cerita mbun

Momen Ramadan yang Tak Terlupakan

Momen Ramadan yang tak terlupakan 2024


Selalu ada cerita di setiap Ramadan. Entah itu yang bahagia atau sedih. Ramadan kali ini tepat hari Kamis lalu kami kehilangan sosok nenek yang begitu baik. Meski beliau adalah adik dari almarhum kakek, namun aku sudah menganggapnya sebagai nenekku sendiri karena aku dari kecil belum pernah melihat kakek dan nenek dari pihak keluarga ayah, mereka sudah meninggal bahkan dari almarhum ayahku kecil.

Satu per satu sepuh dari pihak keluarga ayah perlahan meninggalkan dunia. Sisa 1 orang yang saat itu menjadi wali nikahku. Semoga beliau selalu dalam keadaan sehat.

Sedih sekali saat nenek meninggal menjelang magrib. Aku yang tidak bisa pergi saat itu juga merasa sedih padahal kami masih dalam 1 kota, karena satu dan hal lain yang membuat aku tidak bisa pergi saat itu juga.

Akhirnya aku bisa ke rumah nenek saat keesokan harinya. Tidak bisa melihat wajahnya yang terakhir karena proses pemakaman berlangsung di malam hari. Beliau ini orang yang sangat baik hati. Sangat peduli ketika aku masih kecil. Menganggap aku cucu pertama di keluarga, karena anak-anaknya saat itu belum ada yang menikah.

Meski sudah punya cucu, beliau tetap baik padaku. Sedari kecil selalu diberi uang saku dan baju. Aku sedih kalau teringat nenek dan babah. Babah pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu saat aku sudah lulus kuliah. Tak lama setelah ayah meninggal. Semoga husnul khotimah, ditempatkan di tempat yang paling mulia di sisi-Nya.

Sebetulnya aku ingin menulis momen Ramadan yang tak terlupakan dengan hal-hal yang bahagia. Namun, ternyata yang paling banyak justru hal-hal yang mendewasakan diri.

Ramadan Tahun Lalu di Rumah Sakit

Seminggu menjelang Lebaran, Aqlan harus dirawat inap di rumah sakit karena dehidrasi. Sedihnya nggak karuan saat itu. Mana lagi bulan puasa.

Nggak pernah sebelumnya saat puasa ada anggota keluarga yang sakit sampai harus dirawat. Jadi momen Ramadan yang tak terlupakan hingga sekarang. Mau makan sahur cari yang jual makanan disekitar rumah sakit. Begitu juga mau buka puasa.

Kesehatan Aqlan tetap yang utama. Tidak apa-apa bulan Ramadan di rumah sakit, yang penting bisa sehat lagi seperti biasanya.

Alhamdulillah bisa segera pulang tidak usah lama-lama di rumah sakit. Pelajaran sekali harus tetap jaga kondisi badan ketika sedang puasa. Meski puasa, makanan untuk anak tetap harus diperhatikan.

Keuangan Keluarga yang Tidak Stabil

Dalam rumah tangga selama 5 tahun ini aku merasa up and down dalam segala aspek. Baik dari hubungan maupun keuangan.

Ramadan tahun ini kami tidak dapat THR karena suami sudah harus resign dari kantor lamanya. Di bulan Ramadan ini pula kami mengelola sebuah cafe. Layaknya merintis semua dimulai dari nol.

Berhentinya pendapatan setiap bulan membuat tatanan keuangan jadi tidak stabil dan mulai harus punya perencanaan keuangan keluarga yang baru lagi. 

Efeknya jadi berimbas terhadap pengeluaran di bulan Ramadan. Padahal resign habis lebaran aja biar dapat THR, nyatanya justru malah dimulai dari awal tahun. Tahun baru, pekerjaan baru dan keuangan yang baru lagi alias mulai kembali Fitri.

Ramadan kali ini kami tidak bisa berbagi hampers kepada saudara dan kerabat. Biasanya menjelang seminggu mau lebaran kamu sudah mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk lebaran. Meski tidak wajib, tapi euforia persiapan menjelang lebaran jadi menyenangkan bisa berbagi karena ada uangnya.

Kalau tahun ini sabar dan keinginan kami harus dikencangkan lagi untuk ditahan. Untuk sehari-hari saja rasanya kadang terasa sulit. 

Tapi, kami tidak sedih apalagi sampai mengadu nasib. Sebelumnya kami juga pernah mengalami hal yang sama. Sampai suami dipertemukan dengan pekerjaan yang bisa membuat keluarga kami stabil lagi.

Sekarang kami mengalami lagi, jadi banyak yang bisa kami ambil hikmahnya. Mengevaluasi apa yang seharusnya kami lakukan dan tidak kami lakukan.

Masya Allah saat kondisi sedang tidak stabil, kehadiran keluarga besar selalu support dan membantu untuk kami bangkit dan menata keuangan lagi. Perencanaan keuangan ini jadi penting banget buat kami agar ketika kami sedang ada di fase down, kami tidak kewalahan merencanakan keuangan.

Alhamdulillah saat kami bisa berbagi, mengajarkan kami bahwa rezeki yang kami miliki bukan sepenuhnya hak kami, melainkan ada hak orang lain yang membutuhkan di dalamnya dan itu tidak membuat kami merasa jadi sombong. Apa yang bisa kami sombongkan sedangkan badan kami saja bukan milik kami?

Dalam keadaan down kami tidak seharusnya iri hati dan dengki. Mengajarkan kami untuk bersikap tulus dan ikhlas. Masya Allah bulan Ramadan bagiku selalu membawa kisahnya sendiri.

Terkhusus untukku yang merasakan keberkahannya. Bukan hanya sekedar materi tapi keimanan yang selalu ditingkatkan. Tak apa urusan duniawi ada up and down, namun selayaknya keimanan harus pada level up dan kita berupaya untuk terus meningkatkannya. 

Ramadan tahun kemarin kami diberi banyak kelebihan materi hingga bisa berbagi angpau dan hampers. Ramadan tahun ini kami harus lebih banyak bersabar. Tidak apa yang penting ibadah kami semoga jangan kendor.  

Tahun ini juga kami tidak bisa ikut bukber Alumni SMA suami, namun tentu tidak mengurangi silaturahmi kami. Semoga masih banyak kesempatan untuk kami bisa bersilaturahmi. Yakin Allah selalu memberikan jalan untuk kami. 

Kesimpulan

Selalu ada cerita dan hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman Ramadan tahun ke tahun. Menjadi kisah momen Ramadan yang tak terlupakan. 

Alhamdulillah Allah selalu mudahkan dan sehatkan kami di bulan Ramadan. Selalu ada saja rezeki dari-Nya. Tak melulu materi namun sangat berarti.

Related Posts

Posting Komentar