cerita mbun

Maraknya Kekerasan di Sekolah. Apa Penyebabnya?

4 komentar
Apa penyebabnya

Maraknya kekerasan di sekolah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kasus tersebut tidak hanya terjadi di beberapa kota besar namun sudah memasuki di beberapa wilayah Indonesia. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar mengajar menjadi tempat yang mungkin menjadi trauma sendiri bagi korban kekerasan di sekolah.

Kekerasan di sekolah bisa terjadi kepada siapa saja, antara siswa, guru, staf sekolah, bahkan yang mungkin tidak bisa kita bayangkan adalah siswa yang berani melakukan kekerasan kepada gurunya sendiri.

Maraknya kasus kekerasan tersebut yang menurutku diluar nalar membuatku berpikir, kok bisa yaaa? Apa sih yang membuatnya bisa jadi seperti itu? Kalau dulu zamannya aku sekolah, kami sangat menghormati guru-guru kami, staf sekolah, penjaga sekolah dan teman-teman di sekolah baik adik kelas atau kakak kelas bahkan tidak ada yang namanya senioritas.

Melihat berita di media sosial bikin aku geleng-geleng kepala dan membatin gimana zamannya Aqlan sekolah nanti ya? Membuat aku semakin yakin kalau ilmu tanpa etika apalah artinya.

Dulu zaman aku sekolah bentuk “kenakalan” kami hanya soal tidak disiplin. Ya, bukan berarti aku melakukan pembenaran juga sih, tetap itu juga contoh yang tidak baik. Contohnya seperti membuat gaduh saat tidak ada guru, menyembunyikan pensil teman atau diam-diam makan permen saat pelajaran sedang berlangsung.

Tidak ada kasus kenakalan remaja seperti perundungan, senioritas, pelecehan seksual, narkoba, alkohol bahkan sampai berani membunuh. Astagfirullah. Apa yang sebenarnya sedang terjadi di negara kita ini? Aku sebagai seorang yang pernah menjadi murid dan kini menjadi orang tua turut prihatin dengan pendidikan di Indonesia yang didalamnya terselubung berbagai bentuk kekerasan di sekolah.

Tentunya sebagai orang tua kita menjadi was-was ketika anak kita sekolah. Kita tidak bisa menjadi CCTV berjalan dan mengawasi full di sekolah. Hal yang bisa kita lakukan adalah mengamati perilaku anak kita jika dirasa berubah. Biasanya ada perilaku yang berubah jika anak melakukan sebuah kesalahan.

Contoh Kekerasan di Sekolah

Bentuk kekerasan di sekolah

Kekerasan yang terjadi di sekolah bisa menghambat proses belajar mengajar. Bukannya mencetak prestasi tapi malah lari ke kantor polisi. Mendidik siswa tidak hanya dilakukan oleh guru, namun juga oleh orang tua di rumah. 

Dulu, kami “takut” kalau ketemu guru saking hormatnya sama guru. Langsung nurut kalau guru sedang kasih nasehat. Bener-bener patuh sama guru. Rasanya kalau sampai ditegur karena kami gaduh di kelas rasanya malu. 

Tapi, sekarang karena kesalahan murid sendiri yang tidak memperhatikan guru dikelas, ditegur saja malah tidak terima dan balik melaporkan gurunya. Bahkan sampai ada yang berani membacok gurunya sendiri.

Dilansir dari Wikipedia, contoh kekerasan di sekolah terbagi kedalam lima jenis, yaitu:

1. Kekerasan fisik, dengan melakukan penyerangan terhadap anggota tubuh yang bisa dilakukan oleh guru, siswa dan staf sekolah. Penyerangan ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar sekolah seperti kursi yang bisa diangkat untuk melakukan penyerangan.

2. Kekerasan psikologis, menyerang secara emosional dan verbal. Meski tidak melukai fisik, secara tidak langsung akan menggiring korban untuk melakukan tindakan berbahaya. Kekerasan psikologis berupa perundungan, penyebaran rumor, hinaan, penolakan, ejekan, ancaman yang bisa mengguncang psikis seseorang.

Mungkin bagi orang lain sepele, tapi tidak bagi korban. Ejekan yang mungkin menurut yang lain lucu, tapi sebetulnya itu sangat menyakitkan. Berhenti mengejek fisik orang lain. 

Bertutur kata lah dengan baik. Sosok Ayah juga sangat penting disini untuk mendidik anaknya agar bisa menyayangi temannya di sekolah.

3. Kekerasan seksual, bentuknya berupa menyentuh dengan sengaja bagian yang tidak disuka, pemerkosaan, pelecehan seksual. Hal tersebut bisa berpengaruh terhadap masa depan korban. Korban menjadi malu, takut, bingung dan tidak percaya diri. 

Pernah ada kasus seorang murid sekolah dasar disentuh dadanya oleh kakek yang tidak dikenal saat sedang menunggu dijemput oleh orang tuanya. Tempat belajar yang seharusnya aman, jadi tempat yang menakutkan bagi korban. Pihak sekolah harus lebih ketat lagi menjaga lingkungan sekolah agar tidak ada orang sembarangan yang bisa keluar masuk lingkungan sekolah. 

4. Penindasan, yang bisa terjadi pada fisik dan psikis. Fisik yang dilakukan seperti menendang atau merusak barang. Sedangkan pada psikis, bisa berupa ancaman.

Menindas bisa mempengaruhi fisik sekaligus psikis seseorang. Tak jarang orang yang mengalami penindasan, dampaknya menjadi trauma begitu mendalam sehingga selain membutuhkan pertolongan dokter juga membutuhkan psikolog untuk bisa berdamai kembali dengan dirinya sendiri.

