cerita mbun

Quiet Quitting dalam Pernikahan. Benarkah Pemicu Perpisahan?

26 komentar
Benarkah pemicu perpisahan?


Dalam pernikahan tidak selamanya akan baik-baik saja, ada up and downnya seperti roller coaster. Hidup akan terus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan lingkungan. Termasuk kita sebagai manusia, yang tentunya berharap berubah ke arah yang lebih baik.

Selain sikap, hati manusia juga bisa berubah tergantung dari perilaku yang ia terima. Banyak faktor yang menentukannya. 

Bagaimana pun masalahnya, yang penting lebih banyak momen manisnya ya daripada berantemnya. Walau gak bisa dipungkiri kalau udah beda pendapat bikin pusing, hehe.

Lebih baik beda pendapat karena berarti ada komunikasi diantara pasangan. Daripada ada masalah diam saja. Kalau udah diam aja apalagi sampai berlarut lama, hati-hati terjadi Quiet Quitting dalam pernikahan. Memang Quiet Quitting apa sih? Benarkah pemicu perpisahan?

Apa sih Quiet Quitting?


Quiet Quitting ini sebenarnya istilah dalam dunia kerja. Quiet Quitting di kantor adalah asal digaji, kerja seadanya, kaya robot, pulang on time dan dikasih pekerjaan diluar scope of work gak mau. 

Kalau didunia kerja sih gak masalah ya, karena toh kerjanya sudah sesuai job desk. Gak ada masalah dan bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan juga. Kita kerja juga kan buat dapat gaji. Aku pun pernah mengalaminya saat bekerja disebuah perusahaan.

Beda halnya jika Quiet Quitting terjadi dalam dunia pernikahan. Tidak baik jika terjadi pada suami atau istri. Harus segera diselesaikan walau tidak mudah agar masalahnya tidak larut.

Quiet Quitting internal pernikahan

Quiet Quitting dalam pernikahan adalah hanya salah satu pasangan saja yang berjuang, satunya lagi diam saja seperti "jalanin saja" atau seperti "rutinitas". 

Betapa tersiksanya tinggal satu atap tapi yang satunya datar aja. Merasa kesepian padahal ada pasangan. Diajak jalan-jalan keluar jawabnya juga datar. 

Contoh Quiet Quitting misalkan pasangan terlalu sibuk pulang dari kantor sampai larut malam tapi sampai rumah yang dipegang handphone, bukan istrinya. Atau pasangan yang LDM yang udah lama gak pulang ke rumah, pas pulang malah hp juga yang dipegang.

Terkadang kondisi tersebut juga tidak sadar dilakukan oleh pasangan. Pernah suami pulang dari kantor masih sibuk dengan gawainya. Aku bilang "Hp terus yang disentuh, aku gak disentuh-sentuh?". Dengan nada yang manja yaa, bukan marah-marah, nanti bsisa kabur, hehe.

Quiet Quitting bisa terjadi kepada suami atau istri yang hanya melakukan kewajibannya saja. Misalkan suami yang merasa sudah melakukan kewajibannya dengan memberikan nafkah, juga istri yang merasa sudah mengurus rumah, menyiapkan makan dan mengurus anak sekolah.

Kegiatan tersebut hanya rutinitas saja tapi tidak ada passion yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang lain. Bayangin deh, gimana rasanya menjalankan sesuatu tanpa kurang gairah atau hasrat? Apalagi ini terhadap pasangan. Rasanya pasti hambar ya? 

Ada pada fase hambar juga tidak terjadi begitu saja. Ada penyebab yang membuat seseorang melakukan Quiet Quitting. Dan kalau orang sudah melakukan Quiet Quitting berarti seseorang tersebut sudah dalam fase kritis. Yuk, kita kenali dulu penyebab seseorang bisa melakukan Quiet Quitting.

Penyebab Terjadi Quiet Quitting dalam Pernikahan


Quiet Quitting banyak terjadi karena berbagai hal, karena faktor eksternal dan internal.

Faktor internal bisa terjadi dari rumah. Merasa tidak nyaman di rumah. Masalah yang sedikit lama-lama jadi menumpuk. 

Merasa pasangan tidak pernah mendengarkan pendapat dan perasaan kita, jadi kita bersikap Quiet Quitting Dnegan mendiamkan pasangan. Jadi bersikap "yaudahlah yang penting aku sudah melaksanakan kewajibanku". 

Quiet Quitting juga bisa dipengaruhi karakter yang dimiliki masing-masing, dari kecil seperti apa dan ketemu pasangan yang bertentangan.

