cerita mbun

Review Buku High Class Response: Responmu Mengubah Kualitas Hidupmu

19 komentar
Responmu mengubah kualitas hidupmu


Seperti yang sering aku bilang di tulisanku sebelumnya kalau aku lagi seneng baca buku Self Development. Semesta seperti menyambut keinginanku, tiba-tiba aku bertemu teman kuliah yang sejak lulus belum pernah bertemu kembali. Tyas namanya, membawa 5 buah buku Self Development sesuai permintaanku, salah satunya buku High Class Response yang menurutku sangat relate untuk meningkatkan kualitas hidup.

Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami sehingga tidak bosan untuk membacanya. Tidak memerlukan waktu yang lama juga untuk membacanya. Kalau tidak ada distraksi, 2 jam cukup untuk membaca 221 halaman buku ini. 

Aku sarankan kamu baca juga buku ini, pasti kamu bakal dibikin takjub sama apa yang penulis maksud di dalamnya. Sebelumnya, aku mau kasih informasi dulu terkait identitas buku ini, agar kamu mudah menemukannya jika ingin membelinya atau mencarinya melalui digital.

Identitas Buku

  • Judul Buku: High Class Response
  • Penulis: Harri Firmansyah
  • Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
  • Jumlah halaman: 221 halaman
  • Tahun terbit: 2014
  • ISBN: 978-602-03-2306-0
Apakah ada yang sudah membacanya? Atau kamu baru tahu buku ini? Yuk, kita simak apa saja yang dibahas di dalam buku ini yang mampu merubah kualitas hidup seseorang dalam beberapa testimoninya. 

High Class Response: Kejadian yang Sama, Respon yang Berbeda


Kang Harri dalam bukunya menjelaskan sesuatu yang sederhana dalam hidup kita, yang sering kita lupakan bahkan tidak kita sadari. Tentang bagaimana merespon suatu kejadian yang ternyata sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita dan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.
"Respon yang kita berikan berdampak besar pada kehidupan kita. Semakin kita berlatih mendesainnya, semakin cepat kita berjalan menuju titik kesuksesan yang kita tuju".
Kang Harri memberi contoh ketika kita dihadapkan pada kejadian atasan yang marah-marah pada kita karena kerjaan kita yang salah.  Bos memarahi kita bahwa pekerjaan kita seperti sampah. Kalau dihadapkan dengan kejadian seperti itu, kira-kira respon kalian seperti apa?

1. Marah-marah sendiri dan malah nyumpahin bos. Malah keselnya dibawa sampai ke rumah, besoknya diluapkan ke teman satu tim.

2. Meminta maaf kepada atasan dan meminta arahan agar kesalahan tersebut tidak diulangi lagi.

Dari 2 respon tersebut, tentunya kita sudah bisa menebak mana yang akan dilingkupi nasib baik? Tentunya respon yang ke-2 yang bisa menentukan kualitas hidup kita. Walaupun rasanya kita pengen melakukan hal nomor 1, sebaiknya kita harus berlatih untuk tidak melakukan hal tersebut. Karena respon merupakan sebuah seni. 

Sebuah kata sederhana “Respon”, yang secara langsung tanpa aba-aba keluar begitu saja dari mulut kita. Padahal, respon itu ada seninya dan bisa kita olah. Tentunya dengan usaha yang harus kita latih setiap harinya.

Menurut Kang Harri, Respon adalah sebuah tindakan yang diambil untuk menanggapi sebuah peristiwa atau kejadian. Rumusnya begini:

Lingkungan (Stimulus) sebagai INPUT  –  Panca Indera sebagai YOUR SELF  –  Perilaku (Response) sebagai OUTPUT.

Jadi, jelas ya kalau kita dihadapkan sama sesuatu yang tidak menyenangkan bagaimana respon kita? Meskipun tidak mudah, perlu adanya usaha untuk menaikkan kualitas hidup kita.

Jenis-jenis Respon untuk Menaikkan kualitas Hidup Kita

Kejadian, respon, hasil

1. Level Basic

Level ini yang paling dasar. Pada level basic, seseorang menerima pendelegasian dari atasan, tapi sebatas menerima saja. Tidak peduli benar atau salah. Tidak peduli apakah kamu terbantu atau justru malah menyulitkan kamu. Nyebelin kan yang kaya gini? Semoga kamu gak termasuk di level basic ya, hehe.

2. Level Expected

Level expected disebut juga level “seharusnya”. Kemampuan merespon yang memang sudah seharusnya begitu. Respon yang sudah sesuai dengan ekspektasi orang lain. 

