cerita mbun

Gerakan Kakak Aman: Suara dari Serang untuk Anak Indonesia

Penerima astra awards bidang pendidikan
“Anak Indonesia berhak aman. Dan perlindungan itu dimulai dari kita.”

Saat sedang scroll media sosial, tiba-tiba sekujur badanku lemas dan sesak melihat salah satu postingan pejabat politik yang memberitakan tentang kekerasan seksual yang dialami anak. Kasus yang terjadi pada seorang anak yang disetubuhi ayah dan kakaknya, sementara sang ibu yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak, justru menjualnya pada seseorang.

Kisah seperti ini bukan yang pertama. Setiap hari, kasus serupa muncul dari berbagai penjuru Indonesia. Dan di balik semua angka dan berita itu, selalu ada satu hal yang sama, anak-anak yang kehilangan rasa aman.

Dari keresahan seperti inilah Hana Maulida, seorang ibu asal Serang, Banten, yang juga seorang ASN memulai langkahnya. Ia menolak diam di tengah banyaknya kisah pilu. Ia percaya, jika orang dewasa terus bungkam, maka tak akan ada yang benar-benar melindungi anak-anak.

Keresahan itu mengantarkannya pada kisah seorang gadis kecil bernama Aisha, bocah tujuh tahun yang menjadi korban pelecehan oleh ayah kandungnya sendiri. Aisha sempat bercerita pada ibunya, tapi suaranya diabaikan. Dua tahun berlalu dalam diam dan trauma.

“Tidak ada yang memberi tahu anak bahwa perbuatan itu salah. Tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi mereka,” kata Hana dalam salah satu kesempatan berbicara di webinar.

Kisah Aisha menjadi pemantik baginya, sebuah panggilan nurani yang membuatnya yakin bahwa pencegahan harus dimulai sejak dini, dan bahwa edukasi bisa menjadi bentuk perlindungan paling awal.



Berawal Dari Keresahan Menjadi Gerakan

Banyak anak di Indonesia masih belum tahu bagian tubuh mana yang seharusnya mereka lindungi. Mereka tidak mengerti batas antara sentuhan kasih dan pelecehan.

Bahkan ketika seseorang yang mereka kenal, bahkan ayah kandung sendiri menyentuh tubuh mereka dengan cara yang salah, mereka tidak tahu bahwa itu adalah kekerasan.

Data tahun 2024 menunjukkan ada 19.628 kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia, dan 11.771 di antaranya merupakan kekerasan seksual. Artinya, hampir 60 persen kekerasan terhadap anak adalah pelecehan seksual.

Lebih menyedihkan lagi, banyak kasus yang tidak pernah dilaporkan. Rasa takut, malu, dan proses hukum yang melelahkan membuat para korban memilih diam. Banyak dari mereka mencoba melupakan peristiwa itu, meski luka batin tetap tertinggal.
Melihat fakta itu, Hana Maulida tahu bahwa diam bukan pilihan.
Ia bersama teman-temannya mulai mendatangi sekolah-sekolah di Serang, membuat poster sederhana tentang perlindungan diri, dan menyusun modul edukasi yang bisa dipakai oleh guru dan orang tua.

Langkah kecil itu kemudian tumbuh menjadi gerakan nasional yang kini dikenal dengan nama Gerakan Kakak Aman Indonesia.
Edukasi kakak aman
Namun, Kakak Aman bukan sekadar program pendidikan seksual, ia adalah ruang aman untuk anak-anak, tempat mereka bisa belajar, bercerita, dan merasa dilindungi.

Untuk melaporkan saja prosesnya sangat panjang dan melelahkan. Itu sebabnya Kakak Aman memilih fokus pada pencegahan, agar tidak ada lagi anak yang harus menanggung luka serupa.

Gerakan ini dinamai Kakak Aman bukan tanpa alasan. Hana ingin menghadirkan sosok “Kakak” sebagai figur yang bisa dipercaya. Bukan guru atau orang tua, tapi teman yang siap mendengar dan menemani.

Sementara kata “Aman” menggambarkan kondisi bebas dari bahaya, tempat di mana anak bisa tumbuh tanpa rasa takut. 

"Ketika tidak ada lagi orang yang bisa dipercaya, biarlah Kakak menjadi tempat anak merasa aman dan nyaman,” ujar Hana.

Nama itu kini menjadi simbol harapan baru, bahwa di luar sana masih ada ruang yang benar-benar melindungi anak-anak dari kekerasan.

Dampak kekerasan seksual terhadap anak tidak main-main. Banyak korban yang menjadi pendiam, kehilangan semangat bermain, bahkan kesulitan berkembang secara sosial maupun emosional. Mereka membawa trauma yang bisa melekat seumur hidup. Hal inilah yang ingin dicegah oleh tim Kakak Aman.