Quiet Quitting adalah bom waktu. Bisa jadi bom waktu menuju kesalahan yang fatal atau waktunya berakhir. -Ario Pratomo
Sedangkan faktor eksternal bisa juga karena pengaruh kerjaan di kantor yang mengharuskan dinas keluar kota. Fisik menjadi cape sehingga gak ada waktu buat istri dan anak, dimarahi atasan, gaji yang segitu aja gak naik-naik. 

Bisa juga karena ada masalah dengan mertua, sedangkan kita masih berhubungan dengan pasangan kita. Atau masalah dengan orang-orang terdekat kita. 

Karena ada masalah dengan pasangan hanya memendamnya, yang bisa meledak kapan saja. Sebaiknya kita lakukan cara agar Quiet Quitting tidak sampai berlarut apalagi sampai terjadi perpisahan. 

Cara Menyelesaikan Quiet Quitting dalam Pernikahan

Gak enak banget kalau harus diam-diaman sama pasangan. Pasangan jadi gak tau apa yang kita butuhkan dari pasangan. Kita seperti melakukan rutinitas yang tidak ada tujuannya. 

Faktor internal dan eksternal Quiet Quitting

Sedangkan pernikahan itu sendiri adalah menjadi Rahmah, bagaimana keluarga menjemput pintu Rahmat jika tidak ada cinta dikeduanya. Untuk itu, kita bisa lakukan cara seperti ini ya.  

  • Mencari tahu asal usul Quiet Quitting apakah faktor eksternal, internal atau keduanya.
  • Ngajak ngobrol pasangan apakah ada hubungannya dengan dia, keluarga besar atau pekerjaan.
  • Cari bala bantuan jika sudah merasa gak kuat bertahun tahun. Seperti konselor pernikahan atau psikolog. Bisa juga bertanya pada kerabat atau keluarga kenapa bisa pasangan kita berubah. 

Tips Agar Quiet Quitting Tidak Berlarut-larut dalam Pernikahan 

Kalau sedang mengalami Quiet Quitting kita ingat lagi saat awal berjumpa. Seperti pertama kali kita jatuh cinta, masih ada getaran-getaran. 

Karena jatuh cinta sama pasangan itu gak sama saat awal ketemu, sama 10 tahun nikah dan 20 tahun nikah. 

Cinta dalam pernikahan itu perlu diusahakan agar getaran-getaran itu masih ada. 

Tipsnya, jangan biarkan kondisi Quiet Quitting berlarut-larut dan didiamkan lama. Jangan dianya diam, kita jadi ikutan mendiamkan. Meski rasanya "ah cape banget, dia nya aja diem yaudahlah". Kalau dua-duanya Quiet Quitting gimana?

Kalaupun harus bercerai, yaudah yang penting dibicarakan dulu. Sudah ketemu expert, konselor pernikahan. Setidaknya sudah menyelesaikan masalah yang terjadi.

Meski susah, tetap harus dibicarakan. Karena pola Quiet Quitting dapat merusak kedalam diri masing-masing secara pelan. Romantisme menjadi hilang. 

Dampaknya, akan dirasakan oleh anak. Akan terekam saat dia memperlakukan pasangan dikemudian hari saat dia dewasa nanti. Kalau orang tua mesra, anak akan belajar memperlakukan orang lain. Anak is copying apalagi di usia golden age.

Sampai ditahap apa aku bertahan di posisi Quiet Quitting ini? Tetep harus komunikasi karena yg tau diri masing-masing. Sebagai manusia kita tidak bisa hidupkusebagai robot ada bosennya juga. Sebagai manusia ada rasa ingin grow tumbuh berkembang dan beradaptasi. Harus lebih peka melihat sekitar. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa melihat video ini ya.


 

Kesimpulan 

Quiet Quitting secara tidak langsung perlahan dapat merusak hubungan pernikahan bahkan tak jarang sampai ke sebuah perpisahan. Menumpuk masalah hanya akan menjadikannya bom waktu dikemudian hari yang kapan saja siap meledak. 

Selesaikan masalah jangan sampai berlarut karena tidak baik mendiamkan pasangan hanya karena sudah lelah memberitahu berdasarkan sudut pandanganya saja.

Semoga keluarga kita selalu dilimpahkan kasih sayang yang melimpah ya agar terhindar dari hal-hal yang bisa menyebabkan perpisahan..

Related Posts

26 komentar

  1. kondisi seperti itu sangat tidak nyaman, apalagi ke anak. Perlu beresin permasalahan komunikasi di antara kedua orang tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, dampaknya besar bisa ke anak juga karena orang tuanya sedang tidak baik-baik saja.

