Masih banyak stigma yang menyebar di masyarakat tentang kusta. Stigma ini bisa muncul karena ketidaktahuan masyarakat tentang penyakit kusta. Minimnya informasi dan edukasi di masyarakat juga semakin menimbulkan mitos-mitos terkait kusta.
Padahal kusta sendiri bisa disembuhkan. Stigma kusta yang berkembang di masyarakat membuat pasien kusta mengalami diskriminasi baik di lingkungan sekolah atau kerja. Klimaksnya pasien kusta seringkali mendapat perlakuan yang tidak adil hingga mengalami perundungan.
Kusta yang seharusnya menjadi masalah medis saja, karena adanya stigma tersebut kusta menjadi masalah sosial juga bagi pasien kusta.
Kebayang gak sih beratnya beban pasien kusta gimana? Sudah harus menjalani pengobatan yang tidak mudah, masih harus mengalami psikis karena stigma negatif yang berkembang di masyarakat.
Lebih ekstrimnya lagi, Indonesia mencapai posisi ke-3 pasien kusta terbanyak di dunia setelah Brazil dan India. Semakin stigma berkembang, semakin berat beban yang dialami pasien kusta. Yuk, kita hilangkan stigma kusta dengan mencari informasi tentang kusta. Kusta Bukan Kutukan!
Stigma kusta juga bisa muncul akibat perbedaan yang tidak wajar. Kita terbiasa melihat mata, wajah, kepala yang seperti ini. Jadi, ketika melihat ada yang berbeda, pikiran negatif itu muncul. Itulah salah satu yang menyebabkan stigma.
Kusta tidak hanya menyerang tubuh, tapi juga mental. Pasien mulai menarik diri dari lingkungannya. Berhenti dari pekerjaannya padahal atasannya sendiri tidak tahu bahwa dirinya terkena kusta. Sehingga mengalami stigma diri.
Lebih ekstrimnya lagi, Indonesia mencapai posisi ke-3 pasien kusta terbanyak di dunia setelah Brazil dan India. Semakin stigma berkembang, semakin berat beban yang dialami pasien kusta. Yuk, kita hilangkan stigma kusta dengan mencari informasi tentang kusta. Kusta Bukan Kutukan!
Kusta Bukan Kutukan, Kusta Bisa Diobati!
Stigma kusta juga bisa muncul akibat perbedaan yang tidak wajar. Kita terbiasa melihat mata, wajah, kepala yang seperti ini. Jadi, ketika melihat ada yang berbeda, pikiran negatif itu muncul. Itulah salah satu yang menyebabkan stigma.
Kusta tidak hanya menyerang tubuh, tapi juga mental. Pasien mulai menarik diri dari lingkungannya. Berhenti dari pekerjaannya padahal atasannya sendiri tidak tahu bahwa dirinya terkena kusta. Sehingga mengalami stigma diri.
"Kusta bukan kutukan, kusta bisa diobati dengan mendatangi puskesmas terdekat."
Sadari deteksi dini kusta akan lebih memudahkan pengobatan kusta. Meski pengobatan kusta sendiri tidak selalu berjalan dengan lancar.
Akan ada reaksi setelah meminum obat. Kadang seperti kulit menjadi hitam. Tidak perlu khawatir dan tidak apa-apa. Reaksi tersebut akan hilang sendiri dengan rutin minum obat. Pengobatannya sendiri dilakukan selama 6-12 bulan tergantung jenis kusta itu sendiri.
Masih banyak stigma negatif yang menyebar di masyarakat. Stigma tersebut jelas bisa mempengaruhi terhadap pengobatan pasien kusta.
Akan ada reaksi setelah meminum obat. Kadang seperti kulit menjadi hitam. Tidak perlu khawatir dan tidak apa-apa. Reaksi tersebut akan hilang sendiri dengan rutin minum obat. Pengobatannya sendiri dilakukan selama 6-12 bulan tergantung jenis kusta itu sendiri.
6 stigma Kusta yang Menyebar di Masyarakat
Untuk itu kita harus mengetahui informasi mana yang benar dan hanya mitos belaka. Berikut stigma yang tidak benar, yang sering kita dengar di masyarakat.
Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) tidak bisa menularkan kustanya. Kusta tidak menular hanya dengan berjabat tangan, berpelukan atau makan bersama. Jika sudah terdeteksi kusta dan segera minum obat meski hanya sekali, kusta tidak akan menular.
Penularan kusta terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama, itupun jika pasiennya belum meminum obat sama sekali. Jadi, kusta mudah menular itu sama sekali tidak benar. Maka, segera obati sedari dini agar kusta segera bisa dapat ditangani baik oleh medis.
Stigma tersebut semakin menambah beban bagi pasien kusta. Membuatnya semakin tidak optimis padahal banyak sekali pasien kusta yang sudah sembuh. Dengan kita berobat ke puskesmas, kusta dapat diobati dengan baik.
Di puskesmas sendiri ada penanganan khusus kusta. Sudah ada terapis kusta di puskesmas. Dengan semangat dari tim medis dan keluarga, kusta bisa disembuhkan. Kusta seperti penyakit pada umumnya yang setelah minum obat bisa sembuh. Hanya saja butuh kesabaran dalam melakukan pengobatannya.
Kusta bisa menyerang siapa saja termasuk anak kecil dan remaja. Tidak selalu menyerang lansia. Semua umur bisa terkena kusta. Maka dari itu, kita harus bisabmendeteksi sedari dini penyakit kusta.
Kusta bukan diakibatkan oleh kutukan. Ini sama sekali tidak benar dan hanya mitos. Penyakit kusta disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Dengan diagnosa dan pengobatan dini, kusta dapat disembuhkan sehingga mencegah terjadinya kecacatan.
Kusta bukan virus mematikan seperti Covid-19 yang harus di isolasi. Kusta adalah penyakit yang menyerang kulit dan jaringan saraf parifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.
Pasien kusta bisa beraktivitas seperti biasa tanpa harus di isolasi. Dengan melakukan isolasi terhadap pasien kusta itu sama saja melakukan tindakan diskriminatif terhadap pasien kusta. Tanpa di isolasi saja sudah membuat pasien kusta merasa down. Apalagi sampai harus di isolasi.
Menceritakan kisah-kisah inspiratif orang yang pernah mengalami kusta hingga ia bisa menjalani kehidupan seperti kebanyakan orang pada umumnya. Yang terlah berhasil berjuang mengobati kusta.
Penyakit kusta adalah masalah medis yang bisa disembuhkan dengan pengobatan. Bukan masalah sosial seperti terkena kutukan. Stop stigma kusta dan mari beri semangat untuk pasien kusta!
1. Kusta Mudah Menular
Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) tidak bisa menularkan kustanya. Kusta tidak menular hanya dengan berjabat tangan, berpelukan atau makan bersama. Jika sudah terdeteksi kusta dan segera minum obat meski hanya sekali, kusta tidak akan menular.
Penularan kusta terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama, itupun jika pasiennya belum meminum obat sama sekali. Jadi, kusta mudah menular itu sama sekali tidak benar. Maka, segera obati sedari dini agar kusta segera bisa dapat ditangani baik oleh medis.
2. Kusta Tidak Dapat Sembuh
Stigma tersebut semakin menambah beban bagi pasien kusta. Membuatnya semakin tidak optimis padahal banyak sekali pasien kusta yang sudah sembuh. Dengan kita berobat ke puskesmas, kusta dapat diobati dengan baik.
Di puskesmas sendiri ada penanganan khusus kusta. Sudah ada terapis kusta di puskesmas. Dengan semangat dari tim medis dan keluarga, kusta bisa disembuhkan. Kusta seperti penyakit pada umumnya yang setelah minum obat bisa sembuh. Hanya saja butuh kesabaran dalam melakukan pengobatannya.
3. Kusta Hanya Menyerang Lansia
Kusta bisa menyerang siapa saja termasuk anak kecil dan remaja. Tidak selalu menyerang lansia. Semua umur bisa terkena kusta. Maka dari itu, kita harus bisabmendeteksi sedari dini penyakit kusta.