Melalui pendidikan seksual yang ramah, menyenangkan, dan mudah dipahami, mereka berusaha menciptakan lingkungan tempat anak bisa kembali merasa aman, baik di sekolah, rumah, maupun komunitas.

Kakak Aman percaya, anak-anak yang merasa aman akan tumbuh menjadi anak-anak yang percaya diri. Anak yang bisa berani berkata tidak, tahu kapan harus melapor, dan yang paling penting anak yang mampu melihat dirinya sebagai sosok yang berharga.

“Kami ingin anak-anak fokus pada potensi terbaik mereka, bukan pada rasa takut,” ujar Hanna.

“Karena setiap anak berhak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih.”


Pendidikan Seksual yang Ramah dan Menyenangkan

Hana menamakan gerakannya Kakak Aman Indonesia agar siapa pun yang peduli terhadap isu perlindungan anak bisa ikut berkontribusi di dalamnya. Ia tak ingin gerakan ini hanya milik segelintir orang, tapi menjadi ruang kolaborasi bagi siapa saja yang memiliki kepedulian pada masa depan anak Indonesia.

Menariknya, para anggota dan relawan Kakak Aman yang sudah dilatih ini justru berasal dari beragam latar belakang, ada pegawai negeri, ibu rumah tangga, tenaga kesehatan, hingga freelancer. Tidak semuanya memiliki latar belakang pendidikan anak, namun mereka disatukan oleh satu hal, kepedulian yang tulus.

Hanya Hana yang memang sehari-harinya bersentuhan langsung dengan isu perlindungan anak, sehingga ia tahu betul seperti apa kekerasan itu terjadi di lapangan dan bagaimana dampaknya pada korban.

Sejak berdiri pada tahun 2023, Kakak Aman telah menjangkau ribuan anak di berbagai daerah. Tak hanya di Banten, tapi juga di Lampung, Surabaya, Jakarta, Bali, hingga Papua Selatan.
Pelatihan kakak aman
Lebih dari 4.000 anak, serta 250 guru dan orang tua telah mendapatkan edukasi tentang perlindungan diri. Bahkan di daerah yang belum sempat dikunjungi, mereka tetap bisa belajar melalui modul interaktif yang disusun oleh tim Kakak Aman.
Melalui metode “Aku Berharga (I’m Precious)”, Kakak Aman menyampaikan pesan-pesan penting tentang tubuh pribadi, batasan, dan keberanian berkata tidak.
Namun, pendekatan yang digunakan jauh dari kesan serius atau menakutkan. Anak-anak justru belajar melalui dongeng, lagu, permainan, hingga kegiatan mewarnai yang membuat suasana belajar terasa seperti bermain.

Edukasi disampaikan dengan cara yang sederhana agar bisa diingat anak-anak, murah agar bisa dilakukan siapa saja, dan menyenangkan agar anak tidak merasa takut membicarakan topik yang selama ini dianggap tabu.

“Kami ingin anak-anak belajar tanpa rasa takut,” kata Hana.

“Semakin menyenangkan cara belajar mereka, semakin dalam pesan yang bisa mereka pahami.”

Materi Kakak Aman dikemas dalam dua jenis modul pendidikan seksual:
  • Modul Umum, untuk anak usia TK hingga SD awal, berisi pengenalan bagian tubuh pribadi, serta latihan berani berkata tidak, lari, dan melapor.
  • Modul Komprehensif, untuk anak usia 9–12 tahun, berisi topik-topik seperti mengenal tubuh, mengelola perasaan, melindungi diri, hingga membangun hubungan sehat.

Selain modul, Kakak Aman juga memperkenalkan Body Safety Kit, perangkat belajar yang bisa digunakan siapa pun, guru, orang tua, atau relawan di mana pun mereka berada.

Isi kit ini antara lain boneka tangan, poster edukasi, lembar mewarnai, dan simbol “tangan hitam” yang membantu anak memahami batasan tubuh mereka dengan cara yang visual dan interaktif.

Hana berharap, melalui alat-alat ini, pendidikan seksual tidak lagi dianggap tabu, tetapi menjadi bagian penting dari proses tumbuh kembang anak.

Dengan perangkat yang mudah digunakan dan materi yang ramah anak, edukasi ini bisa menyebar lebih cepat dan menjangkau lebih banyak keluarga di seluruh Indonesia.

Kami percaya, ketika pendidikan seksual disampaikan dengan cara yang positif dan menyenangkan, anak-anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri, bukan rasa takut,” ujar Hana.