      Hapus
  2. Saya baru tau istilah quiet quitting, kalau simpelnya sebatas formalitas saja, tapi tidak enjoy. Tentunya pola komunikasi harus diperbaiki, jika perlu melibatkan psikolog

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, kalau komunikasi berdua sudah tidak bisa, bisa konsultasikan dengan psikolog.

      Hapus
  3. Quiet quitting ini berbahaya ya. Apalagi buat pasangan yang sudah punya anak. Semoga kita semua bisa berkomunikasi dengan suami/istri kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahaya sekali kak. Aamiin semoga rumah tangga kita selalu dimudahkan ya mbak.

      Hapus
  4. Saya baru istilah quiet quitting ini dalam dunia pernikahan, tenryata memang bisa juga terjadi ya, jadi wajib hati-hati jika sudha salah satunya mempunyai tand aseperti wajib segera dibicarakan, agar penikahan aman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, segera kenali tanda-tandanya agar bisa kita selesaikan permasalahannya.

      Hapus
  5. Wah baru tahu ada istilah ini dalam pernikahan, meskipun makna dari istilah kini sudah sering terjadi dalam pernikahan, yah namanya menyatukan dua orang yang berbeda segalanya dalam satu hubungan pernikahan...memang ngak mudah ada kalanya masuk pada fase up & down. Makasih mbak atas sharingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak namanya pernikahan sulit sekali menyatukan dua pendapat.

      Hapus
  6. Baru tahu istilah Quiet Quitting. Dari bacaan di atas, selaras dengan realita kok mba. Sebenarnya, banyak yang kyak gini, bukannya menyelesaikan, malah memilih diam menghindari pertengkaran. Dipendam 3x, suatu saat ya, akan meledak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau diamnya sebentar untuk berpikir jernih untuk menyelesaikan masalah it's okay ya mbak, kalau mendiamkan lama justru malah semakin rumit dan tidak menyelesaikan.

      Hapus
  7. Ada teman yang mengalami fase ini. Parahnya hingga bertahun-tahun. Hingga akhirnya pisah rumah walau status masih menikah. Sebenernya kalau situasi begini dan gak tertangani mungkin lebih baik ketemu psikolog atau konsultan pernikahan kali ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh sampai bertahun-tahun gitu yaaa. Semoga permasalahannya bisa cepat selesai ya.

      Hapus
  8. Quiet Quitting .... saya baru ngeh istilah ini tapi situasi yang diceritakan dalam postingan ini, saya paham bahkan pernah berada di dalamnya. Rasanya tidak enak banget :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun mbak, tapi Alhamdulillah sudah terlewati yaa..

      Hapus
  9. Konten yang sangat baik untuk pasutri, terima kasih sudah membahas ini, akan saya share ke teman² supaya bisa tahu, dan kalau sudah terjadi, bisa segera diselesaikan. Terima kasih atas kontennya.

    BalasHapus
  10. Quiet quitting kalau dalam rumah tangga bahaya juga ya, apalagi kalau ditunjukkin depan anak, anak pastinya bertanya2 ada apa dengan kedua orangtuanya. Memang sebaiknya kalau ada masalah komunikasikan dengan pasangan lebih dalam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat bahaya mbak. Gak nyaman banget pastinya bagi anak. Betul mbak, deep talk sama pasangan ya.

      Hapus
  11. Quiet Quitting ini berbahaya ya.. Secara tidak sadar banyak pasangan yang berpegang teguh, dengan kata "ya sudahlah kan kewajibanku sudah dilaksanakan". Kalau seperti ini, ya wajar saja kalau pernikahannya gak bertahan lama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahaya banget kak. Nah, itu dia hanya sebatas menggugurkan kewajiban, tapi ada masalah didalamnya.

      Hapus
  12. Yess bener banget menikah itu ibadah puluhan tahun sampai ajal menjemput Insya Allah, kebosanan pasti ada kembali ke kita dan pasangan harus membuat sesuatu yg baru.

    Salah satu harus memiliki inisiatif misalkan istri tau suami hp mulu deketin nempel kek pacaran dulu, cium2 dkk itu contoh kecil ya...

    Jangan biarkan kehidupan pernikahan hambar dan hanya berupa rutinitas biasa aja. (Gusti yeni)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener bgt mbak jangan sampai hambar yg berlarut ya. Cinta perlu diusahakan..

      Hapus
  13. saya ldm enggak merasakan quiet quitting ini,

    BalasHapus

Posting Komentar