cerita mbun

Review Buku Antologi A Tribute to Doctors. Penuh Keharuan!

A Tribute to Doctors


Siapa yang suka membaca buku? Bagi Blogger, membaca dan menulis adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Membaca, lalu menuliskannya menjadi suatu kebutuhan. Rasanya mustahil jika menulis tanpa membaca. Iya gak?

Alhamdulillah berkat jadi Blogger, banyak juga yang kasih buku bermacam genre. Biasanya buku yang sudah lama dibaca, udah gak dibaca lagi ya aku tampung aja, hehe. Kalau tahun lalu ada teman kampus yang main ke rumah, dia bertanya mau dibawakan buku apa. Karena aku lagi pengen baca tentang Self Development, jadi aku minta dibawakan buku yang berkaitan tentang itu. Jadi, lebih menghargai diri sendiri.

Pada bulan Februari 2023 dikirim hadiah buku karena dalam rangka juara lomba Bulan Bahasa juara 1 di Komunitas Blogspedia dengan tema Bahasa Ibu. Wah, senangnya hadiah juara pertama itu 2 Buku Antologi yang berjudul A Tribute to Doctors dan A Tribute to Doctors II. Menceritakan tentang apa aja ya? Siapkan tisu karena banyak mengandung bawang :)

Antologi Kisah Nyata dan Inspiratif A Tribute to Doctors


Buku Antologi ini menurutku unik. Berbeda dari Antologi kebanyakan yang mengambil kisah inspiratif dari tema tertentu yang berkaitan dengan kehidupan kita, Buku Antologi A Tribute to Doctors ini justru mengapresiasi kerja keras dokter selama ini dari pasien atau keluarga pasien yang punya kenangan yang mengharukan bersama dokternya masing-masing.

Buku Antologi A Tribute to Doctors ini membuatku merenung. Dalam perjalanan hidupku yang lumayan sering ke dokter ini, pernah gak ya aku setulus ini mengucapkan “terima kasih” kepada doker? Pernah gak ya aku merasa ada momen yang spesial bersama dokter? Kebanyakan dari kita seperti formalitas aja menganggap dokter hanya bagian dari profesionalitas saja.

Padahal dokter lebih dari itu, membuat sebagian orang merasa begitu punya hidup dan semangat baru. Bagi penulis dalam buku ini, dokter punya peran penting dalam kehidupannya. Bukan sekedar formalitas daftar berobat-periksa-menebus obat-lalu pulang. Ada interaksi didalamnya yang membuat aku sebagai pembaca tak terasa meneteskan air mata.

Review Buku Antologi A Tribute to Doctors


Buku Antologi ini diterbitkan oleh Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra) pada tahun 2019. Buku Antologi ini didedikasikan untuk seluruh dokter hebat di Indonesia. 
“Senjata utama seorang dokter bukanlah stetoskop obat atau pisau bedah melainkan hatinya”
Profesi seorang dokter seringkali dianggap mewah, padahal dokter adalah pejuang kemanusiaan dengan dedikasi tinggi yang meninggalkan kesan paling mendalam di hati pasiennya. Buku ini mengisahkan sudut pandang dari 16 penulis yang punya pengalaman luar biasa bersama dokter yang punya empati tinggi.
Selamat Hari Dokter Nasional dr. Pamor Suko Setiono, SP.OG. Terima kasih sudah menyisakan separuh indung telurku yang sebelah kanan, Dok. Aku tak bisa membayangkan jika dokter lupa dengan pesanku sehari sebelum operasi. Mungkin aku tak akan pernah dipanggil “Mamah”. -hlm. 36
Kisah dari penulis Naqi Nita ini sungguh mengandung bawang. Jiwa keibuanku meronta-ronta. Aku bisa merasakan betapa bahagianya menanti buah hati karena aku juga menanti selama 16 bulan. Gak sebanding memang, tapi sesama wanita aku cukup bisa merasakan betapa harunya perasaan itu. 