Langkah yang Menggema Hingga Mancanegara

Perjalanan Kakak Aman Indonesia yang berawal dari keresahan kini berbuah pengakuan luas, bahkan melampaui batas wilayah.

Pada akhir 2023, gerakan yang digagas Hana Maulida ini terpilih sebagai salah satu dari 16 proyek sosial terbaik se-Asia Tenggara dalam ajang YSEALI Seeds for the Future, mengalahkan lebih dari 800 proposal dari berbagai negara.

Hana berkesempatan mewakili Indonesia untuk mempresentasikan langsung inisiatifnya di Bangkok, Thailand. Momen yang membuktikan bahwa gerakan lokal dari Serang bisa bersuara di panggung internasional.

Setahun kemudian, pada Oktober 2024, Kakak Aman meraih Astra SATU Indonesia Awards kategori Pendidikan, salah satu penghargaan paling bergengsi di tingkat nasional dengan lebih dari 18.000 peserta.

Tak lama berselang, Pemerintah Kabupaten Serang juga menganugerahkan ASN Awards 2024 kepada Hana sebagai Juara 1 Program Terinovatif.

Apresiasi serupa datang dari Sekolah Kak Seto, lembaga perlindungan anak nasional, yang memberikan penghargaan khusus atas kontribusi Kakak Aman dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak-anak Indonesia.

Bagi Hana, penghargaan bukan tujuan akhir, melainkan jembatan untuk memperluas dampak. Melalui berbagai kolaborasi, Kakak Aman berhasil menjangkau lebih banyak anak dan keluarga di berbagai daerah.

Gerakan ini kini bekerja sama dengan berbagai pihak lintas sektor, mulai dari pemerintah, perusahaan swasta, hingga komunitas dan media.

Bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) serta pemerintah daerah, Kakak Aman turut berpartisipasi dalam program sosialisasi nasional tentang perlindungan anak.

Dengan dukungan Astra International dan Cargill Indonesia, Kakak Aman menyelenggarakan pelatihan edukasi seksual bagi guru PAUD se-DKI Jakarta, sekaligus ikut dalam peringatan Hari Anak Nasional.

Di sisi lain, kolaborasi dengan media dan komunitas seperti Kok Bisa?, Cretivox, dan Good News From Indonesia (GNFI) membantu menyebarkan semangat edukasi yang ramah anak ke publik yang lebih luas.

Setiap kolaborasi membawa misi yang sama, menjadikan edukasi seksual sebagai hal yang normal, bukan tabu. Tapi juga penting, bukan memalukan.

“Kami percaya, perlindungan anak tidak bisa dilakukan sendirian,” ujar Hana.

“Semakin banyak pihak yang bergerak, semakin besar pula harapan untuk menciptakan Indonesia yang benar-benar aman bagi anak-anak.”


Bergerak Bersama, Melindungi Lebih Banyak Anak

Hana Maulida tak pernah membayangkan bahwa langkah kecil yang ia mulai di Serang akan menjelma menjadi gerakan nasional. Namun baginya, semua penghargaan dan pengakuan bukanlah tujuan akhir. Yang terpenting adalah memastikan setiap anak di Indonesia merasa aman untuk tumbuh, bermain, dan bermimpi.
Penghargaan kakak aman Indonesia

Sebagai penerima Astra SATU Indonesia Awards 2024 di bidang pendidikan, Hana membuktikan bahwa kerja nyata bisa lahir dari kepedulian yang tulus. Penghargaan itu bukan sekadar simbol pencapaian, melainkan pengingat bahwa perjuangan melindungi anak harus terus berlanjut.

Kakak Aman lahir dari keresahan, tapi tumbuh karena cinta. Gerakan ini membuktikan bahwa perubahan tidak harus menunggu kebijakan besar, ia bisa dimulai dari ruang-ruang kecil, rumah, sekolah, lingkungan, bahkan dari hati seseorang yang peduli.

Hana percaya, melindungi anak bukan hanya tugas orang tua atau guru, tetapi tanggung jawab bersama.

Setiap orang dewasa bisa menjadi “Kakak aman” bagi anak-anak di sekitarnya. Mendengar tanpa menghakimi, menjaga tanpa menakut-nakuti, dan menuntun dengan kasih.

Selama masih ada anak yang takut berbicara, berarti perjuangan kita belum selesai. Kini, perjuangan itu bukan lagi milik Hana seorang.

Ia milik kita semua, setiap orang yang percaya bahwa masa depan Indonesia hanya akan secerah tawa anak-anak yang tumbuh tanpa rasa takut. 

#APA2025-Blogspedia

Referensi:

  • kakakaman.id
  • Materi webinar GNFI pada tanggal 12 September 2025 pukul 19.00 - 20.30 WIB. 
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar