cerita mbun

Pencemaran Nama Baik di Media Sosial: Jangan Panik, Ini Cara Menghadapinya!

7 komentar
Kejahatan di media sosial

Saat itu ponselku kehabisan data. Sengaja tak aku isi, karena ceritanya memang pengen detox media sosial selama satu hari. Rencananya aku akan menghabiskan buku yang belum selesai aku baca. Besok saja aku isi datanya, pikirku dalam hati.

Namun ternyata aku nggak kuat juga, haha. Saat suami pulang, aku segera mengaktifkan data karena penasaran juga dengan notifikasi yang masuk, padahal nggak ada yang nyariin juga sih, wkwk.

Betapa kagetnya aku saat mengaktifkan data, banyak pesan bermunculan dan notifikasi Instagram ramai dengan unggahan fotoku di mana-mana.

“Fida”
"Kamu kenapa?"
"Ini kamu? Aku kaget banget lihat postingan ini."

Kurang lebih pesan seperti itu yang aku dapat. Ini pada kenapa sih? Unggahan apa?
Aku segera melihat unggahan yang dimaksud.

Saat aku lihat isi pesannya, jantungku seperti berhenti berdetak sesaat. Banyak pertanyaan di kepalaku. Kok bisa sih aku difitnah gitu? Aku selalu online, baru sehari aja aku matikan dataku udah chaos begini. 

Wajahku terpampang jelas di sebuah unggahan. Bukan di akunku, tapi di akun tak dikenal yang menuliskan kata-kata kasar, tuduhan yang tak benar, dan bahkan menandai beberapa temanku.
 
Aku marah, mataku panas. Bukan hanya karena unggahan itu tidak benar, tapi karena aku tahu banyak orang bisa langsung menelan mentah-mentah apa yang mereka lihat di media sosial. Tanpa verifikasi dan tanpa bertanya dulu.

Aku berusaha tenang, meskipun pengen membalas dengan berkata kasar juga, tapi aku tahan. Sebagai lulusan hukum, aku mencoba mencerna apa yang terjadi, tarik nafas dan berpikir apa yang harus aku lakukan.
 
Mata kuliah yang dulu diajarkan saat di bangku kuliah membantuku untuk bisa mengendalikan emosi dan mengambil sikap. Bersyukur orang yang kenal aku tak akan mudah percaya begitu saja, apalagi aku dikenal dengan orang yang “lempeng-lempeng” aja anaknya dari dulu nggak neko-neko, mereka segera tahu bahwa ini bukan diriku dan aku korban dari kejahatan di media sosial.
 
Ngalamin juga aku kayak gini, batinku. Entah maksudnya apa, tapi ini sudah termasuk pencemaran nama baik. Nama aku jadi jelek bagi yang melihatnya. Padahal aku nggak melakukan apapun yang merugikan orang lain. 

Maka dari itu aku tulis sebagai pengingat kita lebih hati-hati dan bijak dalam berperilaku di media sosial. Tindakan apa saja sih yang termasuk ke dalam pencemaran nama baik dan bagaimana hukum memandang ini? Simak tulisan lengkapnya hingga akhir ya.


Apa Itu Pencemaran Nama Baik?

Pencemaran nama baik adalah tindakan menyampaikan informasi palsu, menyebarkan fitnah, atau menyerang reputasi seseorang secara langsung maupun tidak langsung.
Di era digital, ini bisa terjadi dalam hitungan detik, cukup dengan satu postingan yang menyertakan foto, nama, atau bahkan nomor kontak pribadi.

Dulu, kita mengenal pencemaran nama baik lewat media cetak atau omongan tetangga. Tapi sekarang, penyebarannya lebih cepat dan masif. Ketika satu postingan muncul di media sosial, ia bisa dibagikan ratusan kali. Parahnya, meski akhirnya dihapus, jejaknya tak bisa benar-benar hilang.

Dalam kasusku, foto wajahku dan nama lengkap digunakan untuk menyudutkanku. Tanpa izin dan tidak ada kebenaran. Tapi, aku yakin bukan aku satu-satunya yang mengalami ini. Apa kamu pernah mengalami hal serupa juga?
 

