Dulu tidak pernah terbayang kalau bisa kerja remote dari mana saja. Dalam bayangan waktu kecil, orang bekerja di kantor, berangkat pagi dan pulang sore. Kini semuanya menjadi mudah dengan adanya teknologi meski tidak lepas dari tantangannya.
Termasuk bagi seorang Blogger yang pekerjaannya tidak bisa lepas dari teknologi. Dari ngeblog dengan bermodal laptop dan wifi, aku bertemu banyak Blogger yang merasa punya visi dan misi yang sama terhadap literasi digital.
Termasuk bagi seorang Blogger yang pekerjaannya tidak bisa lepas dari teknologi. Dari ngeblog dengan bermodal laptop dan wifi, aku bertemu banyak Blogger yang merasa punya visi dan misi yang sama terhadap literasi digital.
Setiap kali berbincang dengan teman Blogger, aku merasa satu frekuensi. Mungkin karena kami mempunya hobi yang sama, jadi lebih mudah untuk diskusi meski yang dibahas tidak melulu soal blog.
Kami membicarakan banyak hal bahkan sering kali random, ngobrol ngalor ngidul tapi tetap bermakna dan selalu jadi inspirasi. Kerennya Blogger selalu bisa melihat peluang dalam situasi apapun. Tema diskusi apa saja, selalu bisa jadi tulisan yang dikemas dengan ciamik.
Ditengah arus informasi yang banyak bahkan seringnya tak terkendali, Blogger mampu memberikan informasi yang netral dan akurat karena keberpihakannya pada literasi digital. Seorang Blogger sebelum menulis, ia akan riset data untuk mendapatkan informasi yang valid. Jadi, kalau ada yang bilang "cuman nulis" aja gampang, hmmm tidak semudah itu yaaaa. Apalagi bagi seorang Blogger yang juga belajar teknis dan SEO.
Ditengah arus informasi yang banyak bahkan seringnya tak terkendali, Blogger mampu memberikan informasi yang netral dan akurat karena keberpihakannya pada literasi digital. Seorang Blogger sebelum menulis, ia akan riset data untuk mendapatkan informasi yang valid. Jadi, kalau ada yang bilang "cuman nulis" aja gampang, hmmm tidak semudah itu yaaaa. Apalagi bagi seorang Blogger yang juga belajar teknis dan SEO.
Apa Itu Literasi Digital?
Literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan digital dalam kegiatan mesin pencari, menggunakan media sosial, membuat konten digital, kelas virtual, belanja online dan kegiatan yang berhubungan dengan digital lainnya. Bukan hanya mampu menggunakan, namun memahami, mengevaluasi, dan memberikan informasi secara bijak.Meski kita tidak berhadapan langsung, namun tetap ada etika ketika kita berkomunikasi secara digital. Contoh yang paling mudah ditemukan adalah saat berkomentar di media sosial. Begitu banyak orang dengan mudahnya mengetik komentar negatif tanpa rasa bersalah.
Kenapa ya orang mudah sekali berkomentar negatif? Padahal kalau tidak suka kita tinggal unfollow atau skip saja, nggak usah dilihat. Bukannya mengetik komentar negatif yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Mengujar kebencian apalagi di media sosial bisa membuat hati semakin tidak tenang.
Bisa jadi orang yang berkomentar negatif iri dengan postingan dan merasa dirinya tidak mendapatkan apa yang orang miliki, sehingga ia melampiaskannya di kolom komentar. Orang seperti itu jelas tidak mempunya 4 pilar literasi digital, yaitu cakap bermedia digital, budaya, aman dan etis.
Ini mencakup dalam keterampilan menggunakan media sosial, menghormati privasi orang lain dengan memperhatikan norma dan etika. Melindungi diri dari ancaman siber dan berinterkasi dengan baik di media sosial atau kelas online.
Mudahnya mengakses teknologi ini semakin sulit dikendalikan karena teknologi sekarang mudah diakses di mana pun kita berada termasuk pada daerah pelosok. Seharusnya teknologi yang masuk ke desa bisa kita manfaatkan secara bijak, bukan malah melakukan perundungan melalui media sosial.
Ini juga yang dirasakan pada selebritis seperti Lesti Kejora dan Kiky Saputri pada sebuah podcast yang mengaku sering mendapat fitnah di media sosial dengan berkomentar sesuka hati. Untungnya mereka menyikapinya dengan santai dan tidak terlalu peduli karena mereka tidak mengenal langsung secara pribadi.
