cerita mbun

Idul Fitri Bukanlah Hari Kemenangan

 


Sebelumnya, izinkan saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin bagi teman-teman yang membaca tulisan saya. Mungkin ada tulisan saya yang tidak berkenan dihati teman-teman, mohon dimaafkan.

Tak terasa kita melewati Ramadan dengan segala keterbatasan, sampailah tiba waktunya umat muslim merayakan hari raya Idul Fitri. Seperti biasa melakukan tradisi lebaran seperti silaturahmi (tentu sesuai protokol kesehatan ya), makan ketupat dan opornya, serta tak lupa foto keluarga agar bisa di upload di sosial media, hehe. 

Ketika santai setelah seharian merayakan lebaran, jari-jariku tergerak untuk meng-klik akun YouTube. Dan diberanda YouTube muncul ceramah Abi M. Quraish Shihab. Aku termasuk yang mengikuti ceramah-cermah beliau. Paling suka dengar beliau ceramah, karena bahasanya yang mudah dimengerti, jelas apa yang ingin disampaikan, tidak berbelit dan hal yang penting adalah menyampaikan dengan damai hingga membuat hati sejuk. 

Dari menonton itulah aku berinisiatif ingin merangkumnya di blog ku. Karena judul ceramahnya menarik dan supaya aku juga tidak lupa isi cermahnya. Semoga aku tidak salah menulis ya, dan mohon maaf bila ada yang terlewat. Karena aku hanya ambil point penting dan aku masukan opiniku juga.

Banyak yang Muncul setelah Rasulullah

Banyak sekali hal-hal baru yang muncul setelah Rasulullah. Tentu kita tidak ingin berkata sesuatu yang baru itu dilarang, Kullu bida'atin dhalaalah. Tapi banyak pengertian yang muncul di masyarakat untuk kita renungkan bersama.

Sebelum memulai menyampaikan ceramahanya Abi berkata, "saya tidak ingin berkata salah, tapi tidak sepenuhnya benar". Abi merujuk pada Alquran dan sunnah Nabi untuk meluruskan kata yang populer di masyarakat kalau Idul Fitri bukanlah hari kemenangan.

Saat lebaran kita biasa mengucapkan Minal 'aidin wal faizin dan Kullu 'aam wa antum bi khair. Ini bagus, tapi tidak dikenal pada masa Nabi SAW. Sedangkan pada masa Nabi SAW yang populer adalah Taqabbalallahu minna wa minkum. 

Yang menjadi renungan kita yaitu, orang sering mengucap Idul Fitri adalah hari kemenangan. Kemenangan terhadap siapa? Kalau menang, memangnya siapa yang kamu lawan? Menang melawan nafsu? Menang melawan setan? Arti menang dari kata Faizin inilah yang orang sering keliru. Padahal melawan setan dan hawa nafsu tidak ada hentinya.

Merujuk pada Alquran

- Zayyana lahumus syaithoonu a'maalahum (Q.S. An-Nahl: 63). Bisa saja kita mengira bahwa diri kita sudah menang, padahal sebenarnya kita sudah kalah. Karena setan itu paling pandai "memperindah yang buruk". Manusia menghadapi setan itu bertingkat-tingkat. Bahkan Rasul SAW pun masih diganggu setan. 

- Immaa yangzaghonnaka minasy syaithooni nazghung fasta'idz billaah (Q.S. Al-A'raf: 200). Jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Jadi kita masih terus digoda oleh setan selama di dunia. Jadi jelas kita belum menang, masih harus terus berjuang melawan godaan setan. Jangan pernah menduga Idul Fitri itu kemenangan. Kemenangan itu malah menjadikan kita berleha-leha dan merasa bangga.

Pada masa Rasul

Kembali pada masa Rasul, sebenarnya Rasul SAW sedang mengajarkan kita doa. Taqabbalallahu minna wa minkum, Semoga Allah menerima. Menerima apa? Menerima doa kita, ibadah kita. Jadi, bukan kemenangan.

Jangan pernah yakin bahwa amalan kita sudah diterima Allah. Kalau kita tidak yakin seperti itu, maka kita juga jangan yakin akan menang. Innas syaithooni yajril fii insaani majrud dami. Setan itu mengalir di tubuh manusia, seperti mengalirnya darah. Tidak bisa kita rasakan. 

Kan namlah fis shakhra' allamsaa' fiiailatizh zhalmaa'. Riya' itu seperti semut hitam, kita tidak bisa lihat. Dikelamnya malam dan berjalan diatas batu yang licin. Kita tidak rasakan.

Ketaqwaan adalah keprihatinan dan harapan. Nuhsinudz dzann billah, yang berarti kita berbaik sangka pada Allah. Laa tuzakkuuu angfusakun huwa 'alamu bimanittaqoo (Q.S. An-Najm: 32). Janganlah kamu menganggap dirimu suci. Allah lah yang mengetahui siapa yang bertaqwa. 

