cerita mbun

Perilaku Anak yang Menantang. Bagaimana Menyikapinya?


Contoh perilaku anak yang menantang


Tak terasa ya si kecil sekarang sudah tumbuh besar. Aku aja sampai bilang ke suami, kalau aku merasa Aqlan sudah besar padahal masih 2 tahun setengah. Selain tingkahnya yang menggemaskan, ada juga tingkahnya yang bikin mengelus dada, hehe.

Meski banyak yang menguji kesabaran, tapi gak semua perilaku anak itu buruk loh. Damar Wijayanti selaku Co-Founder Good Enough Parents dalam akun youtobe Parentalks menjelaskan kalau perilaku anak itu macam-macam tidak semuanya menunjukkan perilaku menantang. Wah, apa saja ya perilaku anak yang menantang dan yang bukan?

Perilaku Apa Saja yang Termasuk Menantang?

Sebelum membahas perilaku yang menantang kita harus ketahui dulu apa yang dimaksud dengan perilaku. Perilaku adalah sebuah perbuatan yang dilakukan anak. Perilaku merupakan sebuah tanda bisa jadi perilaku adalah tanda bahwa anak itu belum berkembang atau anak yang perkembangannya perlu untuk dikembangkan lagi.

Perilaku merupakan cara anak untuk berkomunikasi karena adanya perbedaan ekspektasi kita sebagai orang tua kepada anak. Kita merasa anak sudah bisa bicara, ya harusnya kalau sudah bicara ngomong dong kalau mau sesuatu, gak usah lempar-lempar barang. Namun, nyatanya cara berkomunikasi anak kecil dan orang tua gak sama.

Perilaku juga bisa sebagai pola. Kadang kita juga kalau dipanggil anak seringnya cuman bilang “hmmm” aja daripada mendekatinya dan bertanya ingin apa. Untuk mencari perhatian orang tua, anak akan melakukan segala cara seperti mengganggu adiknya, lempar-lempar barang atau hal yang membuat perhatian kita jadi teralihkan kepada anak. Kalau anak udah “berulah” baru kan kita samperin dan tanya mau apa? Hehe.

Jadi, ada eskpektasi kita yang gak match sama kemampuan anak. Emang semandiri apa sih yang kita harapkan dari anak usia 2 tahun?

Apa Perilaku Menantang yang Masih Sesuai Usia Anak?

Anak 0-2 tahun itu belum menyadari kemampuan mereka. Seringkali kita menganggap anak berperilaku menantang, padahal bisa jadi itu adalah tanda pertumbuhannya yang baik.

Contohnya perilaku pada anak 2 tahun sering menolak jika kita mengajak melakukan sesuatu. Seperti Aqlan yang kalau diajak mandi kadang gak selalu lancar, ada menolaknya dengan bilang “gak mau” atau "no no no" sambil menggelengkan kepalanya. 

Perilaku tersebut bukan menantang. Justru dia punya kemampuan dan pemikiran yang berbeda dengan orang tuanya. Anak telah mengalami perkembangan kognitif yang baik.

Anak 2,5 tahun yang gak bisa diem dan gak bisa duduk di rumah bukan perilaku yang menantang. Pada usia tersebut, kebutuhan gerak anak sedang tinggi. Semakin anak dilarang, semakin anak memenuhi kebutuhan gerak tersebut. 

Apa yang Membuat Anak Berperilaku Menentang?

Setiap perilaku didasarkan oleh perasaan dan pemikiran. Ketika anak berbohong lalu ibu menghukumnya dengan membatasi sreentime, marah-marah atau menguncinya. Itu akan membuat anak berfikir “kok ini gak adil ya?”, “kok ibu jahat?”.

Pemikiran tidak mendpatkan keadilan tersebut yang membuat anak diam-diam melakukan hal yang tidak disukai agar tidak dimarahi lagi atau anak akan menunjukkan perilaku yang menantang. Perilaku anak muncul dari reaksi kita terhadap anak.

Makanya, tidak disarankan untuk menghukum anak karena itu akan membuat anak terluka. Ini sulit sekali untukku, karena aku juga tanpa sadar sering melakukan hal itu dengan dalih demi kebaikan Aqlan, padahal Aqlan butuh banyak ruang gerak. Aqlan gak salah, yang harus dibenahi adalah sikapku sebagai orang tua. 

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua untuk Menyikapi Perilaku Menentang Tersebut?

Aqlan suka sekali lempar-lempar mainannya hingga hancur. Mainannya gak akan bisa bertahan lama. Hal itu cukup bikin aku pusing dan bingung menghadapinya harus dengan cara apa. Aku tidak ingin menghukum Aqlan, tapi juga tidak ingin Aqlan melemparkan mainannya.

Tapi, sebagai orang tua aku juga harus belajar bagaimana menyikapi perilaku anak yang menentang.

1. Mendengarkan Penolakan Anak

Dengarkan apa yang anak mau dan beri jeda. Biasanya aku suka tanya kenapa gak mau, kenapa harus begini, akhirnya anak jadi cweita dan mau mengikuti kita, hehe.

2. Memberikan Negosiasi

Kalau gak mau mandi, berikan pilihan mau mandinya pakai shower atau bak mandi. Biasanya aku selalu menawarkan Aqlan untuk ikut memandikan mobil beko kesayangannya. Dia pun setuju dan negosiasi berhasil, hehe.

3. Memeluk Anak

Lucunya Aqlan tuh kalau aku melarang dia meski dalam bahasa halus sekalipun, dia malah langsung jadi nangis dan langsung pengen peluk aku. Ini kesempatan buat aku meluk dia balik dong, hehe. Sama seperti orang dewasa, anak juga gak suka dilarang dan di atur-atur.

4. Berempati pada Anak

Aku tahu ini gak mudah, seringnya menunjukkan muka marah yang malah anak jadi gak berempati sama kita. Untuk mendapatkan empatinya, kita juga harus bersikap empati. Bersikap tegas tapi tetap dengan menunjukkan empati kita bahwa kita sayang pada anak dan sedang mendidiknya.  

5. Bersikap Tenang

Pasti langsung pengen ngomel-ngomel kan? Sama kok, hehe. Tetap tenang, meski sedang digempur perasaan emosi dengan perilaku anak yang menantang. Kalau anak tantrum, berarti ada regulasi emosi yang belum dikembangkan.

Penutup

Sebelum melabeli anak berperilaku menantang, kita kenali dulu perilakunya apakah termasuk perkembangan yang perlu dikembangkan atau memang menantang. 

Perilaku anak yang bikin mengelus dada emang cukup bikin pusing, tapi sejatinya kitalah sebagai orang tua yang perlu berbenah untuk menyikapinya. Semangat ya para orang tua hebat, kita pasti bisa. 





Related Posts

Posting Komentar