Hal tersebut bisa mengarah pada perundungan juga. Lebih heran lagi yang menghina sesama perempuan bahkan anak kecil pun ikut jadi sasaran kata-kata negatif. Seharusnya kita bisa memanfaatkan digital dengan baik, yang bisa menguntungkan bahkan menghasilkan uang. Salah satunya dengan menjadi Blogger.
Lalu, bagaimana cara Blogger berpihak pada literasi digital?
Ini beberapa kegiatan yang dilakukan aku sebagai Blogger yang mendukung adanya literasi digital.
Hal tersebut bisa mengarah pada perundungan juga. Lebih heran lagi yang menghina sesama perempuan bahkan anak kecil pun ikut jadi sasaran kata-kata negatif. Seharusnya kita bisa memanfaatkan digital dengan baik, yang bisa menguntungkan bahkan menghasilkan uang. Salah satunya dengan menjadi Blogger.
Lalu, bagaimana cara Blogger berpihak pada literasi digital?
#KEBerpihakan Blogger pada Literasi Digital
Blogger sangat erat kaitannya dengan penggunaan teknologi karena Blogger bekerja pada ruang digital. Blogger tidak bisa lepas dari perannya menulis dan membaca sehingga perannya sangat mendukung literasi digital.Ini beberapa kegiatan yang dilakukan aku sebagai Blogger yang mendukung adanya literasi digital.
1. Memberikan Informai Akurat dan Positif
Blogger mampu mengindetifikasi data dan berita hoaks yang banyak beredar di media sosial. Tidak mudah terpengaruh oleh berita yang tidak jelas. Sebelum membagikan informasi, Blogger akan mengecek dulu kebenarannya, karena Blogger terbiasa menulis secara originalitas yang artinya menghindari plagiasi.
Melalui tulisan, berharap para pembaca juga bisa mengikuti 4 pilar literasi digital yang menjadi pondasi kita dalam menggunakan teknologi.
2. Mengedukasi Publik
Tulisan yang dibagikan Blogger berupa informai penting yang dapat mengedukasi publik. Dari mulai hiburan seperti ulasan tempat makan, produk yang diulas secara jujur.Ketika mendapatkan tawaran kerja sama, tentunya Blogger selalu kroscek agar tidak menimbulkan masalah jangka panjang dan selalu memberikan manfaat. Karena tujuannya memang untuk memberi informasi dan mengedukasi publik. Tidak semata karena uang.
3. Bijak Menggunakan Teknologi
Bekerja di ruang digital membuat aku bersikap lebih hai-hati dari segi keamanannya. Blogger bisa meningkatkan kesadaran tentang etika berinternet.Aku jadi lebih aware tentang keamanan media sosial, dengan menggunakan dua kata sandi otentifikasi agar tidak mudah di hack. Belajar dari pengalaman akun Facebook sebelumnya berhasil diretas orang yang tidak bertanggungjawab.
KEB banyak mengadakan program, sharing ilmu, visit, atau challenge untuk menjaga konsistensi ngeblog. Aku beruntung pernah menjadi bagian pemenang saat ada tantangan Ramadan, menulis bersama #KEBerbagiCerita.
Senang dan bangga bisa menjadi bagian dari KEB yang sekarang sudah berusia 13 tahun. Selama itu #KEBerpihakan pada literasi digital. Alhamdulillah hadiah dengan saldo dompet digital segera masuk setelah diumumkan pemenang, hehe.
KEB selalu menginspirasi langkah kecil kami para emak. Saat menulis ini terharu rasanya, di tengah gempuran banyak yang memandang sebelah mata sarjana hanya menjadi ibu rumah tangga, tapi KEB memberi wadah bagi para emak untuk bertumbuh sesuai dengan keinginan dan dirinya sendiri tanpa harus menjadi orang lain.
4. Menginspirasi Pembaca
Kisah-kisah dan pengalaman Blogger bisa menjadi inspirasi bagi pembaca. Seperti bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi dengan baik untuk belajar dan bekerja atau menjalankan bisnis.5. Membangun Komunitas Blogger
Blogger menciptakan ruang diskusi untuk berbagi ilmu dan meningkatkan skill. Mendiskusikan isu-isu yang sedang viral atau yang sedang terjadi saat ini. Kegiatan yang banyak dilakukan di media sosial ini membantu menciptakan masyarakat yang cakap digital.Komunitas Blogger yang aktif membagikan ilmu dan sharing pengalaman ini adalah KEB (Kumpulan Emak-Emak Blogger). Bukan sembarang emak-emak, tapi Blogger yang kreatif menceritakan pengalamannya dan memandang suatu peristiwa dengan sudut pandang yang berbeda.