4. Kusta Muncul Akibat Kutukan
Kusta bukan diakibatkan oleh kutukan. Ini sama sekali tidak benar dan hanya mitos. Penyakit kusta disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Dengan diagnosa dan pengobatan dini, kusta dapat disembuhkan sehingga mencegah terjadinya kecacatan.
5. Pasien Kusta Harus di Isolasi
Kusta bukan virus mematikan seperti Covid-19 yang harus di isolasi. Kusta adalah penyakit yang menyerang kulit dan jaringan saraf parifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.
Pasien kusta bisa beraktivitas seperti biasa tanpa harus di isolasi. Dengan melakukan isolasi terhadap pasien kusta itu sama saja melakukan tindakan diskriminatif terhadap pasien kusta. Tanpa di isolasi saja sudah membuat pasien kusta merasa down. Apalagi sampai harus di isolasi.
6. Kusta Adalah Penyakit Orang Miskin
Tidak ada kaitannya orang miskin dengan kusta. Karena kusta bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal status sosial.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa menghilangkan stigma agar pasien kusta semangat mengalami pengobatan dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa tanpa adanya perundungan.
Bukan hanya pasien yang terkena dampaknya, tapi keluarga pasien juga sering mengalami stigma yang serupa. Keluarga dijauihi oleh masyarakat karena juga bisa dianggap menularkan kusta.
Dengan turut mendukung kegiatan NRL di media sosial seperti melakukan like dan share setiap kegiatannya kita juga sudah termasuk turut serta dalam mengkampanyekan kusta.
NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi).
NLR juga aktif di Instagramnya @NLRIndonesia dan nrlindonesia.or.id. Kamu bisa cek keduanya ya.
Setelah kita mengetahui informasi bahwa kusta itu tidak menular, kita bisa mengedukasi orang-orang terdekat seperti apa penyakit kusta tersebut. Jelaskan bahwa stigma negatif itu tidak ada dan tidak seharusnya kita melakukan tindakan diskriminatif terhadap pasien kusta.
Jika kita belum tahu informasi yang benar, alangkah bijaknya kita mencari tahu dan tidak ikut-ikutan merundung pasien kusta. Apalagi sampai menyebarluaskan stigma tersebut.
Cara ini bisa dilakukan dengan membuat tulisan di blog seperti yang aku lakukan. Para jurnalis dan blogger turut serta mengkampanyekan kusta melalui tulisannya juga dengan menunjukkan foto atau media yang positif.
Bagaimana Cara Menghilangkan Stigma yang Menyebar di Masyarakat?
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa menghilangkan stigma agar pasien kusta semangat mengalami pengobatan dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa tanpa adanya perundungan.
Bukan hanya pasien yang terkena dampaknya, tapi keluarga pasien juga sering mengalami stigma yang serupa. Keluarga dijauihi oleh masyarakat karena juga bisa dianggap menularkan kusta.
1. Kampanye Kusta di Media Sosial
Dengan turut mendukung kegiatan NRL di media sosial seperti melakukan like dan share setiap kegiatannya kita juga sudah termasuk turut serta dalam mengkampanyekan kusta.
NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi).
NLR juga aktif di Instagramnya @NLRIndonesia dan nrlindonesia.or.id. Kamu bisa cek keduanya ya.
2. Menyebarluaskan Informasi yang Benar Terkait Kusta
Setelah kita mengetahui informasi bahwa kusta itu tidak menular, kita bisa mengedukasi orang-orang terdekat seperti apa penyakit kusta tersebut. Jelaskan bahwa stigma negatif itu tidak ada dan tidak seharusnya kita melakukan tindakan diskriminatif terhadap pasien kusta.
Jika kita belum tahu informasi yang benar, alangkah bijaknya kita mencari tahu dan tidak ikut-ikutan merundung pasien kusta. Apalagi sampai menyebarluaskan stigma tersebut.
3. Berkolaborasi Untuk Mengedukasi Masyarakat
Cara ini bisa dilakukan dengan membuat tulisan di blog seperti yang aku lakukan. Para jurnalis dan blogger turut serta mengkampanyekan kusta melalui tulisannya juga dengan menunjukkan foto atau media yang positif.
Menceritakan kisah-kisah inspiratif orang yang pernah mengalami kusta hingga ia bisa menjalani kehidupan seperti kebanyakan orang pada umumnya. Yang terlah berhasil berjuang mengobati kusta.
