cerita mbun

8 Alasan Mengapa Menulis di Blog dan Bagaimana Pengelolaan Waktunya

Alasan Menulis di Blog dan Tips Mengatur Waktunya

Dapat tugas dari mbak Marita Ningtyas di kelas Blogspedia Coaching Batch #3 tentang mengapa menulis di blog dan tips mengelola waktu. Tugasnya semakin panas dan mengingatkan aku pada perjalananku kenapa sampai aku menulis ini, saat ini.

Juga semakin memantapkan dan meyakini kembali mengapa menulis di blog dan bagaimana mengatur waktunya. Karena jujur, aku orangnya susah banget fokus dan konsisten. Selalu pindah tempat kerja. Termasuk orang yang sulit menentukan pilihan. Bahkan maunya sendiri juga bingung. Hmm, ribet yaa...

Aku kenal blog saat sekolah dulu tahun 2011 dari teman. Teman membuat blog dan menulis disana. Terus aku merasa tertarik dan akhirnya ikutan juga nulis disana. Seperti menemukan tempat untuk aku yang suka nulis dari SD. Tapi, anehnya aku gak mau tulisan aku dilihat dan dibaca orang lain. Aku merasa malu karena isinya curhat pribadi banget. Ya ngapain nulis di platform online yang semua orang bisa akses kalau gak mau tulisannya dilihat? Dibilang jangan lihat juga orang udah pasti bisa lihat, wkwkwk.

Udah masuk dunia kerja, udah deh bablas. Aku mungkin nulis satu tahun sekali. Mana sempet nulis, pulang kerja lebih milih tidur karena cape banget. Dan weekend juga milih tidur. Udah penuh alasan banget kan hidup aku. Seperti ada yang kurang karena tidak menulis, tapi tidak mau meluangkan waktu untuk menulis. 

8 Alasan Mengapa Menulis di Blog



1. Ingin Bisa Kerja di Rumah

Aku pengen banget sebagai perempuan yang tidak melupakan kodratnya, aku bisa berdaya tanpa mengabaikan keluargaku terutama anak-anakku nanti. Saat itu sebagai staff notaris yang masih lajang, aku berhalusinasi ingin menjadi notaris yang bisa buka praktek dirumah yang mobilitasnya hanya sesekali. Kerja aman, keluarga aman. Pikirku saat itu.

Tapi, karena untuk menjadi notaris saja tidak mudah. Aku harus S2, belum lagi magang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi beasiswa magister hukum itu jarang banget. Akhirnya aku mengesampingkan dulu mimpi itu.

Setelah menikah, hidup terlihat lebih realistis. Tahun pertama menikah aku memilih untuk resign. Sebenernya ini resign dadakan karena ada trouble di kantor saat itu. Mau gak mau aku harus resign. Mulai menata hidup lagi. Aku pilih yang bisa dilakukan saat itu juga. Dan aku memutuskan untuk berbisnis.

Sedang semangtnya berbisnis, qadarullah aku diberi kepercayaan untuk hamil setelah 16 bulan penantian belum juga diberi amanah. Karena mabuk parah saat itu, bisnisku jadi terbengkalai. Sementara aku belum mampu bayar pegawai.

Jadinya fokus sama kehamilan sampai melahirkan. Januari 2021 melahirkan, ehh udah melahirkan malah makin sibuk mengurusi anak bayi. Jauh sama orang tua dan mertua, makin gak kepegang.

Mikir lagi, aku harus ngapain ya untuk memberdayakan diri ini. Mengurusi domestik aja memang udah sibuk banget. Tapi aku gak mau melakukan kegiatan itu-itu aja yang tidak membuat diriku berkembang. Bukan berarti domestik hal yang buruk dan tidak berkembang, tidak. Hanya saja aku ingin lebih berdaya lagi dan menggunakan waktuku dengan baik.

Tiba-tiba aku teringat blog. Aku ingin fokus menulis dan bisa menghasilkan uang dari sana. Padahal aku sama sekali belum tahu kalau blog bisa menghasilkan uang apalagi caranya. Yang aku pikirkan aku ingin menulis. Nulis apa aja.

