Hal itulah yang membuat ibu sering merasa bersalah pada anak. Tuntutan ideal istri dan ibu yang sempurna di masyarakat juga kerap membuat ibu merasa belum sempurna bagi keluarganya. Padahal mau rebahan aja sulit, tapi masih saja merasa belum sempurna.
Ditambah perempuan memang selalu melibatkan perasaannya, berbeda dengan laki yang lebih menggunakan logika. Perubahan kondisi dari seorang gadis, istri menjadi ibu memang bisa rentan memiliki perasaan bersalah. Kondisi yang tidak sama dan rasa lelah bisa menjadi trigger.
Perasaan bersalah ibu pada anaknya atau biasa yang disebut Mom Guilt memang banyak dialami oleh oara ibu. Apakah memiliki perasaan tersebut baik dalam proses mendidik anak? Simak yuk apa sih yang menjadi penyebab dan cara mengatasinya?
Pernah ada teman yang cerita saat anaknya mengalami keterlambatan proses tumbuh kembang, ia menyalahkan dirinya, “Apa karena aku bekerja ya makannya anakku jadi kaya gini?’ Sementara aku yang di rumah juga tidak lepas dari overthingking.
Tidak banyak membantu karena aku sendiri juga mengalami hal yang serupa, aku hanya bisa menyemangatinya. Memang harusnya seperti itu, woman support woman.
Penyebab Ibu Merasa Bersalah pada Anak
Banyak trigger yang bisa memicu Ibu memiliki perasaan bersalah. Baik ibu yang menghabiskan sepanjang waktunya di rumah maupun yang memiiki peran ganda tak luput dari perasaan bersalah.Pernah ada teman yang cerita saat anaknya mengalami keterlambatan proses tumbuh kembang, ia menyalahkan dirinya, “Apa karena aku bekerja ya makannya anakku jadi kaya gini?’ Sementara aku yang di rumah juga tidak lepas dari overthingking.
Tidak banyak membantu karena aku sendiri juga mengalami hal yang serupa, aku hanya bisa menyemangatinya. Memang harusnya seperti itu, woman support woman.
1. Ibu Terlalu Sibuk
Ibu yang sibuk mengurusi sesuatu, baik itu domestik maupun pekerjaan akan selalu merasa bersalah pada anaknya karena tidak memiliki waktu yang banyak untuk bermain bersama. Aku pernah ada di fase ini saat ada tugas menulis dan job berbarengan, yang membuat aku sibuk sehingga Aqlan lebih banyak bermain sendiri dibanding bermain denganku.Aku berpikir, aku kok lebih bayak di rumah tapi tetep aja sibuk? Apa sih yang aku cari? Apakah aku sudah menelantarkan anakku? Perasaan seperti itu kerap kali muncul ketika aku sedang sibuk menulis.
Aku jadi menyalahkan diri yang terlalu sibuk dan mementingkan diri sendiri. Aku harus lebih bisa mengatur waktu lagi agar perasaan bersalah tidak berlarut-larut.
2. Membandingkan Diri dengan Ibu yang Lain
Rumput tetangga biasanya terlihat lebih hijau, padahal siapa tahu rumputnya sintetis, hehe. Melihat orang lain yang lebih baik dalam mendidik anak juga membuat perasaan bersalah itu ada karena merasa belum bisa baik dalam mendidik anak seperti orang lain.Padahal setiap ibu punya versi terbaik dalam dirinya, anak tidak butuh ibu yang semurna. Anak butuh ibu yang bahagia. Perasaan bahagia sangat penting, kita jadi bisa lebih fokus mendidik anak.
3. Pergi Keluar Tanpa Anak
Aku selalu kagum dengan ibu yan bekerja di ranah publik, dari pagi sampai sore tanpa anak betapa rinduku yang luar biasa. Hal yang aku rasakan ketika aku pergi untu mengurus sesuatu.Sebentar-sebentar aku video call, bertanya Aqlan sedang apa. Sudah tidur dan makan belum. Rasanya cemas dan ingin segera pulang. Merasa bersalah karena pergi tanpa anak, tapi tidak memungkinkan jika di bawa. Serba salah jadinya, hehe.
4. Tidak Sengaja Membentak Anak
Tidak seterusnya kita bersikap seperti ibu peri. Adakalanya seperti ibu macan, hehe. Kalau anak nggak menurut, rasanya kita ingin langsung marah saja.
Bicara dengan intonasi lebih tinggi saja langsung merasa bersalah sama anak. Meminta maaf sama anak karena sudah bicara tinggi, besoknya gitu lagi. Siklusnya seperti itu terus, huhu.
Biasanya aku kalau marah jeda dulu, karena kalau kita bicara saat marah, ilmu parenting yang telah dipelajari bisa hilang. Tidak ingin menyakiti anak, namun anak juga perlu tahu kalau kita sedang marah.
5. Tidak Bisa Memenuhi Keinginan Anak
Sebagai ibu ingin memberikan yang terbaik bagi anak. Kondisi yang selalu tidak memungkinkan, membuat ibu tidak bisa memenuhi semua keinginan anak. Ingin rasanya membelikan semua yang anak mau, namun jelas itu mendidik anak.Anak juga harus belajar jika ingin mendapatkan sesuatu. Aqlan selalu ingin beli mainan, padahal mainannya sudah banyak sekali.