Apalagi ini kasusnya punya penyakit yang berefek pada indung telur. Kebayangkan kalau sampai dokternya gak baca pesan dari pasien yang ngasih tau kalau dia belum punya anak? Sehingga dokternya harus mengangkat indung telur?
Beliau adalah dr. Arif Nurhudin. Dokter Residen yang membiayai tes ANA Profileku delapan tahun yang lalu. Kini beliau sudah menjadi seorang dokter spesialis penyakit dalam. -hlm. 67
Kenapa bisa ada seorang dokter yang membiayai pasiennya? Bikin aku berkaca-kaca. Belum lagi dokter tersebut masih mau menyempatkan menanyakan kabar lewat pesan online dan mempertemukan pasiennya dengan pasien yang lain untuk saling menyemangati berjuang untuk kesembuhan dan hidup yang lebih baik. Baik banget ya dokternya?

Dalam kesempatan ini aku juga mau berterima kasih kepada dokter yang telah memeriksaku saat kecil ketika aku sakit yang namanya sudah tidak aku hafal lagi. Meski gak hafal nama semoga selalu diberi kemudahan dalam memeriksakan pasiennya. 

Saat ini mungkin aku akan mengucapkan terima kasih pada Dokter Obgyn yang membantu proses melahirkanku melalui Operasi Sesar, dr. Yandi Jayaprana, Sp. OG.

Terima kasih Dok, sehingga aku bisa pulih dari tubuh yang kaku pasca operasi. Kalau saja dokter gak tegas menegurku karena aku lalai, mungkin aku gak akan secepat itu bisa pulih dari rasa sakit pasca melahirkan.

Penutup

Bagiku dokter bukan sekedar profesi, tapi lebih dari itu. Makanya, tak heran aku begitu suka drama Korea yang membahas tentang dokter. Termasuk Doctor Cha yang sedang aku tonton sekarang. 

Aku yakin, kamu yang membaca ini juga pasti punya pengalaman unik dengan dokter kan? Ceritakan pengalaman kamu yuk. Kalau ada dokternya di depan kamu, kamu mau bilang apa?



Related Posts

19 komentar

  1. Dulu mau jadi tenaga kesehatan ndak jadi, mgkn karena mentalku ndak sekuat mereka hehe

    BalasHapus
  2. Salut untuk mereka para tenaga medis yang totalitas dalam menjalankan profesinya.

    BalasHapus
  3. Masya Allah... Profesi dokter memang memiliki kedudukan tersendiri di hati masyarakat. Apalagi jika dokternya benar-benar berdedikasi dengan profesinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak. Punya kisah indahnya masing-masing ❤️

      Hapus
  4. Keren, dokter yang bukan sekadar mengobati tapi punya kepedulian yang besar ke pasien. Jadi ingat drakor dr.romantic wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah aku belum nonton itu. Pengen nonton tapi masih belum nonton, hehe. Rame gak mbak?

      Hapus
  5. Dulu kerja sama dokter-dokter di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita 5 tahun, jadi punya pengalaman sama dokter banyak banget, baik sebagai atasan, partner kerja, temen berantem. Bahkan pernah punya murid dokter juga. Aku bantu persiapan ujian masuk spesialis mereka. Banyak kisah sedih di balik perjuangan menjadi seorang dokter, jadi memahami betapa banyak dari mereka yang mendapatkan apresiasi yang semestinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampun mbak keren bgt. Menyaksikan sendiri bagaimana perjuangannya ya ❤️

      Hapus
  6. Wahhh statement yang mengena, “Senjata utama seorang dokter bukanlah stetoskop obat atau pisau bedah melainkan hatinya”. Benar-benar mewakili semua tulisan kakak di atas. Saya terasa tergugah dan tersentuh dengan ulasan kakak. Terima kasih kak. Tulisan yang indah dan maknanya dalam

    BalasHapus
  7. Semoga sehat dan bahagia selalu bapak/ibu dokter dari Sabang sampai Merauke. Doa terbaik untuk semua dokter di Indonesia.

    BalasHapus
  8. Wah baru kali ini saya jadi simpatik sama dokter. Sebelum baca ini, aku benar-benar cuek sama dokter. Ternyata jasa seorang dokter jauh lebih bermakna dari itu.

    BalasHapus
  9. Duh, aku ikut berkaca-kaca, Kak. Padahal baru baca kutipan yang indung terlur itu. Berasa pengen baca bukunya juga, huhuhu

    BalasHapus

Posting Komentar