Pixabay.com |
”Jika cinta kepada manusia membuatmu lalai dengan penciptanya, lalu apa makna cinta sesungguhnya? Cinta seharusnya membuat iman bertambah bukan?”
***
Cinta adalah anugerah terindah yang
Allah karuniakan kepada kita, umatnya di dunia ini dan bahagia merupakan luapan
emosional dari rasa cinta tersebut. Cinta membuat kita sebagai manusia merasa
istimewa. Tanpanya semua merasa hampa, aktivitas menjadi tidak semangat. Jika
ada cinta, maka kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan tanggungjawab akan
turut serta mengikutinya. Cinta bisa kepada semua makhluk, namun disini aku
lebih spesifik berbicara tentang cinta kepada lawan jenis.
Bukti cinta yang sesungguhnya adalah
pernikahan. Dengan menikah, pasangan telah membuktikan bentuk tanggungjawab dan
keseriusannya. Seindah apapun priamu merangkai kata, tak peduli setampan
bintang hollywood pun, jika dia hanya memintamu jadi pacarnya, semua itu hanya
omong kosong. Tapi kan semua butuh proses, untuk saling mengenal satu sama lain
yang ujungnya akan menikah juga. Iya, kalau misalnya jadi menikah, kalau tidak?
Kamu hanya buang-buang waktu saja bukan? Kalau sudah menikah ada bukti
tertulis, yaitu buku menikah. Legal secara agama dan negara lebih menyenangkan
bukan?
Tapi, kok cinta seperti harus ada
timbal baliknya ya? Seperti istri yang merasa sudah memberikan perhatian kepada
suaminya, maka suami pun harus memberi perhatian yang sama seperti yang
dilakukan istrinya. Dan jika suami tidak melakukan seperti apa yang istri
inginkan, istri merasa kesal dan marah. Begitu juga sebaliknya. Bukankah itu
berarti cinta harus ada syaratnya? Syaratnya kita harus mendapatkan perhatian
seperti apa yang kita lakukan. Bukankah memberi itu tanpa pamrih?
Tunggu dulu, cinta itu terlihat
berlebihan bukan? Dia bisa membuat orang berimajinasi dengan masa depan dan
bisa membuat manusia melakukan apa saja. Entah cinta yang berlebihan atau
manusia yang tidak bisa mengontrol emosinya. Seharusnya cinta itu naluri.
Mengalir begitu saja tak peduli apa yang diterima, yang terpenting sama-sama
bahagia bukan hanya salah satu saja. Kunci semua bahagia adalah dengan ikhlas.
Ikhlas memberi perhatian, tenaga, waktu dan materi. Lagi-lagi ikhlas juga sulit
untuk dilakukan.
Ah sudahlah, cinta dengan manusia
begitu rumit sehingga membayangkannya saja sudah cukup membuat kepala ini
muter-muter. Cukup dirasakan saja. Rasakan betapa dahsyatnya mencintai tanpa
harus meminta. Cinta perihal memberi dan menerima. Ini lebih mengarah kepada hak dan
kewajiban saja. Terima apa yang sudah menjadi hak kita dan jangan lupa memberi
apa yang menjadi kewajiban kita. Suami istri tidak sedang berkompetisi untuk siapa
yang menjadi paling hebat, tapi untuk merangkul bersama kekurangan.
Memang hakikatnya cinta kepada Allah
lah yang pasti. Tak ada cinta-Nya yang lebih indah selain cinta-Nya kepada kita
umatnya. Jika cinta kepada manusia membuatmu lalai dengan penciptanya, lalu apa
makna cinta sesungguhnya? Cinta seharusnya membuat iman bertambah bukan? Katanya
menikah ingin menyempurnakan separuh agama. Tapi kok, separuh agamanya malah
hilang?
Posting Komentar
Posting Komentar