cerita mbun

Kenakalan Remaja dalam Era Digital. Benarkah Membawa Pengaruh Buruk?

19 komentar
Benarkah Membawa Pengaruh Buruk


Teknologi membawa kemudahan bagi kita. Semakin berkembangnya zaman, semakin canggih juga teknologinya. Dalam setiap kegiatan kita kini lebih banyak menggunakan digital, termasuk dalam hal komunikasi. Komunikasi jadi lebih mudah dijangkau asalkan dengan jaringan sinyal yang kuat.

Bukan hanya kaum pekerja yang merasakan dampaknya, tetapi para remaja juga. Para remaja ini juga turut merasakan manfaatnya dengan kehadiran teknologi. Menurut WHO usia remaja ini ada di rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Kelaurga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja ada pada usia 10-24 tahun dan belum menikah. Intinya, remaja ini masuk ke dalam generasi Z, yaitu generasi yang lahir tahun 1997-2012.

Generasi Z ini bisa dibilang melek teknologi. Karena lahirnya bersamaan dengan berkembangnya teknologi. Apalagi semenjak pandemi, sekolah mendadak dilakukan secara daring (dalam jaringan) yang berarti menggunakan smartphone untuk bisa belajar seperti biasanya.

Sayangnya, ternyata generasi Z yang katanya pembawa perubahan dan generasi yang paling kreatif justru ada saja yang menyalahgunakan teknologi tersebut. Remaja yang hilang kendali justru tidak bisa mengendalikan arus digitaisasi yang semakin marak di negeri ini. Mudahnya akses berteman melalui berbagai platform justru malah membuat remaja mencoba-coba dan melakukan tindakan yan dilarang

Perilaku Negatif yang Terjadi pada Usia Remaja dalam Menggunakan Digital

Perundungan media sosial

Menyalahgunakan smartphone bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Kenakalan pada remaja bisa terjadi karena masalah yang terjadi pada keluarga atau lingkungan sekitar. tidak bisa mengontrol diri juga menyebabkan remaja melakukan hal yang menyimpang.

1. Melakukan perundungan di media sosial

Dalam media sosial banyak yang kita lihat. Mudahnya memberi komentar membuat kita bisa berkomentar apa saja termasuk dengan kata yang kasar atau body shamming. Banyak kejadian para remaja yang merundung temannya di media sosial.

Dengan mengunggahnya di sosial media membuat yang dirundung terganggu mentalnya. Para remaja ini seolah merasa paling hebat telah merundung temannya.

2. Menyebarkan berita hoax dan SARA

Sebelum menyebarkan berita, sebaiknya kita analisis dulu kebenarannya. Kadang remaja ini sengaja melakukannya untuk mengadu domba satu sama lain.

3. Seks Ekstorsion

Perbuatan ini memaksa orang lain untuk melakukan tindakan seksual di media sosial. Maraknya tersebar video asusila remaja yang diunggah pada media sosial. Melakukan hubungan zina dengan lawan jenis padahal usianya masih remaja. 

Seks bebas juga mudah diakses oleh para remaja. Sehingga mereka menyalurkan seks dengan cara yang salah. Banyak remaja menonton seks melalui platform online.

4. Perilaku agresif remaja

Perilaku ini muncul ketika mereka menggunakan smartphone atau bermain sosial media. Karena ingin viral, banyak cara dilakukan termasuk cara yang membahayakan. Bukan hanya membahayakan diirnya, tapi juga turut meresahkan masyarakat yang melihat aksinya.

Ramai diberita segerombolan remaja yang sengaja menghadang truk yang sedang melaju kencang. Alih-alih selamat, justru kebanyakan tewas tertabrak truk yang melintas. Hal ini sangat menggangu kenyamanan pengguna jalan dan dapat mengancam nyawa. Gak habis pikir, biar apa kaya gitu?


5. Narkoba digital (Digi-drug)


Hal ini merujuk pada kecanduan pada sosial media sehingga mempengaruhi mentalnya. Sebaiknya kita batasi penggunaan layar agar tidak kecanduan internet. Sehingga bisa melakukan hal-hal kriminal seperti penipuan online.

