeeeee ❤️



Related Posts

2 komentar

  1. Dulu pas sebelum nikah yang inget itu ngebahas kondisi keuangan masing-masing, yang lain belum terpikirkan saat itu, maklum masih ngelag.. wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha sama pak. Financial emang yg paling urgent dan sensitif sih pak, jadi paling inget untuk dibahas ya, hehe.

      Hapus

Posting Komentar