cerita mbun

Filosofi Montessori dalam Belajar Membaca dan Menulis

Posting Komentar

Membaca dan menulis ala Montessori

Alhamdulillah saat bulan Juli aku berkesempatan menjadi Moderator dalam live Instagram di Blogspedia. Pertama kali aku nge-live, deg-degan banget, takut ada kesalahan teknis tapi Alhamdulillah acara berjalan lancar sampai akhir. 

Mengangkat tema yang mungkin banyak menjadi keresahan bagi banyak Ibu, yaitu Haruskah anak bisa membaca saat masuk sekolah dasar? Pasalnya banyak sekolah yang mengharuskan untuk bisa calistung sebagai syarat masuk SD. Padahal menteri pendidikan sudah melarang akan hal itu karena usia anak TK masih belum sempurna untuk dipaksa belajar calistung.

Daripada bertanya-tanya, simak keseruan live yang aku tulis di sini bersama mbak Nita atau biasa dipanggil mahasiswanya dengan Miss Nita, yang sedang konsen salam bidang Montessori. 

Montessori Bikin Anak Jadi Happy

Sebelumnya aku juga pernah menulis tentang bangun pondasi calistung anak ala Montessori, bahwa anak butuh usaha keras yang tidak main-main untuk belajar membaca dan menulis. Anak-anak akan merasa tertekan jika dibebani banyak hal karena memang anak ini masih suka bermain.
"Belajar seraya bermain. Bermain seraya belajar "
Konsep belajar seperti itulah yang digunakan untuk belajar agar anak tidak merasa dibebani. Patokan usianya sekitar 4-5 tahun belajar pengenalan huruf. Meskipun setiap anak beda-beda perkembangannya. 

Masih menjadi tantangan karena Indonesia masih mengadopsi sistem pendidikan luar negeri yang sangat mengedepankan kritis dan analisis. Anak usia dini sudah bisa diberikan pemahaman dengan konsep yang berbeda yang menurut kita aja sulit.

Padahal anak di daerah dengan di kota kan beda stimulusnya. Harus punya kemampuan apa dulu ya kir-kira?

Anak-anak di stimulasi sejak dini bahkan dari sejak kandungan 5 bulan. Usia 5 bulan Allah sudah menyempurnakan indera. Bisa di stimulasi dengan mendengarkan dongeng, Al-Qur'an dan di ajak bermain.

Loh emang bisa janin di ajak bermain? Bisa dong, aku sih biasanya dengan cara mengobrol. Aku selalu mengajaknya berbicara ketika akan melakukan sesuatu. "Mbun mau masak dulu ya, nanti Aqlan bantuin Mbun ya." Mungkin ini salah satunya yang bikin Aqlan senang ketika membantu aku di dapur, hehe. 

Stimulasi dalam Montessori

Ternyata anak belajar membaca itu bukan kita menyuruhnya membaca atau menulis saja, tapinkita yang stimulasi sejak awal. Kuncinya kita harus mau repot dan cape. Lebih baik vape dan repot di awal, daripada di akhir. Iya kan?

Misalnya stimulasi anak untuk makan sendiri, mengoles selai dengan roti sendiri, menggunting, melempar bola yang bagus untuk jari-jarinya latihan menulis. Makanya aku juga tidak pernah larang Aqlan untuk selalu mengambil minum sendiri, yang tadinya selalu kepenuhan dan banjir selalu aku lap, skrng dia udah bisa mengira-ngira agar tidak tumpah.

Biarkan anak makan sendiri kita yang harus telaten membersihkannya. Memnag menguras energi ya, tapi akan senang jika melihat anak lahap makannya dan siap untuk belajar menulis. Bagi kita menulis itu mudah karena sudah melaluinya, tapi bagi anak susah sekali. 