Perkataan yang Lain

Minal 'aidin wal faizin juga doa. Ajaran Islam itu adalah kebersamaan. Meskipun kita shalat sendirian. Taqabbalallahu minnaa wa minkum bukan Taqabbalallahu minnii wa minka. Taqabbalallahu minnaa, merupakan doa dari kita semua. Dari saya dan kamu juga.

Di Alquran ada sekitar 20 kali kata fauz itu terulang. Semuanya kecuali satu, berarti pengampunan dosa dan masuk ke surga.

Famang zuhziha 'anin naari wa udkhilal jannata faqod faaza (Q.S. Ali Imran: 185). Wa may yuthi' illaaha wa rosuulahuu faqod faaza fauzan 'azhiima (Q.S. Al-Ahzab: 71). Fauz itu pengampunan dosa dan masuk ke surga. 

Jadi, ketika kita berkata Minal 'aidin wal faizin yang artinya, semoga kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang masuk surga. Bukan hari kemenangan.

Terlalu banyak di masyarakat yang sudah salah kaprah. Sehingga jika diberitahu akan berkata ini salah. Padahal banyak yang memang harus dipelajari. 

Hanya sekali dalam Alquran ada kata fauz yang berarti saya, yaitu afuuzu. Fa afuuza fauzan 'adzhiimaa. Itu diucapkan oleh orang munafik, dia tidak terlibat perang. Ketika kaum muslimin menang membawa harta rampasan yang banyak, dia berkata seandainya dia ikut berperang, niscaya saya akan memperoleh fauz yang besar. 

Orang munafik adalah orang yang merasa sendiri. Kaum mukmin tidak begitu, tidak merasa menang sendiri. Orang mukmin tidak ingin masuk surga sendirian. Surga itu terlalu luas. 

Jangan pernah berkata kepada orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dia bukan muslim. Tapi mu'min? Tidak (pasti). Qaalatil a'raabu samannaa, qul lam tu'minuu wa laakin quuluu alamnaa (Q.S. Al-Hujurat: 14)

Idul Fitri Hari Raya Makan?

Abi juga menjelaskan bahwa beliau pernah membaca di koran kompas ada tulisan yang mengatakan Idul Fitri itu hari raya makan. Memang tidak salah. Fithr itu artinya, asalnya membuka dan menampakkan. Fathara, artinya membelah sehingga nampak. Idzas samaa'un fatharat, terbuka, membuka.

Itu sebabnya mungkin saat puasa ketika mau makan kita katakan dengan buka puasa. Atau biasa kita katakan dengan Ifthar. Dan itu juga sebabnya zakat fitrah al-fithr juga berhubungan dengan makanan.

Tapi jika dikaitkan dengan makan itu terlalu sepele. Beliau ingin memaknai fithr itu sebagai fitrah, fithratallaahil latii fatharan naasa 'alaiha, kullu mauluudin yuuladu 'alal fithrah. Orang yang berpuasa, diterima puasanya itu dihapus dosanya sebagaimana dia ketika dilahirkan kembali.

Fitrah itu Suci 

Fitrah itu ada 3. Fitrah itu suci. Suci itu ada 3 unsurnya. Baik, benar dan indah. 

Baik, al-khair. Mencari yang baik, melahirkan akhlak itu suci.

Indah. Mengekspresikan yang indah menghasilkan seni.

Benar. Mencari yang benar menghasilkan ilmu.

Jadi yang suci, selalu baik, selalu benar, selalu indah. Kita beridul fitri, berusaha menjadi baik, hubungan kita menjadi baik, berusaha untuk benar. Semua yang kita lakukan itu dilakukan dan dibenarkan oleh ilmu pengetahuan dan semuanya indah.

Sehingga yang beridul fitri itu ilmuwan, budiman dan seniman. Lebih indah, daripada hanya sekedar hari raya makan. 

Video lengkapnya bisa dilihat di channel youtube nya Abi Quraisy Shihab:


Kesimpulan

Sepanjang perjalanan hidup sampai akhir kita akan terus melawan godaan setan. Maka sampai saat ini kita belum merasakan kemenangan karena akan terus melawan hawa nafsu dan setan yang selalu memperindah segala yang buruk.

Ucapan Minal 'aidin wal faidzin adalah doa bagi kita agar diterima ibadahnya. Maka dari itu kita jangan pernah merasa amalan ibadah kita diterima dan jangan merasa diri paling suci. Idul Fitri itu suci. Haruslah disertai dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran. 


Related Posts

2 komentar

  1. waaah aku pun seneng banget ngeliatin akun yt quraisy shihab. apalagi kalo lagi ngobrol berdua sama mbak najwaa 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tooss kak 🖐 mudah dipahami yaa ceramahnya, jadi ga bosen nontonnya 😁

      Hapus

Posting Komentar