cerita mbun

Bangkitkan Percaya Diri, Bukan Rendah Diri

1 komentar
Bukan rendah diri

Pada bulan Juli tanggal 10 lalu, usiaku tepat 29 tahun. Ada yang berbeda di hari ulang tahun sekarang. Aku merasakan hari yang biasa saja. Tidak seperti aku di usia masa kecil, yang menggebu-gebu mendengar kata ulang tahun.

Jadi teringat masa lalu, aku jadi terpikir hal-hal yang sudah aku lalui dari dulu hingga sekarang. Banyak hal yang sudah berubah seiring berkembangnya diri. Bukan hanya fisik, tapi psikis juga ikut porak poranda.

Sama seperti orang pada umumnya aku sekolah, kuliah, kerja, menikah, lalu punya anak. Pada fase-fase itu tentu saja banyak yang terjadi, dari hal yang menyenangkan hingga hal yang tidak menyenangkan dan tak ingin terjadi. Dari yang mudah hingga menembus batas kemampuan.

Tapi dari berbagai peristiwa, aku belajar banyak hal dan menemukan sesuatu yang hilang dari diriku. Aku yang dulu percaya diri, seperti tergerus oleh zaman hilang entah kemana rasa kepercayaan diri itu.

Hidup Sawang Sinawang, Jangan Banding-Bandingkan

Istilah sawang sinawang ini aku baru tahu dari salah satu teman Blogger. Disaat aku memiliki banyak pertanyaan, Allah mengirimkan Mbak Susi sebagai perantaranya. Kami ngobrol banyak hal, deep talk kalau kata generasi Z dan berbagi sudut pandang.

Apa yang aku alami terkait kepercayaan diri, pun sama pernah dialami juga oleh mbak Susi. Beliau yang lahir lebih dulu daripada aku, tentunya punya banyak pengalaman dan lebih dulu mengalami apa yang aku juga rasakan.

Sebelumnya, aku tidak pernah bercerita tentang kegalauanku ini sama orang lain, entah kenapa ketemu mbak Susi seperti bertemu dengan teman lama. Beliau sangat mengayomiku, layaknya kakak ke adik. Bersedia mendengarkan cerita randomku setiap hari. Jadi, ini judulnya kakak ketemu gede, haha.

Media sosial membuat silau apa yang kita lihat. Pencapaian orang lain seringkali terlihat lebih indah jika aku bandingkan sama diri sendiri. Padahal setiap orang punya tujuan dan start yang berbeda. 

“Hidup kan emang terlihat sawang sinawang mbak”. Istilah itulah yang aku tahu dari beliau ini berasal dari bahasa Jawa yang merupakan perilaku untuk tidak membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, karena apa yang kita lihat dari kehidupan orang lain belum tentu seindah kelihatannya. 

Jangan bandingkan dengan orang lain
Ya, media sosial isinya semua yang indah-indah. Pernah nggak kamu melihat Instagram diisi dengan berantemnya pasangan suami istri? Susahnya dia bekerja? Atau hal-hal yang terlihat tidak menyenangkan?

Sebagai lulusan hukum membuat aku merasakan kegalauan menentukan sebuah profesi. Apalagi lulusan hukum itu identik dan dikenal masyarakat dengan profesi advokat, jaksa, hakim dan notaris. Bingung memilih antara profesi yang prestigious, tapi gajinya kecil atau gajinya banyak tapi tidak prestigious? Kalau kamu pilih yang mana?

Meski aku pernah merasakan juga kerja di notaris, tapi ternyata memang aku lebih nyaman saat ini, ngeblog. Tidak semua lulusan hukum harus jadi advokat kan?
"Segala sesuatu kalau bukan rezeki kita gak akan dapat. Kalau rezeki kita, mau lari kemana tetap buat kita. Dibalik apa yang belum kita capai ada maksud baik Allah mengamankan kita dari hal yang tidak diinginkan." -Susi Yanti Nuraini 
Mereka yang mencapai banyak hal, juga punya ujiannya sendiri dan nggak kalah memporak-porandakan mental. Bedanya mereka pintar menyembunyikan aja. Kita keren dengan versi kita sendiri.

Mbak Susi juga bilang, kuliah itu bukan soal prestige aja, walaupun banyak yang melihat kesitu. Tapi, kuliah menambah nilai diri, cerdas dalam bagaimana memandang hidup, dengan siapa kita banyak bertemu, memiliki jaringan yang luas dan banyak pengalaman.

Kita adalah rata-rata orang disekitar kita. Jadi, kuliah lebih dari itu. Aku menyadari keuntungan dari kuliah ini, kalau nggak tidak mungkin aku bisa di titik ini sekarang. Bertemu dengan orang-orang hebat yang kreatif.