5. Penindasan siber, penindasan terhadap psikis dan seksual yang dilakukan secara daring. Mengunggah video, memberi komentar yang menyakitkan juga termasuk penindasan siber. Dengan mudahnya teknologi, mudah juga bagi orang lain untuk melakukan kejahatan.

Seperti yang aku temukan kasus baru yang terjadi antara guru dan siswa. Teganya murid melakukan hal keji kepada gurunya yang sedang memberikan ilmu, menebar manfaat dan kebaikan.

Seorang guru Madrasah Aliyah (MA) di Demak, Jawa Tengah dibacok siswanya karena merasa dendam hingga luka parah. Guru berinisial AFR itu dibacok ketika sedang mengawasi ujian Penilaian Tengah Semester (PTS).

Padahal ada UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Tapi, kenapa siswa tidak takut ya?

Pentingnya memahami bahasa cinta anak di rumah, sehingga kita tahu apa yang anak butuhkan. Anak sekarang sepertinya ingin selalu dihargai dan dimengerti. Tapi, mereka lupa kalau punya kewajiban belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah. 


Penyebab Kekerasan di Sekolah

Apa penyebab kekerasan di sekolah

Serem banget sekarang kalau lagi scroll media sosial ada saja yang muncul tentang kekerasan di sekolah. Sampai beredar video dengan caption trigger warning, yang bikin merinding baca beritanya kok nggak ada takut-takutnya anak zaman sekarang.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan bahwa ayat (1) berbunyi, Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Apa sih penyebabnya sehingga seorang siswa berani melakukan kekerasan di sekolah terhadap guru? Tidak tanggung-tanggung bentuk kekerasan sudah mengarah ke tindakan kriminal. Kenapa seorang anak dibawah 17 tahun bisa tega melakukan hal tersebut?

Penyebab kekerasan di sekolah bermacam-macam, aku kelompokkan menjadi 3 faktor.

1. Faktor individu, yang terjadi pada diri sendiri seperti depresi, stres, atau pengaruh alkohol. Banyak hal yang bisa menyebabkan persoalan tersebut. Pentingnya menanamkan tauhid dan akidah pada anak sedari dini, Insya Allah anak akan punya pegangan dalam hidupnya. Sehingga ia takut jika melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.

2. Faktor eksternal, yang membentuk kelompok berdasarkan etnis, ras, suku, agama. Hingga membuat satu kelompok dengan mengucilkan orang yang dianggap lemah. Biasanya kasus seperti ini adalah perundungan di sekolah. Lingkungan juga turut mempengaruhi anak melakukan hal tersebut. 

3. Faktor digital, penggunaan gadget sudah tidak asing lagi bagi anak-anak. Anak sekolah dasar sekarang sudah pandai menggunakan gadget karena memang mereka hidup di dunia digital. Sulit sekali untuk melepas sepenuhnya, maka orang tua harus memantau penggunaan gadget agar anak tidak terpengaruh dengan dunia luar yang ada di internet. 

Banyaknya kasus yang terungkap karena diunggahnya berbagai video kekerasan di sekolah ke media sosial. Pelaku mengunggah perundungan, video seks, atau apapun sehingga membuat korban merasa malu dan depresi. 

Sebagai Mom Blogger, tentunya aku harus lebih bisa mengatur waktu screentime anak. Penggunaan gadget dimaksimalkan sebagai media pembelajaran, bukan hal yang negatif lainnya. 


Kesimpulan

Kekerasan di sekolah semakin marak terjadi. Beredarnya berita kekerasan tersebut membuat prihatin dan was-was sebagai orang tua apakah anaknya belajar dengan benar tidak di sekolah.

Jangan lupa selalu menanamkan tauhid pada anak sedari dini. Adab dalam berilmu itu penting, agar ilmu itu jadi bermanfaat dan berkah bagi diri sendiri dan orang lain.

Jangan lupa selalu beri sentuhan fisik setiap hari  pada anak sebagai bentuk rasa kasih sayang kita kepada anak. Anak yang merasa disayang oleh keluarganya akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri. 

Related Posts

4 komentar

  1. Yups, benar sih kak. Setiap melihat dan mendengar berita tentang kekerasan di sekolah tu selalu merinding deh. Tapi ya, engga dicari tahu. Untung ada disuruh nulis tentang tema ini. Jadinya bisa digali deh masalah ini

    BalasHapus
  2. Berita kekerasan di sekolah saat ini emang marah banget dan semua udah bikin ga habis pikir sekali, apalagi sekarang era digital, nambah lagi penyebabnya dari segi digital

    BalasHapus
  3. Makin serem deh akhir akhir ini aku baca berita. Entah apa yang harus diperbaiki, sepertinya aku setuju kalau penguatan aqidah anak perlu ditingkatkan. Disini peran orang tua sangat penting, terutama ibu. Ayolah kita sebagai Ibu yang memiliki anak saling menguatkan, langitkan doa, agar anak2 kita di jaga dari pengaruh buruk perbuatan jahat.

    BalasHapus
  4. Poin utama saat ini adalah pada orang tua. Orang tua harus mengajarkan sejak dini kepada anak untuk senamtiasa tabayun, evaluasi diri sebelum bertindak. Mengajarkan anak sharing saat di rumah, sehingga ortu ada masukan buat anak. Wal hasil anak insya Allah terhindae dari kekerasan amupun berbuat kekerasan..

    Paling miris saat ini, ornagbtua langsung bela anak ketimbang tabayun ke guru bagaimana permasalahan anaknya di sekolah

    BalasHapus

Posting Komentar