6. Anak Sakit
Patah hatinya seorang ibu kalau anak sakit. Perasaan bersalah itu muncul, merasa belum bisa memberikan yang terbaik, jadinya anak sakit.
Khawatir salah memberi makan atau terlalu protektif pada anak. Padahal anak juga manusia ada saatnya imunnya lemah dan sakit.
Bagiamana Cara Mengatasi Perasaan Bersalah?
Perasaan bersalah itu pasti pernah dialami setiap ibu. Tidak apa merasakan perasaan tersebut, namun jangan sampai berlarut, karena mendidik anak butuh pikiran yang tenang dan bahagia.
Agar tidak berlarut, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi perasaan bersalah ibu.
1. Tidak Berekspektasi Tinggi
Orang tua memiliki rencana dalam mendidik anak. Memberikan yang terbaik agar anak bisa mencapai keinginannya. Menerima kesalahan merupakan bentuk validasi perasaan yang Nita rasakan.
Dari situ kita bisa evaluasi apa saja kesalahan yang membuat kita jadi merasa bersalah. Jika sudah analisis, kita tidak akan mengulanginya lagi.
Misalkan merasa bersalah karena memberikan screentime yang melebihi batas waktu karena ibu harus mengerjakan sesuatu. Evaluasi lagi dengan cara apa solusinya tidak melulu harus Dnegan screentime.
2. Istirahat Sejenak
Perasaan bersalah muncul karena lelah mengurus segala sesuatunya sendiri. Tidak usah memaksakan diri agar rumah terlihat rapi setiap hari. Menjadikan kesempurnaan target rumah tangga, akan membuat jiwa semakin lelah.
Istirahat sejenak, tidak apa rumah berantakan dan sesekali beli makan di luar. Masak setiap hari juga cape. Dengan istirahat bisa memulihkan kembali energi bersama anak.
3. Apresiasi Diri
Apresiasi diri sendiri karena sudah bisa mengurus keluarga dengan baik. Fokus pada hal-hal yang positif. Merawat diri sendiri membuat kita bahagia dan bisa menularkan kebahagian itu.
Mencari dukungan sosial dengan cara mempelajari hobi atau mengikuti komunitas.
4. Diskusi dengan Pasangan
Bagi peran dengan pasangan. Kita bisa diskusikan dalam pembagian tugas. Bicarakan dengan pesanan apa yang membuat ibu lelah. Support dari pasangan sangat berarti.
5. Bijak Menggunakan Media Sosial
Batasi penggunaan media sosial. Banyaknya informasi membuat kita semakin overthinking melihat kejadian lalu membandingkannya dengan diri sendiri.
Padahal setiap keluarga punya cara yang berbeda dalam mengasuh anak. Tidak perlu dibandingkan dengan apa yang terlihat di media sosial yang katanya penuh pencitraan, hehe.
Kesimpulan
Mom Guilt atau perasaan bersalah ibu karena merasa tidak bisa sempurna memberikan yang terbaik bagi anak.
Kegiatan ibu yang sibuk membuat aktivitas bermain dengan anak berkurang. Sehingga mudah muncul perasaan bersalah karena tidak bisa 24 jam bersama anak.
Bunda pernah kah mengalami perasaan bersalah sama anak? Yuk share pengalamannya.
Referensi:
- Mom Guilt Rasa Bersalah yang Kerap dirasakann Orang Tua - https://ai-care.id/ibu-dan-anak/mom-guilt-rasa-bersalah-yang-kerap-dirasakan-orang-tua
- Kenali Istilah Mom's Guilt: Rasa Bersalah Ibu - https://diarybunda.co.id/articles/kenali-istilah-moms-guilt-rasa-bersalah-ibu
Aku dulu waktu masih bekerja setiap hari penuh dengan rasa bersalah, karena merasa waktuku kurang untuk anak. Eh pas sekarang udah di rumah, aku tetap aja merasa bersalah karena suka sibuk sendiri. Jadi kupikir rasa bersalah itu bisa datang pada siapa aja, entah jadi ibu bekerja atau ibu di rumah. Karena semua kembali pada pikiran masing-masing.
BalasHapusAaaaahhhbener banget mbaaa 😍😘
HapusAkupun pernah berada di posisi seperti itu, tapi ga akan ada selesainya kalau merasa bersalah terus menerus. Buatku salah satu caranya dengan ngobrol baik dengan kiddos maupun dengan pasangan jika kondisinya seperti ini, maka solusi apa yang dapat kita ambil
BalasHapusBener banget mbak Dy, nggak pernah ada ujungnya ya, huhu. Semangat terus yaaa.
HapusAku banget nih sering feels guilty sama anak-anak untuk kondisi tertentu. Misalnya terlalu sibuk saat banyak banget deadline, jadi ngga bisa dampingin mereka belajar. Atau saat aku keluar sendirian ngga ngajakin mereka. Sampe pernah anak-anak bilang, “ibu ngopi lagi ya sama temen-temennya ibu?” wkwkwkwk ngakak so hard.
BalasHapusWkwkwk udah hafal ya anak-anak, mbak.
Hapus