Bagaimana Hukum Melihat Ini?

Bagaimana hukum mengaturnya
Di Indonesia, pencemaran nama baik sebenarnya telah diatur cukup jelas dalam hukum. Kita nggak usah takut apalagi membalasnya.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
  • Pasal 310: Menghina secara lisan atau tulisan bisa dikenakan pidana.
  • Pasal 311: Jika penghinaan dilakukan dengan maksud menuduh dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya, pelaku bisa dijerat lebih berat.

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE):

Pasal 27 ayat (3):
“Setiap orang dilarang mendistribusikan dan/atau mentransmisikan informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”


Dengan kata lain, menyebarkan foto, informasi pribadi, atau kata-kata yang merusak reputasi seseorang melalui media sosial bisa dipidana. Bukan hanya pelaku utama, tapi juga mereka yang membantu menyebarkannya.
Sayangnya, banyak korban yang tidak tahu harus ke mana melapor, atau merasa tidak punya kekuatan untuk melawan.


Tips Menghadapi Fitnah Online

Aku marah banget bahkan rasanya pengen jambak aja kalau tahu siapa orangnya, haha. Tapi, jangan yaa nggak boleh secara hukum.

Melalui pengalaman pahit ini, langkah yang aku ambil sebagai berikut. 
Tetap tenang, jangan ekosi

1. Simpan Semua Bukti

Screenshot semua unggahan, komentar, nama akun, tanggal, bahkan pesan pribadi yang mengandung fitnah. Simpan dalam folder khusus untuk bukti agar tidak tercecer. Jangan dihapus meskipun emosi sedang tinggi.


2. Jangan Membalas dengan Emosi

Aku sempat tergoda untuk membalas dengan kata-kata kasar. Tapi untungnya aku bisa menahan diri. Karena saat kita terpancing, bisa-bisa justru kita yang dituduh mencemarkan nama baik balik.


3. Laporkan Akun Pelaku

Begitu aku liat unggahan fotoku, aku segera memberi tahu suami. Dia langsung report akun menggunakan akun media sosial miliknya. Begitu pun aku juga ikut melaporkan akun tersebut.

Jika memungkinkan, minta bantuan teman-teman untuk ramai-ramai melaporkan juga agar akun segera ditindak.


4. Laporkan ke Lembaga Resmi

Laporkan ke lembaga resmi sesuai fitnah yang kita alami.

  • OJK jika berkaitan dengan keuangan
  • Kominfo lewat situs lapor.go.id
  • Polisi Siber dengan membawa bukti lengkap
Awalnya aku ragu untuk melaporkan kasus ku ini. Buat apa? Emang langsung bakal di proses? Apalagi tidak ada kerugian material yang aku dapatkan.
 
Mungkin kasus ku termasuk yang “sepele” dibanding ribuan kasus yang masuk. Tapi, dengan laporan kita itu akan menjadi catatan semakin banyaknya kejahatan di media sosial.

Walaupun aku pengennya pelaku segera ditemukan dan di hukum. Tapi, hmmm rasanya nggak semudah itu ya. Akhirnya aku putuskan tetap melapor melalui email. Dan benar saja, aku nggak puas dengan jawabannya. Tapi, gapapa itu artinya aku sudah menjadi warga yang taat hukum.
 
Memang prosesnya bisa terasa panjang dan melelahkan, tapi ini penting untuk menciptakan efek jera bagi pelaku dan menjaga reputasi kita.

5. Dapatkan Dukungan Emosional

Ceritakan pada orang terdekat yang kamu percaya. Jangan memendam semua sendirian. Rasa malu, takut, dan sedih itu wajar, tapi kamu tidak sendiri.

Kejahatan cyber ini juga pernah dialami adik iparku di Instagram dengan mengirim pesan meminjam uang. Untungnya aku nggak segera mempercayainya karena saat itu kebetulan ia sedang ada di sebelahku, haha. Syukurlah akunnya kembali berhasil di selamatkan.