Aku menceritakan keinginanku sama suamiku, Alhamdulillah dia support aku. Support yang bikin aku senang dengan memasang wifi di rumah dan membelikan handphone yang bisa support berbagai aplikasi menulis di handhone. Juga menyediakan mobilitas jika suatu waktu aku butuh untuk keluar rumah. Jadinya aku gak punya alasan lagi untuk tidak menulis. Makasih suamiku, muach.

Dengan mudahnya akses internet, berselancarlah aku mencari dunia tulis menulis di Instagram. Ketemu sama NulisYuk hingga aku bisa menulis 3 buku antalogi dan komunitas blogger. Hingga membawaku ke blogspedia ini. Masih tetap semangat meski jauh dari kata berpenghasilan. Yang penting belajar, belajar dan belajar. 

2. Tempat Untuk Mengeluarkan Isi Pikiran

Kalau aku baca alasan mbak Marita ngeblog, sebenernya hampir mirip juga. Setuju banget kalau perempuan butuh 20 ribu lebih kata setiap harinya. Dan blog mampu menampung itu semua, wkwk.

Aku kalau mengalami kejadin besar, baik senang atau sedih, dialami sendiri atau melihat pengalaman orang lain, bawaannya gemes pengen langsung nulis aja. Nyeritain semuanya ditulisan. Tapi kalau nulis di buku diary gak sistematis, asal aja karena cuman diri snediri yang baca. Anyway, sampai saat ini aku masih suka nulis di buku diary. Kalau di blog kan, dibaca orang lain (berharapnya sih gitu ya). Tentu harus menggunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami karena seolah-olah juga sedang bercerita.

Dan seneng aja gitu kalau bisa mengambil sudut pandang yang berbeda. Jadinya semoga bisa meluaskan wawasan bagi yang membacanya. Kalau pun itu jadi hal yang biasa bagi orang lain, yaudah yang penting buatku itu selalu jadi hal yang baru karena ada effort didalamnya.

3. Berbagi Informasi

Dalam hidup kita pasti butuh orang lain. Sekedar tempat bertanya atau pendengar yang baik. Banyak juga yang suka nanya tentang pengalaman atau pola asuh aku, yang akhirnya aku tulis d blog. Jadi kalau ada orang menanyakan hal yang sama, kasih aja linknya, hehe.

Gak mau nyimpen informasi yang aku tahu sendirian. Blog ini juga bisa menjadi alternatif kita memberi informasi tanpa merasa sedang menggurui.

4. Self Healing Dari Baby Blues

Aku kira setelah melahirkan tidak lagi merasakan kelelahan ketika hamil. Ternyata lelahnya dari lahir sampai batin. Aku si ibu baru ini merasa ingin mengurus anak dan semuanya sendirian. Tapi karena banyak orang baik yang ingin membantuku tanpa aku meminta bantuan, merasa posisiku sebagai ibu terancam.

Melahirkan dengan cara operasi sesar dan memberikan sufor pada anak pertamaku, membuatku semakin overthingking dan merasa tidak berguna sebagai ibu. Setiap malam aku merasakan kesedihan yang teramat.

Aku tidak mau membiarkan keadaan ini berlarut, aku harus bangkit melawan semua pikiran negatif. Aku menceritakan semuanya di blog, berharap menemukan ibu baru yang senasib dan saling menguatkan.

Alhamdulillah perlahan berkat menulis di blog, yang justru menceritakan kesedihanku menjadi sebuah informasi, emosiku mulai stabil. Walaupun sampai saat ini aku masih perang dengan diri sendiri perihal pola asuh. Tapi aku sudah punya tamengnya dengan cara menulisnya di blog. Sehingga sedihku berubah menjadi informasi.

5. Teman yang Baik Bagi si Anak Rumahan

Aku jarang banget bicara jika bukan hal yang penting. Lain lagi kalau sama suami, justru semua yang gak penting sampai random banget diomongin. Malah jadi partner gibah, wkwkwk.

Karena jarang bicara itulah, aku keluarkannya lewat kata-kata. Dari kecil juga jarang banget keluar rumah, makanya dirumah kerjaannya nulis apa aja. Dulu nulis puisi, cerpen sampai curhat.

Udah nikah dan punya anak pun sama, paling mainnya juga diteras. Kalau dirumah ya mikirin tema apa aja yang mau ditulis di blog.

 6. Mencoba Sebagai Personal Branding

Saat ini masih menikmati jabatan sebagai full time mom, tapi aku yakin blog bisa aku butuhkan suatu saat untuk sebuah kepentingan yang positif tentunya.