Solusi Untuk Menceah Kenakalan Remaja


Hal-hal menyimpamg yang dilakukan remaja kebanyakan karena ketidaktahuan atas resiko yang disebabkan dari kenakalan remaja tersebut. Untuk itu, penting melakukan pencegahan untuk mengurangi resiko remaja melakukan hal yang mengkhawatirkan.

Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi seluruh pihak. Keluarga, lingkungan dan sekolah.

Meskipun anak orang lain, kita harus aware terhadap kelakuan para remaja ini. Dengan dukungan dari masyarakat, meski kecil sangat berarti bagi mereka. Ingat, mereka masih remaja belum dewasa. Perlu kita bimbing.

1. Menjalin hubungan yang baik dengan anak

Meski membutuhkan usaha yang lama, membangun komunikasi dengan anak membuat anak akan berpikir ulang melakukan kenakalan remaja di media sosial.

2. Beritahu resikonya

Karena usia remaja adalah usia yang ingin coba-coba dan bersenang-senang. Kita bisa terus ingatkan resikonya jika melakukan tindak kejahatan.


3. Jelaskan tentang pengetahuan remaja

Jelaskan sebisa mungkin tentang remaja yang baik. Remaja yang mencoba hal baru yang positif bukan yang negatif.

4. Memberikan kasih sayang

Anak pada dasarnya hanya ingin mencari perhatian orang tuanya. Jika kita menunjukkan kasih sayang yang tulus sebagai orang tua, anak juga akan memberikan empatinya kepada orang tua. 

5. Melakukan pengawasan pada anak

Memang kita tidak bisa awasi anak selama 24 jam, tapi dengan memberi aturan yang ketat bisa mencegah pengaruh buruk datang.

6. Memberi contoh yang baik

Setelah kita beri tahu anak, tentu kita juga harus berperilaku yang baik ya. Agar menjadi contoh anak ketika di rumah.

5. Biarkan anak menjalankan hukuman sesuai hukum yang berlaku

Masalah yang terjadi di atas cukup serius jika korbannya sampai tekena mental atau bahkan nyawa. Meki tidak menjalani pidana umum, anak yang bersalah tetap akan dipidana anak. seusia aturan yang berlaku.

Penutup

Semenjak jadi Ibu akupun khawatir bagaimana masa depan anakku kelas ketika remaja. Maka dari sekarang perlu kita perhatikan hal-hal yang mungkin bisa memicu kenakalan remaja. 

Apakah ada yang sudah mencoba solusi di atas? Boleh tambahkan jika ada solusi yang lain di kolom komentar ya.



Related Posts

19 komentar

  1. Era digital emang kadang tuh bikin takut tapi banyak cara untuk mencegahnya biar nantinya tetap bisa mendidik anak biar nggak terjerumus kenakalan remaja.

    BalasHapus
  2. Membiasakan anak untuk di dengar dan mendengar mungkin bisa jadi salah satu alternatif orang tua atau orang dewasa di sekitarnya untuk memberikan sepenggal informasi baik dan buruk dari dampak era digital yang sedang mereka hadapi.

    BalasHapus
  3. Aku belum coba sih mbak, karena anak-anakku tergolong generasi alpa, tetapi dari sekarang sudah mulai dibekali do & don't nya dalam berteman dan hal lainnya
    menguatkan bekal agamanya, dengan harapan semoga hal tersebut dapat menjadi tameng pengaruh buruk dari luar

    BalasHapus
  4. Kalau di keluargaku lebih menguatkan pada pondasi pendidikan agama mbak. Semuanya ku kembalikan pada agama, agak kritis ya anak-anak sekarang, pertanyaan ina inu yang bikin pusing kepala akan dengan mudah dijawab jika dikembalikan pada fitrah agama. Itu aja sih tambahan dari aku.

    BalasHapus
  5. Baru tahu ada istilah narkoba digital atau digi-drug ini. Memang harus bijak sekali ya dalam penggunaan gadget, terutama para remaja yang sedang dalam masa pubertas, di mana peran orang tua masih sangat dibutuhkan dalam mengontrol perilakunya agar tidak kelewat batas

    BalasHapus
  6. Sepakat. Aku baru saja membaca sebuah penelitian terkait model interaksi remaja dg media sosial. Ternyata memang ada variabel kontrol diri yang bisa menekan dampak buruk dari penggunaan media sosial ini. Nah namun memang banyak prnrlitian yang mengiyakan bahwa penggunaan internet ini memneri dampak negatif lebih besar.