Kesimpulan
Penyakit kusta adalah masalah medis yang bisa disembuhkan dengan pengobatan. Bukan masalah sosial seperti terkena kutukan. Stop stigma kusta dan mari beri semangat untuk pasien kusta!
#SUKA #NLRxKBR #LombaNLRxKBR #IndonesiaBebasKusta #menulisuntukkusta #SuaraUntukIndonesiaBebasKusta #janganlupakankusta #hinggakitabebasdarikusta
sudah lama tidak mendengar nama penyakit satu ini, ternyata Indonesia belum sepenuhnya eliminasi kusta dan masyarakat harus terus diedukasi agar bisa menghapus stigma kusta yg sudah ada sejak lama.
BalasHapusBetul pak stigmannya sudah sangat lama jadi harus kita hapuskan dengan mengedukasi tentang kusta itu sendiri.
HapusKusta sudah jarang diperbincangkan di masyarakat namun ternyata masih tetap ada dan harus diwaspadai ya..mungkin edukasi tentang kusta ini mah harus digencarkan lagi
BalasHapusMasih banyak di Indonesia yang terkena dampaknya Bu.
HapusBuat mengedukasi tentang kusta ini emang dibutuhkan kerjasama berbagai pihak, ya. Beruntung jaman sekarang udah semakin mudah dapat infonya. Semoga semakin digalakkan lagi edukasi2 semacam ini.
BalasHapusBetul mbak termasuk kita sebagai masyarakat Indonesia harus mendukung tentang edukasi ini.
HapusKurangnya informasi dan edukasi membuat stigma negatif kusta masih merebak di masyarakat Indonesia. Semoga ada tindak lanjut dari pihak terkait.
BalasHapusBetul mbak harus segera dicegah agar tidak melebar stigma negatifnya.
HapusMungkin bisa juga membuat kampanye yang mendatangkan petugas² puskesmas ke kampung² bisa mengedukasi masyarakat secara langsung. Semoga stigma kusta ini tidak berlangsung lama di pemikiran masayarakat Indonesia
BalasHapusWah ide bagus mbak agar masyarakat percaya dengan petugas medis juga ya. Aamiin agar tidak ada lagi yang terkena dampak psikisnya.
Hapussepakat untuk menghilangkan stigma kusta yang negatif ini, edukasi seperti ini harus terus menerus dilakukan agar stigma negatif ini segera pergi
BalasHapusBetul mbak jangan sampai berhenti ya edukasinya.
HapusUntuk mengurangi stigma kusta yang negatif bisa dimulai dari diri sendiri yaa mba, dengan gerak cepat memberi edukasi kepada orang-orang sekitar kita tentang info kusta yang benar agar lebih cerdas dalam menyikapi pasien kusta
BalasHapusBener banget mbak agar kita juga bisa berperan dengan memberi tahu informasi yang tepat kepada masyarakat.
HapusBener bgt ini, smoga makin byk yg teredukasi masalah penyakit kusta ya, biar penderita bisa semangat melakukan pengobatan dan ga merasa dikucilkan
BalasHapusPemahaman yang benar tentang kusta harus terus diinformasikan kepada masyarakat, agar masyarakat tidak hanya menghakimi penderita kusta hanya berdasar pada mitos atau kabar-kabar yang tak jelas kevalidannya. Termasuk tulisan Mbak Fida ini, sangat informatif dan bisa jadi bahan edukasi bagi masyarakat. Semoga banyak yang tercerahkan
BalasHapusBetul kak, agar tidak ada lagi mitos-mitos yang menyebar karena itu sangat tidak benar. Terima kasih kak, semoga semakin banyak lagi tulisan informatif lainnya.
HapusBeruntung ya sekarang banyak kampanye tentang kusta sehingga mengurangi stigma buruk tentang penyakit ini. Pernah melihat bagaimana penderitaan kusta ini diisolasi dalam kehidupan sosial.
BalasHapusIya Alhamdulillah banyak yang mengkampanyekan di media sosial juga mbak. Wah melihat langsung ya mbak. Harusnya jangan sampai diisolasi huhu.
Hapus