Gak mau dikenal sebagai ibu yang gak berdaya (padahal masak, nyuci, ngepel, nyetrika yang gak pernah ada habisnya itu sangat berdaya sekali). Jadinya aku perbanyak tulisan, meski sarjana dirumah, yang katanya sayang sarjana kok gak kerja, aku bukan sarjana kaleng-kaleng, wkwkwk. 

7. Suatu Saat Ingin Aqlan Baca Blogku

Jejak digital memang luar biasa tidak mudah hilang. Saat ini teknologi semakin canggih, gak kebayang nanti Aqlan dewasa seperti apa kecanggihannya.

Aku pernah nulis tentang saat aku pertama kali bertemu Aqlan dengan tujuan suatu saat Aqlan bisa baca blogku. Aku ingin Aqlan menjadi lelaki yang bijaksana dengan segala perhatiannya. Peka terhadap sesuau disekitarnya. Meski lembut tapi tegas. Bisa menghargai semua orang termasuk pasangannya kelak. Berharap dia bisa mengenal dan memahamiku lebih dalam melalui tulisan-tulisanku.

8. Sebagai Peredam Emosi

Bukan hanya ketika sedang bahagia atau sedih, aku juga menulis ketika sedang marah. Aku bukan orang yang ekspresif, sehingga marahnya aku pun diam. Marahnya orang diam juga dengan diam, wkwkwk.

Kalau aku marah, untuk meredam emosinya aku segera menulis di catatan. Jika memungkinkan aku susun menjadi tulisan di blog, tapi jika tidak bisa jadi tulisan yaudah aku nulis di buku diary aja, hehe.

Daripada aku banting-banting perabot dirumah yakan, yang ada nanti nyesel pas barang udah pada gak ada, mending aku salurkan ke dalam tulisan. Sangat membantuku meredam berbagai macam emosi. Marahnya jadi berfaedah.


Tips Mengelola Waktu Untuk Ngeblog



 

Yang punya bayi dibawah 2 tahun pasti ngerasain betapa singkatnya waktu, wkwkwk. 24 jam rasanya tidak cukup. Ingin ada waktu lebih hanya untuk sekedar tidur siang. Apalagi kalau semua dikerjain sendirian, masih untung gak oleng juga.

Aqlan lagi aktif-aktifnya dan senang main diluar. Beda banget sama aku yang betah dirumah. Jadinya aku harus bisa mengimbangi kapan waktu di rumah dan kapan harus keluar rumah meski hanya diteras, hihi.

Aqlan udah jarang tidur siang, jadinya agak sulit bagi waktunya kalau bukan di malam hari. Sedangkan habis magrib aja aku sudah gak ada tenaga. Tips mengelola waktu untuk ngeblog ini aku masih belajar sampai sekarang, secara jam tidur Aqlan juga gak tentu. Tapi, patokannya habis magrib dan paling malam habis isya dia udah tidur. Nah, berikut caranya agar aku bisa produktif saat Aqlan tidur malam dengan kondisi yang tidak ngantuk di sisa-sisa tenaga, hehe.


1. Fokus Main Sama Anak

Kalau anak lagi main, fokus dengan tidak mengecek handphone. Boleh sesekali cek handphone jika ada notif yang urgent, yang harus dibalas saat itu juga.

Jadi ketika Aqlan tidur, aku bisa fokus cek grup komunitas blog tanpa scrolling yang gak penting. Quality time bersama anak jadi terjaga. Anak senang, waktu tidak terbuang.

2. Istirahaht Kalau Lelah

Udah numpuk banget nih ide, tapi belum bisa buka laptop atau nulis di handphne. Ketika anak tidur siang dan ngerasa cape banget, ikutan anak tidur siang buat menyiapkan tenaga untuk nulis di malam hari. Jadi gak ngantuk saat nulis, nulis langsung posting.

3.  Menunda Salah Satu Pekerjaan Domestik

Kebayang gak sih kalau semua urusan domestik dikerjain dalam satu hari? Belum lagi pas anak sakit atau pengen main terus. Haduh gak usah dibayangin, berat. Biar si Dilan aja yang bayangin. Untungnya Aqlan kondusif, rewelnya kalau dia sakit aja. 

