cerita mbun

Secangkir Vanilla Latte untuk Diar Part 3

5 komentar
Secangkir Vanilla Latte untuk Diar Part 3


"Hahaha ayoo Di kejar aku kalau bisa weeee."

"Ihhh awas kamu ya isengin aku terus!"

"Aduh udah Di, jangan gelitikin aku terus geli tau."

"Abis kamu nyebelin suka fotoin pas aku lagi bengong aja."

"Hehehe abis muka kamu tuh gemesin Di. Bikin pengen aku abadikan terus. Bikin kangen tau!" Sambil dicubitnya pipi Diar saking gemasnya.

"Iyaaa Dito sayaaaaanggg," Jawab Diar manja.

"Kamu jangan tinggalin aku ya Di. Aku sayang banget sama kamu."

Bisa-bisanya kenangan indah seperti itu muncul di kepalaku. Meskipun dia meninggalkanku demi wanita lain, Dito masih ada di hati aku. Dito orang yang paling baik. Tapi, kalau baik gak mungkin kan dia berpaling demi wanita lain? 

Hanya saja yang buat aku merasa sesak kalau aku masih belum menerima kenyataan kalau Dito cowok se-brengsek itu. Bagiku Dito masih laki-laki yang baik. Aku hanya merasa Dito menutupi sesuatu dan menjadikan wanita lain sebagai alasannya. Padahal udah jelas-jelas memang selingkuh. Parah kan aku?


***


"Heh...muka lo kenapa? Pusing banget emang seminarnya?" Tanya Raya penasaran lihat teman satu tim sekaligus sahabatnya mukanya pucat kaya mau pingsan.

"Mimpi apa gue ya, Yaaaa?" Tanya Diar sambil menyembunyikan mukanya di bawah meja.

"Lah mana gue tau. Jadi lo yang nanya balik deh. Ada apa sih? Cerita dong sama gue!" Desak Raya penasaran.

Bukannya cerita, Diar malah menangis sesenggukan dan memeluk temannya. Raya semakin bingung melihat kejadian ini. Gak biasanya Diar kaya gini. Kecuali kalau tentang...

"Gue abis ketemu Dito, Yaa...," lanjut Diar sambil berusaha mengelap air matanya dengan tangannya.

"Ya ampun kok bisa sih? Dito mantan lo itu? Gimana sih gue gak ngerti deh." Raya semakin tidak paham bagaimana temannya ini yang datang ke acara seminar dan meeting dengan bos bisa bertemu mantan.

"Iya, jadi ternyata Dito itu salah satu narasumber seminar itu. Parahnya lagi dia yang akan memasarkan proyek properti kita, Yaaa..."

"Ya ampun Di, lo udah susah payah ngelupain dia tapi dia malah muncul lagi di depan lo. Yang sabar ya Di. Gue tau ini berat buat lo, tapi gue yakin lo pasti bisa. Lo gak boleh nyerah, lo harus semangat terus Di." Raya berusaha menenangkan Diar yang terus menangis.

"Iya Di, biar gimanapun gue harus bersikap profesional. Gue harus hadapi ini. Gue gak boleh kabur, gue pasti bisa. Bantuin terus gue ya, Yaaa..."

"Nah, gitu dong itu baru sahabat gue. Gue pasti bantuin lo kok. Tenang aja gue bukan cuman bisa makan aja, tapi bisa bantuin temen juga kok hahaha." Canda Raya yang berusaha menghibur Diar sahabatnya.

"Hahaha bisa aja lo yaa. Thanks yaa lo selalu ada buat gue. Lo emang temen terbaik gue."

"Inget ya Di gue gak ikhlas bantuin lo. Lo harus traktir gue minimal mie ayam bakso lah hahaha."

"Hahaha siap-siap bestie."


***


Diar sedang asik mengetik ketika fokusnya teralihkan oleh dering nada aplikasi WhatsApp di handphone-nya. Diar menghentikan mengetik, lalu mengambil handphone yang terletak tidak jauh di samping mouse. Terlihat nomor baru yang ia tidak kenal muncul di layar ponsel. Deg, hati Diar berdegup kencang. Sepertinya ini akan menjadi pertanda untuk Diar kembali menata hatinya.

Hai Diar, ini aku Dito.
Aku cuman mau tanya perkembangan proyek properti apakah ada kendala?