    BalasHapus
  7. Sebagai seorang ayah dengan 3 anak remaja, saya sangat mengkhawatirkan dampak internet thd mereka terutama ketergantungan dengan game dan pornografi. Tips-tips nya mantap banget mbak... Semoga berhasil ya

    BalasHapus
  8. Sampe sekarang aku gak habis pikir sama tren kenakalam remaja yg viral. Kyak menghadanh truk, sabetan sarung isi celurit, tawuran gitu2.. Apa coba yg mereka pikirin sampe kayak gitu itu. Biar apa...

    Dan yang gak kalah penting emang menguatkan pondasi agama dan akhlak ya.. Nomer 1 ini kudu diluruskan..

    BalasHapus
  9. Era digital ini, perhatian ornagbtua kepada anak harus semakin besar. Jangan sampai melihat anak aktif di dunia digital lrang tua senangnya berlebihan sampai lupa mengontrol anak. Di era digital saatnay mengembalikan orang tua pada peran sebenarnya

    BalasHapus
  10. hal baru bagiku dengan istilah Narkoba digital . Meskipun demikian, paham arahnya. Memang kok ya, kenakalan remaja era digital tak muncul tiba-tiba. pasti ada hal yang melatarbelakangi. Membangun komunikasi utuh dan dua arah dengan anak butuh dilatih agar anak terbuka sama orangtua. Biar apa-apa yang terjadi langsung terkoneksi

    BalasHapus
  11. miris juga sih dengan pola tumbuh kembang anak era jaman digital sekarang, pengawasan orang tua harus lebih ekstra agar anak tetap memiliki sopan santun dan pola pikir yang tetap positif

    BalasHapus
  12. Melihat kondisi saat ini memang bisa dibilang mengkhawatirkan, perkembangan teknologi informasi ibarat pisau bermata dua, dia bisa membawa manfaat atau pun mudharat alias keburukan, tapi itu tergantung si penggunanya. Karena anak-anak dan remaja belum memiliki kematangan berpikir, maka kita sebagai orang yang sudah dewasa mesti lebih terlibat aktif untuk membimbing dan memantau perkembangan anak-anak kita, khususnya yang sudah memasuki usia remaja.

    BalasHapus
  13. Memang kematangan mental dibutuhkan apalagi menghadapi berlimpah ruahnya informasi yang muncul tanpa dicari.

    BalasHapus
  14. Benar banget. Sesama ibu bisa memahami bagaimana rasa khawatir menghadapi usia remaja ini huhu.. Smg anak-anak kita selalu dalam perlindunganNya.

    BalasHapus
  15. Suka aneh sama remaja jaman sekarang yang suka bawa-bawa senjata tajam di jalanan itu maksudnya apa ya. Apa cuma ingin diperhatikan orang-orang? Atau karena ingin dianggap keren? Aneh kok ngga ada rasa takut sama sekali pegang senjata begituan.. 😢

    BalasHapus
  16. Yak, menurut BKKBN aku menikah di usia remaja (sblm 24 tahun) 😆

    Ulasannya lengkapp. Sekarang kenakalan remaja bisa dilakukan dari dalam kamar ya. Gak usah keluar pintu pun ada banyak hal negatif yg bisa dilakukan hiks

    Anak-anak betul2 perlu diberi perhatian lebih ttg cara menghindarkan diri dari perilaku tidak baik terutama ketika mereka sedang sendirian

    BalasHapus
  17. Ulasannya singkat, padat, dan jelas. Ada solusinya juga. Namun masih ada beberapa typo yang bisa ditingkatkan lagi ke depannya. Overall keren!
    Saya setuju dengan pendapat penulis bahwa orang tua wajib berusaha menjalin hubungan yang baik dengan anak supaya anak juga bisa lebih terbuka dengan orang tua dan mudah dinasihati. Kadang anak sulit dinasihati karena orang tua kurang pandai membangun komunikasi yang baik dengan anak.

    BalasHapus
  18. Aku juga kadang jadi khawatir di masa depan anakku kelak, bagaimana ya kondisi para remajanya. Semoga tetap terlindungi dari kenakalan dan berada di jalur kebaikan.

    BalasHapus
  19. Maraknya kenakalan remaja, membuat orang tua deg-degan ya

    BalasHapus

Posting Komentar