cerita mbun

P I L I H A N

Pixabay.com



Allah memberi kita akal untuk berpikir. Bersyukur atas nikmat pikiran yang Allah beri. Setiap dari kita akan selalu dihadapkan oleh sebuah pilihan. Mulai dari yang ringan seperti memilih menu makan, warna baju, tas atau sepatu. Hingga dihadapkan pada sebuah pilihan hidup yang sulit kita putuskan. Seperti karir dan jodoh. Padahal yang kita tahu semua sudah diatur dan sudah dibagi porsinya masing-masing. Masih saja kita bingung dan merasa galau untuk memutuskannya.
Kita terlalu risau memikirkan masa depan, hingga kita lupa menikmati masa kini dan menysukuri apa yang terjadi hari ini. Padahal tanpa kita sadari, Allah selalu memberi kita kemudahan. Hanya saja kita yang selalu meminta lebih sampai terasa tak pernah cukup dan tak pernah puas. Memiliki rasa tak pernah puas memang baik untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan diri. Tapi, jika berlebihan akan menimbulkan rasa kekecewaan yang mendalam.
Pernah berpikir tidak, dari kecil hingga kita dewasa selalu mengambil pilihan dengan alasan demi masa depan yang baik. Demi sebuah kata “lebih baik lagi”, kita rela berjuang tak kenal lelah, bekerja keras hingga tak kenal waktu sampai bahkan lupa makan dan berkorban merelakan apa yang sudah dimiliki, sampai menerima rasa gelisah untuk menentukan sebuah pilihan atau mungkin rela kehilangan. Pernah tidak bertanya pada hati yang paling dalam, untuk apa semua ini? Untuk apa tujuan ini? Benarkah kita benar-benar ingin melakukannya? Atau hanya sebuah pressure semata?
Klimaksnya kita tak pernah tahu apa yang benar-benar kita inginkan. Kita hanya melawan arus atau menetap di zona nyaman. Kehilangan arah tak menentu. Tak sadar jiwa semakin kosong dan sepi. Bukankah yang pergi akan tetap pergi meski kita genggam? Dan yang sudah pasti menetap akan tetap tinggal meski kita tak sedang menggenggamnya. Sia-siakah perjuangan selama ini? Tentu yakini tak ada yang sia-sia, selalu ada pelajaran disetiap kejadian. Bukankah hidup adalah belajar? Perihal tentang belajar dan mengajarkan.
Sadarkah bahwa kita hidup dalam hukum terbalik? Begini, berbagi justru akan menjadikannya lebih banyak. Entah berbagi harta, ilmu atau apapun. Tapi yang ada kita malah ragu untuk berbagi yang menjadikannya semakin sempit. Semakin dikejar akan semakin lepas. Nikmati saja pelajarannya nanti kita akan dengan nikmat pula menikmati hasilnya. Tak perlu menyesal dengan pilihan yang sudah dibuat, karena dari awal kita memilih kita sudah memperhitungkan segala sesuatunya. Berani memilih, berani menerimanya.
Lantas masihkah terpaut untuk hal-hal yang sudah Allah tentukan dan bagi sesuai porsinya masing-masing? 

Related Posts

Posting Komentar