Misalkan orang yang sudah lulus kuliah untuk mencari pekerjaan, laki-laki yang sudah menikah sadar untuk mencari nafkah dan ibu yang memberikan kasih sayang terhadap anak-anaknya.

3. Level Desired

Level desired adalah level “diharapkan”. Pada level ini orang merespon sudah sesuai dengan yang seharusnya dan berhasil membuat orang-orang disekelilingnya senang. Levelnya sudah diatas ekspketasi orang lain. 

Misalnya seorang istri yang berharap suaminya masak, padahal suaminya tidak bisa memasak. Tapi, suaminya berusaha memasak untuk membuat istrinya senang dengan dibantu arahan dari istrinya bagaimana cra memasak yang benar.

Siapa yang gak senang diginiin ya? Berarti orang yang seperti ini sudah mencapai level desired yang diharapkan orang lain. Tentunya butuh kebesaran hati untuk melakukannya, hehe.

4. Level Wow!

Level yang sangat mengejutkan. Level ini membuat orang lain luar biasa senang dengan apa yang kita lakukan dalam merespon kejadian. Misalkan seseorang yang punya keterbatasan fisik bisa menjadi inspirasi bagi orang lain bahkan mendunia.

5. Level Unbelievable

Pada level ini seseorang merespon dengan membuaut orang lain terkejut bahagia. Pada level ini sudah kontinu dan mendarah daging. Ada imbalan atau tidak tetap merespon dengan level tertinggi. Mungkin sedikit sekali orang-orang yang ada di level ini.
"Kejadian + Respon = Hasil"
Menaikkan kualitas respon kita bukanlah hal yang mudah, perlu adanya tenaga, pikiran, perasaan dan latihan terus menerus. Kadang kita sendiri yang membuat hidup ini menjadi sulit dengan menetapkan persyaratan untuk bahagia. 

Kita membuat syarat kalau bahagia itu ketika sudah punya rumah, mobil, dan gaji diatas 20 juta. Padahal mengukur kualitas hidup sederhananya adalah dengan mengukur apa yang membuat diri kita bahagia. Apakah itu sudah terpenuhi atau belum.

Penutup

Memiliki kualitas hidup yang baik adalah impian semua orang, namun kebanyakan orang terjebak dalam lingkup yang membuatnya menjadi Tidka berkembang.

Buku ini hadir dengan sudut pandang yang berbeda untuk meraih kualitas hidup. Sebagai pengingat bahwa setiap yang kita lakukan itu harus ada jedanya. Bagus banget untuk yang ingin berkembang. Gimana, kamu tertarik untuk membacanya?

Related Posts

19 komentar

  1. intinya kitalah yang punya kontrol atas respon kita ya. makasih kka

    BalasHapus
  2. Bagus ya, buat self reminder. Kadang respon yang salah resultnya juga mengecewakan. Input=output

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, makanya harus dipelajari benar² responnya agar tidak mengecewakan.

      Hapus
  3. Aku sudah jarang banget baca buku self development atau buku2 motivasi gitu. Tapi yang namanya baca buku pasti ada sesuatu hal baru yang selalu bisa ditemui. Thank you reviewnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak baca apapun pasti selalu ada insight yang kita dapat 😁

      Hapus
  4. Kayaknya bukunya keren, nih. Bisa jadi reminder juga buat diri sendiri. Makasi reviewnya

    BalasHapus
  5. jadi tertarik buat baca bukunya..

    BalasHapus
  6. aku suka buku-buku gini heheh, trmksh reviewnya kak

    BalasHapus
  7. Betul banget, Kak. Kebahagiaan itu berdasarkan kita yang memgukur. Makin sederhana makin bahagia, ya. Aku jadi teratik pengen ngulik buku ini lebih dalam. Secara, akhir-akhir ini responku banyak yang negatif ya Allah. Pengen membenahi mindset dan belajar merespon positif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akupun sama kak masih belajar, kadang egonya masih terbawa, hehe.

      Hapus
  8. Bukan hal yang mudah untuk dipraktikkan, tapi patut dicoba. Jadi self reminder bagi diri pribadi terkait bagaimana mengendalikan diri. Thanks Kak atas reviewnya

    BalasHapus
  9. Tapi biasanya yang fast respon, seringnya malah dicuekin hehe

    BalasHapus
  10. Lagi fase belajar kayak gini, belajar mengendalikan nafsu, biar nggak sebaliknya dikendalikan nafsu yang emosi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama² belajar ya kak. Akupun masih suka gini 🥲

      Hapus

Posting Komentar