KEB banyak mengadakan program, sharing ilmu, visit, atau challenge untuk menjaga konsistensi ngeblog. Aku beruntung pernah menjadi bagian pemenang saat ada tantangan Ramadan, menulis bersama #KEBerbagiCerita.
![]() |
Typo dikit nggak ngaruh, wkwkwk :) |
Senang dan bangga bisa menjadi bagian dari KEB yang sekarang sudah berusia 13 tahun. Selama itu #KEBerpihakan pada literasi digital. Alhamdulillah hadiah dengan saldo dompet digital segera masuk setelah diumumkan pemenang, hehe.
Selamat ulang tahun KEB yang ke-13 terus tumbuh dan berpihak pada literasi digital. Terus menjadi cahaya bagi kami para Emak-Emak yang tidak bisa diam dan senang menghasilkan karya. Bergabung bersama KEB membuat aku merasa jadi perempuan yang berdaya dan bermanfaat bagi sesama. Aku bisa menulis dengan percaya diri tanpa harus takut tulisanku banyak pembaca atau tidak.
Beruntung banget aku jadi member KEB, walaupun nomor membernya terhapus karena ruang email yang penuh, tapi tak menyulutkan semangatku untuk tetap menulis. Kamu juga bisa bergabung dengan program-program KEB yang bisa kamu pantau di @emak2blogger.
Sebentar lagi bulan Ramadan, aku selalu menanti kegiatan KEB di bulan Ramadan. Tahun lalu, KEB juga mengadakan kegiatan membaca Al-Qur'an dan kajian selama bulan Ramadan dengan kolaborasi bersama Connecting Mama.
Tak hanya itu, kami para emak-emak juga semangat dan akan terus belajar untuk meningkatkan peran literasi digital di media sosial. Terima kasih KEB terus bersinar yaaaa!
Kesimpulan
Literasi digital tidak hanya mampu menggunakan digital, tetapi harus cakap sesuai dengan 4 pilar. Terlebih kita berada di negara yang menjunjung tinggi sopan santun dan etika, sudah seharusnya kita juga bersikap santun ketika sedang berinterkasi di sosial media.
#KEBerpihakan pada literasi media bisa dimulai dari diri sendiri dengan menahan diri untuk tidak menyebar informasi hoaks dan menimbulkan kegaduhan. Sebelum disebarkan, alangkah baiknya kita kroscek kebenarannya terlebih dahulu.
Era teknologi seharusnya kita manfaatkan dengan baik salah satunya dengan mengikuti diskusi virtual, webinar, kelas online dan berkumpul bersama komunitas yang berpihak pada literasi digital.
Literasi digital penting banget di era sekarang. Kebanyakan pengguna internet di era digital mengabaikan etika digital karena memang belum paham literasi digital.
BalasHapusAlhamdulillah, tahniah Kak Fida untuk terus berkembang dan berprestasi dengan teman-teman komunitas blogger, termasuk dengan KEB. Semoga menjadi penyemangat untuk teman-teman blogger lainnya juga, termasuk saya
BalasHapusBener bgt nih mba. Kita harus berpihak pada literasi digital. Karena di era digital skrng ini gampang bgt orang berkomentar negatif. Menghujat dsb. Bener kita harus menerapkan 4 pilar literasi digital.
BalasHapusPenting banget punya pengetahuan bagaimana cerdas memanfaatkan media digital. Salah satu skill wajib dalam menggunakan media digital adalah memiliki literasi digital. Supaya apapun yang kita bagikan dapat bermanfaat bagi diri kita dan orang banyak. Semangat menyebar manfaat mbak :)
BalasHapusLiterasi digital itu penting banget lo, apalagi saat ini gempuran informasi bak tsunami baik info benar maupun info hoax, butuh pemahaman yang lebih, jadi ya skill yang harus diasah terus menerus
BalasHapusmbak, next aku juga di colek ya mbak buat ikutan challenge ramadhannya. Mumpung tidak ada kelas pengembangan diri dari sekolah, mau up lagi skill menulisku yang saat ini sedang berada diambang memulai melek kembali jadi blogger hhhe
BalasHapus