Tidak pernah aku bayangkan ada di dunia kreatif seperti ini. Aku yang tidak pernah mengulik desain, jadi belajar utak atik desain Canva

Cara Meningkatkan Percaya Diri Versi Aku


Aku adalah anak yang percaya diri saat sekolah dan kuliah. Aku selalu memandang positif sebuah perjuangan. Yakin dengan apa yang bisa aku capai. Dari kecil, Almarhum Ayah selalu menanamkan bentuk percaya diri, bukan rendah diri. Namun, seiring berjalannya waktu dengan aktivitasku yang terbatas, aku merasa percaya diriku semakin terkikis.

Aku merasa kehilangan aku yang percaya diri, antusias dan obsesi. Orang lain terlalu berekspektasi tinggi terhadapku. Mereka sudah menebak duluan kalau aku bakal hidup di hukum. Belum lagi orang tua yang menaruh harapan tinggi kepadaku. 

Aku tidak pernah menyangka jadinya "begini", bukan bagian dari rencanaku. Tapi, ternyata Allah punya rencana lain. Mungkin ada saja kesempatan jika aku mau, tapi aku tetap memilih menulis dengan rasa.

Aku perlu melakukan sesuatu. Banyak yang bisa aku lakukan meski dari rumah. Pelan-pelan walau sambil terseok, aku coba meningkatkan percaya diriku kembali. Aku mencoba mendapatkannya kembali.

1. Mencoba Mindfulness

Mengambil keputusan dengan sadar itu sungguh sulit. Tapi, juga bukan berarti tidak bisa. Tanamkan dalam diri kalau kita bisa melakukan sesuatu yang kita mau. 

Lakukan hal yang disuka

Pahami dengan sadar kenapa kita mengambil keputusan tersebut. Bukan sehari atau dua hari, tapi sampai saat ini pun aku masih berpikir kalau memang ini jalan yang aku mau. Tanpa paksaan, tanpa melihat sebuah prestigious lagi.

Punya teman-teman yang suportif dan saling berbagi itu mahal harganya. Melalui blog ini aku bisa semakin mengenali diri sendiri dan wujudkan mimpiku.

2. Lakukan Hal yang Disuka

Salah satu alasan aku mulai mengaktifkan blogku kembali adalah perihal ini. Mbak Susi juga bilang kalau menulis itu juga berkelas, nggak semua orang bisa. Hanya yang cerdas yang bisa menuangkan rasa dan ide lewat aksara.
"Nulis itu sibuknya poooooll, belum mikir idenya, ngedraft, nulis, edit, desain". 
Setelah dipikir-pikir, memang ini yang aku mau. Dulu saat kuliah saat belum maraknya digital aku mencari-cari komunitas blog, pasti dari blog bisa menghasilkan uang, hanya aku nggak tau memulainya dari mana. Masya Allah sekarang dunia digital berkembang pesat dan aku bisa explore banyak hal.

3. Kenali Kelebihan dan Kekurangan

Aku pernah ada pada fase merasa tak berdaya. Padahal aku bukan orang yang nggak bisa melakukan sesuatu sama sekali. Tapi, rasanya kaki ini sulit untuk melangkah. 

Aku coba tulis dalam kertas apa kekurangan dan kelebihanku. Fokus pada kelebihan lalu kembangkan kelebihan tersebut. Jangan memaksakan sesuatu diluar kendali kita. 

4. Jangan Bandingkan Diri dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuat kamu semakin rendah diri. Tidak ada gunanya juga membandingkan dengan orang lain. Masing-masing orang punya struggle- nya sendiri. 

5. Kegiatan Sosial

Sebelum ngeblog, aku aktif di beberapa kegiatan sosial. Itu cukup membantu berjalan sesuai dengan bidang keilmuanku. Kegiatan sosial juga kita bisa bertemu dengan teman-teman profesional lainnya. 

Kita semakin tahu kapasitas dan kemampuan diri. Berkegiatan sosial membuat aku merasa berdaya dan bermanfaat sebagai manusia. Kamu bisa coba menjadi volunteer di beberapa kegiatan yang kamu sukai. Saat itu aku menjadi volunteer di Yayasan Jari sebagai konsultan hukum.

Kesimpulan

Pesan untuk diriku dimasa kecil, terima kasih sudah belajar banyak hal. Aku merasa kecilku dulu dewasa sebelum waktunya. Seolah mengerti banyak hal. Tapi ketika dewasa sesungguhnya aku malah kehilangan arah.

Terima kasih untuk aku jadi mengingat bagaimana aku kecil dulu sehingga aku bisa mendapatkan kepercayaan diri itu lagi. Terima kasih Fida kecil, kamu hebat.

Related Posts

1 komentar

  1. setuju dengan semua poinnya kak, terimakasih sudah berbagi info :D

    BalasHapus

Posting Komentar