Makanya penting sekali kordinasi mata dan tangan dalam aktivitas kesehariannya dan motorik lainnya. Kita bisa memberikan latihan motorik Dnegan memindahkan kacang dengan sumpit, biar tulisannya tidak acak-acakan. 

Mengancing baju sendiri, juga bermanfaat dalam kegiatan motoriknya. Bukan tanpa makna, hal tersebut bermanfaat bagi kemampuan menulisnya nanti. Mendongeng berbagai macam cerita juga menambah kosa kata anak. Ketika membaca, anak terbiasa mendengar banyak kosa kata.

Dalam proses belajar membaca ini dahulukan anak bisa membaca dulu daripada paham maknanya. Belajar huruf per huruf dahulu. Sambil berjalan diberi penjelasan kepada anak tentang maknanya. 

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Tujuan dari melatih proses belajar anak sejak dini adalah untuk menyiapkan anak terjun ke kehidupan nyata, mandiri dan berkarakter. Untuk menyiapkan itu semua, membutuhkan komunikasi holistik, yaitu komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. 

Mbak Nita menjelaskan dalam pendidikan anak usia dini ada 6 aspek yang perlu kita ajarkan pada anak, yaitu agama dan moral, kognitif, motorik, bahasa, sosial emosional dan seni. 

Contohnya ketika guru mengajarkan menanam kacang hijau menjadi tanaman toge. Aspek yang harus dimiliki seperti;

Agama dan moral

Sebelum kita menanam kacang hijau, alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Membiasakan anak mengucap Bismillah ketika mengerjakan sesuatu. 

Moralnya, kita harus merawat tanaman baik. Tanaman juga makhluk hidup ciptaan Allah yang kita jaga. Tidak boleh merusak tanaman, harus disiram dengan baik. 

Hal yang aku ajarkan juga pada Aqlan, kadang dia suka iseng tangannnya nyabutin tanaman. Menjelaskan pada anak kalau tidak boleh mencabut sesuka hati, justru harus sayang dengan tanaman.

Kognitif

Memberi tahu pada anak kalau kacang hijau punya vitamin yang baik untuk tubuh. Menggali pengetahuan anak dengan cara yang menyenangkan.

Kita juga bis menjelaskan saat anak sedang makan bubur kacang hijau. 

Motorik

Menanam biji kacang hijau satu-satu melatih gerak dan fokus anak. Anak belajar memudahkan kacang hijau ke berbagai tempat.

Melatih fokusnya agar kacangnya tidak jatuh dan tumpah, sehingga tidak berserakan ke lantai.

Bahasa

Bahasanya kita bisa membuat cerita dari tanaman kacang hijau, sehingga menambah kosa kata bagi anak.

Seni

Seni biasanya paling disuka anak-anak, karena mereka bisa menari dan menyanyi. Ajak anak menyanyikan lagu tentang kacang hijau atau bertanam. 

Sosial

Melatih anak untuk bersikap sabar dan bekerja sama. Sabar ketika mungkin kacang hijaunya tumpah atau ketika sabar menunggu bijinya menjadi tanaman. 

Ayah dan Bunda juga bisa mengajarkan 6 aspek perkembangan ini dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Ketika anak sudah bisa membaca atau bisa melakukan sesuatu akan tumbuh rasa percaya diri dalam dirinya. 

Anak selalu ingin tahu sesuatu, tidak heran ia senang bertanya sesuatu yang kadang kita juga bingung menjawabnya, hehe. Kenapa ada petir? Kenapa ada pelangi? Bahkan dulu pernah bertanya sama mama, kenapa ya bulan mengikuti kita terus? Hihi.

Puaskan rasa keingin tahuan anak dengan menjelaskan padanya. Jika kita tidak tahu, ajak anak sama-sama mencari tahu jawabannya. Bisa kita mencari tahunya di mesin pencari. 

Jangan sampai ketika anak penasaran, kita malah sibuk sendiri. Ibarat orang yang lapar jadi hilang mood untuk mencari tahu lagi. Duh, jangan sampai ya. Semoga kita bisa selalu memuaskan rasa penasaran anak. 