Cukup lama Diar memandnag handphone. Ragu untuk membalasnya. Tapi, akhirnya dibalas juga karena Diar pikir ini masalah pekerjaan jadi harus profesional. Lagian untuk apa ragu?

Sejauh ini tidak ada kendala.

Handphone Diar simpan kembali dan segera melanjutkan pekerjaannya. Kesibukannya hari itu cukup membuat Diar sedikit melupakan rasa sakit hatinya. Ternyata Diar bisa tetap profesional walau harus sambil pura-pura tersenyum.


***


Pekerjaan kantor semakin hari semakin sibuk. Kinerja Diar semakin diperhitungkan. Ternyata sakit hati bagi Diar justru sebagai pemicu untuk dia banyak menuai prestasi. Diar harusnya bisa lebih bertahan sedikit lagi. Tapi, ternyata tidak mudah melupakan seseorang.

Semenjak kejadian itu, Diar memang banyak menyibukkan diri dengan menjadi volunteer dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dia juga jadi menyukai lembur dan berlama-lama di kantor. Dia meyakini kalau dia sibuk, dia akan bisa melupakan semuanya. Menyibukkan diri adalah solusi. Solusi untuk melupakan.

Hingga di akhir pekan dia baru saja selesai kegiatan sosial, dia kaget ada mobil Honda Jazz hitam terparkir di halaman rumahnya. Diar heran mobil siapa yang malam-malam begini berkunjung ke rumah orang. Ada perlu apa? Mungkin itu tamunya ibu.

Semakin dekat dengan teras rumahnya, Diar melihat sebuah sepatu sneakers putih terlihat rapi di depan teras. Diar makin bertanya-tanya tapi tak mau ambil pusing. Diar tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu rumahnya sambil mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum, Bu," sapa Diar saat masuk ke ruang tamu yang kebetulan pintunya terbuka.

Betapa kagetnya Diar melihat sosok lelaki yang duduk di sofa dekat ibunya. Lelaki bergaya casual dengan kaos putih dan celana coklat susu itu melebarkan senyumannya ke arah Diar. Diar semakin bingung dibuatnya.

"Akhirnya kamu pulang juga Nak, dari tadi ibu telepon kamu kok gak di angkat-angkat sih?" Tanya ibunya cemas.

"Maafkan Diar Bu, Diar sedang di jalan dering handphone-nya jadi gak kedengeran. Berisik banget di jalan." 

"Yasudah, gapapa yang penting sekarang kan kamu sudah sampai di rumah. Ini loh Nak Dito datang jauh-jauh mau ketemu sama kamu."

Diar gak menyangka kenapa ibunya masih bersikap baik sama laki-laki yang sudah mengkhianati anak gadisnya. Punya kesabaran setebal apa ibu sampai menerimanya lagi di rumah.

"Bu, ibu lupa sama apa yang dilakukan Dito ke Diar?" Mata Diar mulai berkaca-kaca.

"Nak, Dito sudah menjelaskan semua sama ibu. Lebih baik kalian ngobrol berdua aja ya."

"Diar gak mau!" Diar langsung lari menuju kamarnya dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

Ibunya berusaha membujuknya agar Diar mau berbicara dengan Dito. Ibunya merasa prihatin dengan hubungan anak gadisnya. Tapi, Dito juga tidak diam saja. Dito ikut membuka suara.

"Diiii, aku tahu ini enggak mudah buat kamu. Tapi, aku perlu bicara sama kamu Di."

"Apa lagi yang mau kamu bicarakan?"



Bersambung...






Related Posts

5 komentar

  1. Wah wah wah...sepertimya semakin dekat menuju halal. Endingnya udah dipost ya? Otw lanjut hehehe

    BalasHapus
  2. Roman-romannya kayaknya bakal balikan deh ini. Tapi kira-kira apa ya yang bikin dito pergi dari diar?

    BalasHapus
  3. Bau-bau balikkan gak sih ini? Kayaknya Dito nggak mengkhianati Diar deh wkwkwk nebak² sendiri.

    BalasHapus
  4. hawa-hawa balikan sih ini tapi ah gak mau nebak-nebak..

    BalasHapus
  5. Ada aroma CLBK, nih. Tapi berasa nonton FTV di SC**, makin penasaran endingnya. 😆

    BalasHapus

Posting Komentar