Oh iya aku juga baru ingat kalau tenyata aku mengalami dua kali hack facebook. Selama ini belum ada kejahatan yang aku ketahui sih, tapi semoga memang tidak disalahgunakan. Semenjak itu aku melakukan langkah protect untuk melindungi semua media sosial. Ehh malah kecolongan juga ini. 


Aku Sangat Marah, Tapi Harus Tetap Tenang

Setelah semua ini, aku sadar bahwa harga diri kita bukan ditentukan oleh apa yang orang lain unggah, tapi oleh bagaimana kita meresponsnya. Aku sempat marah banget, tapi aku memilih tetap tenang.

Kini aku menuliskan ini bukan untuk kembali marah, tapi untuk menunjukkan bahwa kita punya hak atas nama baik kita sendiri. Dan saat dunia maya bisa melukai, kita juga bisa menggunakannya untuk menyembuhkan dan membela diri.

Yakin dan percaya dengan hukum kita, walaupun agak pesimis, tapi dengan mengikuti aturan itu membuat kita jauh lebih baik.

Kesimpulan 

Pencemaran nama baik bukan sekadar drama online. Ternyata itu nyata aku alami. Ini bisa merusak hubungan, reputasi, bahkan kesehatan mental. Jika kamu pernah mengalaminya, atau sedang berada di fase selalu ingat kalau kamu tidak sendiri.

Kamu berhak diperlakukan dengan hormat, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Jangan pernah biarkan orang bersikap semena-mena di media sosial meskipun kita tidak saling kenal.

Ada yang pernah difitnah online juga? Yuk, ceritakan pengalaman kamu di kolom komentar!
Terbaru Lebih lama

Related Posts

7 komentar

  1. Waduh ngeri jg ya mbak. Meskipun Laporan kita mgkin nggak digubris, tp bs menjadi catatan tindak kejahatan cyber via medsos. Thank you sudah nulis tentang ini mbak. Aku jadi paham alur pelaporannya.

    BalasHapus
  2. Jadi penasaran konten kaya gmana yang memfitnah Teh Fida.
    Koq ada ya orang setega itu membuat konten yang menyudutkan kita tanpa fakta.
    yang tak kalah menyedihkan adalah sistem hukum kita, di mana kepercayaan terhadap hukum sangat lemah membuat kita ragu untuk melaporkan hal yang telah merugikan kita dan, ya, faktanya memang selalu begitu, ya sehingga membuat kita kadang merasa sia-sia membuat laporan

    BalasHapus
  3. Duh, kasus serupa banyak banget terjadi. Iya, sih, kita masih santai karena kita menjadi penonton. Tapi aku bisa merasakan ketika itu terjadi sama Teh Fida. Pasti kaget banget. Kuncinya, sebelum menyelesaikan masalah terpenting tenang dulu ya, Teh. Baru setelahnya melakukan tahapan yang harus dilakukan. Thanks sudah berbagi pengalamannya, Teh.

    BalasHapus
  4. wah wah wah, jadi aku aja yang baca jadi emosi, gimana Mbak Fida. Bener-bener musti dilaporkan itu yang bikin konten nggak jelas. Btw, aku baru tahu Mbak Fida ternyata lulusan hukum yah, jadi udah paham yah mbak langkah yang musti dilakukan. Penting banget buat kami yang masih awam, antisipasi jika ada kejadian serupa.

    BalasHapus
  5. biasanya suka malas ya kalau melporkan kasus hukum ke polisi karena biasanya buntutnya jadi panjang hiikkss

    BalasHapus
  6. Mbak terima kasih sharing ilmunya, aku jadi lebih paham jika terjadi kasus seperti ini, karena biasanya emosi yang jalan duluan. Padahal untuk kasus seperti ini kan harus tenang tidak boleh tersulut emosi dan mengumpulkan bukti

    BalasHapus
  7. menjaga emosi jika mendapati suasana begini memang sangat sulit, semoga dengan hati yang dingin bisa menyelesaikan semuanya

    BalasHapus

Posting Komentar