Nah kalau aku solusinya, menunda salah satu pekerjaan domestik. Kalau nyuci aku pakai mesin cuci 2 kali sehari. Dan kalau nyetrika ya kapan-kapan aja kalau sempet, wkwk.

Kalau deadline, biasanya aku libur masak, beli makan diluar. Paling masak untuk Aqlan aja. Anak tetap prioritas. Jadi aku nulis bisa pagi, siang atau malam. Tapi lebih seringnya malam ketika anak tidur nyenyak. Kalau siang tidurnya sebentar, nanggung.

Kondisi ini disesuaikan aja sama keadaannya masing-masing. Karena setiap ibu dan anak kebutuhan dan kondisinya berbeda. Kalau aku ya seperti ini, intinya jangan sampai kita kelelahan tapi semua teratasi. Wonder woman banget kan seorang Ibu. kalau gak sanggup, lambaikan kamera aja.

4.  Segera Catat Ide yang Muncul

Semenjak jadi ibu aku sering pelupa. Ketika ide muncul, tapi lagi dalam keadaan main sama anak dan ketika mau ditulis malah jadi lupa. Untuk itu aku segera tulis di note handhone ide apa yang muncul, agar tidak lupa.

Ini mirip dengan materi pemanasan mbak marita tentang mind mapping, yang mencatat point-point penting.

5. Jangan Biarkan Alasan Merajalela

Kadang susah bedain mana males mana alasan. Atau masih sama aja ya? Wkwkwk. Udah tau full time working atau full time mom sama-sama sibuk, tapi dibiarkan jadi alasan.

“Ahh, aku cape seharian ngurus anak, ngurus ini dan ngurus itu.” Ya kalau sudah tau bakalan sibuk, harusnya meluangkan waktu untuk nulis dulu atau tahu kapan waktu untuk nulis. Bukannya membenarkan keadaan yang memang sudah jadi rutinitas. Lain hal kalau ada kejadian yang tiba-tiba muncul diluar rutinitas, hal-hal diluar kendali kita.

Kalau kalian alasan ngeblog dan ngatur waktunya gimana? Ada yang samaan kaya aku?

 

 

 

 

Related Posts

11 komentar

  1. Aku juga nulisnya pas anak tidur. Biasanya shubuh aku bebenah. Sambil nunggu anak bangun aku ngeblog. Kalo malem aku ga kuat nahan kantuk. Meski udah tidur siang, malemnya tetep ngantuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh ... Anak tidur itu emang harus dimanfaatkan yaa mbak hhe.. sama mbak kadang aku jga gitu, soalnya cape bgt yaa siangnya.

      Hapus
  2. Mampir nih 😄 salam rindu my old friend.
    Related banget kisahnya. Aku pun susah 'istiqomah' buat nulis. Tapi kalau gak dipaksa emang gak bakal bisa. Ujung2nya sering ngerasa 'bloon' abis nikah gak berkembang lagi selain keahlian ngurus rumah. 😂
    Jadilah dengan nulis iseng2 bisa jadi freelance book reviewer. Secara nominal emang gak seberapa. Tapi kalau nulisnya aja happy, dapat buku gratis happy, baca buku nya happy, cuan nya ibarat bonus aja.
    Semangat nulis say 🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayyyy yaaaasss miss you so muchhhh muaaachhh 😘
      Sama yaaa hidup tanpa nulis itu kaya gimana gitu yaa wkwkwk
      Astaga sampai ngerasa gtu yaa 😂 emang kamu udah gak di gamis2 itu Yas? Hhe.
      Waahhh pengen juga dong. Gimana caranya Yas?
      Yeaayyy kamu jga semangat yaa 🤗

      Hapus
  3. Wah mirip nih mbak ternyata alasannya ngeblogging kayak aku, anak udah gede mulai cari wadah aktualisasi ya, #babybluesfighter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa mbak biar gak ngerjain itu² aja hhe. Semangat bangkit ya mbak 🤗

      Hapus
  4. Ya ampun mbak baca tulisannya kita senasib mah. Peluk jauh dan tetap semangat

    BalasHapus
  5. toss dulu mbaa, alasannya sama nih, ngeblog biar ga perlu jauh-jauh dari rumah hehe.. yuukk semangat bareng-bareng

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Semoga bisa tetap menjaga keproduktifan hhe

      Hapus

Posting Komentar