Bahaya juga bila dia mencari tahu jawabannya di luar. Justru kesempatan bagi kita, agar anak terus bercerita sama orang tuanya. 


Stimulasi agar Anak Semangat Membaca dan Menulis

Anak laki-laki memang cenderung lebih sulit untuk menyiapkannya, namun bukan berarti kita menyerah begitu saja. Perlu juga stimulasi, misalnya degan bermain bola.

Ita bisa observasi dari stimulasi apa yang kurang. Apakah cara menyendoknya yang kurang lihai, mengajaknya main perosotan. Jangan banyak melarang anak, selagi kita awasi tidak apa-apa.

Dari tadi stimulasinya bermain ya? Ya memang anak inis ennagnya bermain, justru dari kegiatan bermain bisa menguatkan kekuatan tangan dan badannya jadi seimbang ketika melakukan teknik menulis.

Orang tua dulu tulisannya bagus karena masih bisa fokus belum ada gadget dan teknologi lainnya. Sementara sekarang banyak sekali tantangannya, dan untuk anak bisa fokus perlu stimulasi yang telaten dari orang tua. 

1. Faktor Internal 

Motivasi dan support dari orang tua untuk menemani anak membaca buku. Orang tua memberikan teladan bagi anak agar semangat belajar. 

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini berupa medianya. Jaika ingin mengenalkan anak membaca buku, buat pojok literasi di rumah. Menyusun buku anak dengan menampilkan bagian covernya Akana membuat anak tertarik dengan buku.

Membuat rak yang lucu misalkan seperti bentuk pohon, lalu menyimpan buku di bagian dahannya. Tidak apa-apa di sekitar banyak mainan kesukaan anak dan bantal. Saat anak membaca, jika ingin bermain juga jangan dipaksa karena anak masih belum bisa fokus.

Setidaknya kita sudah bisa memfasilitasi anak tertarik dengan buku. Tidak harus bentuk pohon dan membelinya, kita juga bisa membuatnya sendiri dengan menarik, lebih hemat, hehe. 

Banyak sekali permainan untuk meningkatkan fokus anak. Salah satunya dengan mengenalkan berbagai tekstur, bisa sambil ditutup matanya dan bertanya tekstur apa yang sedang dipegang anak. 

Memanggil anak laki-laki dan perempuan beda dilihat dari fokusnya. Kalau anak perempuan mungkin cukup dengan memanggil namanya saja. Berbeda dengan anak laki-laki yang harus kita tunjukkan barangnya. "Nak, lihat sini Bunda punya mainan yang warna merah lucu deh!" Kalau dipanggil-panggil memang susah untuk menjawabnya. 

Anak laki-laki juga tidak bisa lama-lama duduk diam, seringnya dia bergerak kesana kemari. Untuk itu bisa kita kenalkan huruf sambil meloncat. "Huruf a ketemu b apa ya bacanya?"

Orang tua harus kreatif menyediakan banyak media. Manfaatkan barang yang ada di rumah. Kalau aku memanfaatkan mainan dari kardus

Kesimpulan

Metode Montessori membuat anak nyaman belajar. Anak tidak merasa tertekan dan terbebani. 

Kenapa harus montessori? Karena pakar Montessori, Maria Montessori, memberikan kebebasan pada anak untuk belajar. Dampaknya untuk kemandirian. Stimulasi anak dengan berbagai cara, sehingga anak tidak merasa tertekan salam belajar. 

Media Montessori mungkin mahal ya, tapi kita bisa belajar dari bukunya, melalui media sosial dan juga memanfaatkan barang sekitar. Intinya kita harus paham dulu filosofi Montessori yaitu follow teh child. Semoga kita selalu kreatif dalam membersamai anak membaca dan menulis yaa. 



Related Posts

Posting Komentar